KMC

17 2 0
                                    

***

Ivana bersandar pada tiang lampu di taman belakang rumahnya, menatap matahari yang mulai hilang dari cakrawala. Ivana memandangi temannya yang sejak tadi meloncat-loncat kegirangan tanda Ivana datang untuk memberinya makan. Chimmy, kelinci  yang aku miliki, kelinci berbulu tebal yang tubuhnya gemuk dan berwarna putih bersih, dia sangat menggemaskan. Karena kelinci ini, aku selalu mengingat seseorang yang menghadirkan Chimmy dalam hidupku, seseorang yang selalu menciptakan euforia dalam setiap detik hidupku.

***

5 tahun lalu, aku pindah ke Sukabumi untuk tinggal di rumah paman karena kedua orang tuaku sudah tiada, saat itu umurku 17 tahun, mau tidak mau aku harus pindah agar ada yang bisa mengurusku, aku juga pindah sekolah dari sekolah asalku. Paman hanya tinggal berdua dengan bibi karena anak tunggal mereka sudah berkeluarga, mereka menawarkanku untuk tinggal bersama mereka karena mereka merasa kasihan. Sejak aku tinggal disini, mereka benar-benar merawatku seperti merawat anaknya sendiri.

Saat aku baru sampai di rumah pamanku,  aku sangat menikmati udara sejuk di sana, pemandangan alamnya sangat indah dan ada satu hal yang membuat kepindahanku sangat berarti. Terlihat seseorang bersorot mata tajam, tampan, dengan tubuh proporsional dan senyum menawan yang sanggup meluluhkan hati perempuan yang melihatnya. Ia sangat menarik perhatianku. Laki-laki itu sedang bermain bersama kelincinya, kelinci yang lucu dan pemilik yang tampan. Perpaduan yang sangat pas. Kelinci itu terlihat sangat bahagia bermain dengan pemiliknya. Laki-laki itu bermain di taman kecil depan rumah pamanku. Dia benar-benar menyedot perhatianku ke arahnya, seolah-olah tak ada apapun di depanku kecuali dia.
Tiba-tiba kelinci itu berlari kearahku yang sedang menjinjing beberapa tas berisi barang-barang yang aku bawa dari tempat tinggal asalku. Dia meloncat-loncat mengelilingiku, sungguh betapa menggemaskannya kelinci ini. Rasanya kelinci ini ingin ku culik untuk ku pelihara. Laki-laki dengan senyum menawan itu berdiri menghampiriku dan menggendong kelincinya yang berada di depanku, dia langsung pergi tanpa kata-kata.
Aku telah benar-benar dibuat penasaran oleh lelaki itu. Malam ini ku lewati hanya dengan memikirkan siapa laki-laki itu, dimana dia tinggal, dan berbagai pertanyaan semacamnya.

***

Teng tong teng tong,  bel rumah berbunyi. Aku segera beranjak dari kursi dan membuka pintu gerbang. Ternyata ada tukang koran.

“Warga anyar nya neng?”  Tanya tukang koran.

“Saya Ivana pak, keponakan nya paman Bara, baru pindah kemarin” Jawabku.

“Oooh.. saya pamit nya neng assalamualaikum

“Iya pak waalaikumsalam

Tukang koran itu langsung pergi. Saat aku akan menutup pintu gerbang, aku melihat seorang laki-laki yang sedang duduk di balkon rumah di seberang rumah pamanku. Tidak salah lagi, itu pasti lelaki dengan senyum menawan itu, dia selalu bersama kelincinya.

***

Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah baru, dan ini adalah tahun terakhirku di SMA. Seperti biasa aku mulai memperkenalkan diri kepada teman-teman yang lain, aku tidak begitu akrab dengan mereka karena aku memang belum kenal dekat dengan satupun diantara mereka.
Saat kegiatan belajar berlangsung tiba-tiba ada siswa yang telat masuk kedalam kelas, kemudian bercakap-cakap dengan guru yang sedang mengajar. Entah apa yang mereka bicarakan. Sepertinya aku tahu siapa siswa itu. Tidak salah lagi, itu adalah si lelaki dengan senyum menawan. Lelaki yang selalu bersama kelincinya.
Setelah bercakap-cakap dengan guru yang sedang mengajar, dia langsung berjalan ke arahku dan langsung duduk di sampingku. Aku tersentak.

“Kenapa duduk di sini?” Tanyaku

“Kenapa? Ga boleh, inikan tempat duduk ku, kenapa kamu disini?” Jawabnya.

KABUT MEREBUT CAHAYA (CERPEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang