Epilog

554 64 6
                                    

"Selamat pagi Mrs. Mikayla!" seru sorang lelaki yang mengenakan setelan kemeja dengan celana bahan.

"sial. Berhenti memanggilku seperti itu, Luke!" balas Olivia tajam, namun sedetik kemudian ia meninju pundak Luke pelan lalu tertawa.

"mimpi apa aku, sehingga aku mempunyai partner kerja sepertimu. Hey, apa kau akan pergi denganku untuk bertemu dengan client baru perusahaan kita?"

Olivia memutar bola matanya, tanda tak setuju dengan ide Luke. Namun apa boleh buat, kedatangan mereka kembali ke London saat ini memanglah karena ingin bertemu client yang akan bekerja sama dengan kantor mereka -Olivia dan Luke- yang dari awal memang mereka bangun bersama. London, ya Olivia benci mengatakan ini, tapi entah mengapa ia masih saja sering teringat dengan pria tersebut. Pria yang membuatnya bodoh, karena menghabiskan waktunya selama 6 tahun saat ia masih duduk di bangku sekolah dulu.

"Jika aku menolak, apa kau mengijinkanku?" tanya Olivia pada Luke tanpa menatap mata Luke. Aku yakin saat ini Luke sedang berkomat-kamit mantra sumpah serapah pada Olivia.

"tidak akan, karena client ini ingin bertemu denganmu. Sial, maksudku dengan kau dan aku, karena memang perusahaan itu adalah milik kita." jawab Luke sambil meninggalkan Oliv yang masih cemberut karena mendengar ocehan Luke. Lagi pula mengapa client nya kali ini ingin sekali bertemu dengan Olivia, bukankah sama saja jika Luke atau Oliv yang bertemu dengan client nya itu. Toh biasanya juga sering seperti itu, Luke akan datang bertemu client jika Oliv tidak bisa datang, begitu juga sebaliknya.

Olivia adalah pemilik perusahaan ternama di LA, tidak hanya miliknya sendiri karena ia bekerja dengan Luke, teman kuliahnya saat ia berkuliah di salah satu Universitas ternama di LA. Olivia dan Luke bekerja keras mengelola perusahaan tersebut, hingga perusahaan tersebut bisa sukses seperti sekarang.

Ya, dulu Olivia tinggal di London. Berhubung ia ingin meneruskan impiannya untuk berkuliah di LA, maka seluruh keluarga Oliv juga ikut pindah. Namun rumah Oliv yang dulu tidak di jual, hanya di biarkan kosong, seminggu sekali akan ada orang yang akan membersihkan rumah tersebut. Dan saat ini, Oliv hanya sekedar berkunjung ke London karena seperti yang sudah ku katakan tadi. Hanya untuk urusan pekerjaan, tidak lebih.

Bagaimana keadaan Zayn saat ini? Apa ia baik-baik saja? Apa ia masih mengingatku, sama seperti aku yang sering mengingatnya. Apa ia sudah memiliki pendamping hidup? Mengingat usia kami yang sudah memasuki 25 tahun. Tanya Olivia dalam hati. Well, Olivia masih single karena ia belum menemukan pria yang cocok dengannya.

***

Kini Luke dan Oliv sudah sampai di salah satu restoran mewah di London. Olivia yang mengenakan dress berwarna hitam dengan panjang 5 centi di atas lutut. Dan dipadukan dengan high heels berwarna senada, tinggi 7 centi, yang membuat Olivia semakin elegant akan penampilannya saat ini. Berbeda dengan Luke yang hanya memakai pakaian yang ia kenakan tadi saat mereka sedang berada di rumah lama Olivia. Hanya saja Luke menambahkannya dengan sebuah dasi dan jas. Itu membuat Luke semakin terlihat tampan.

Mereka berdua berjalan menuju sebuah meja yang telah di tunjukkan oleh pelayan restoran. Olivia menggandeng Luke, seakan mereka berdua adalah sepasang kekasih, bahkan lebih mirip dengan sepasang suami-istri.

Luke berdeham pelan, lalu seseorang yang duduk membelakangi Luke dan Olivia tiba-tiba menoleh dan menghentikan obrolannya bersama lelaki yang duduk di depannya tersebut.

Olivia terkisap saat melihat pria yang tadinya sedang duduk membelakangi Oliv dan Luke. Pria itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya, dan tak perlu pikir panjang lagi Luke pun langsung menjabatan tangan tersebut. Sedetik kemudian pria tersebut melirik Olivia yang hanya diam termangu tak percaya akan apa yang ia lihat saat ini.

Blackberry Messenger [z.j.m]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang