Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berpikir positif pada segala hal itu perlu. Karena pikiran positif akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik dan bermutu. Namun, apa jadinya jika sesuatu positif itu merupakan hasil dari test VCT? Masihkah bisa kita berpikir positif?
Perkenalkan namaku, Alpha Jakananda. Panggil saja aku, AL. Pemuda keturunan Sunda berusia 27 tahun. Bekerja di salah satu perusahaan swasta di kota Bandung. Aku seorang laki-laki. Berkulit putih bersih. Berambut ikal. Memiliki wajah lonjong. Ali's tebal. Mata bulat. Hidung mancung. Kumis tipis. Bibir sensual berwarna kemerahan. Orang bilang aku manis dan tampan.
Hidupku nyaris sempurna. Berasal dari keluarga berkecukupan. Anak kedua dari tiga bersaudara. Aku mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tua dan saudara-saudaraku. Aku bahagia. Aku senang berada di antara mereka. Akan tetapi, semua itu tak sepenuhnya membuatku menjadi makhluk yang baik.
Aku terlahir dengan orientasi seksual yang menyimpang. Aku penyuka sejenis. Aku gay. Aku homoseksual. Sedih? Tentu, tapi aku tidak bisa berbuat banyak.
Aku selalu mencoba memahami diriku sendiri dan tetap menerima takdirku menjadi seorang pelaku jeruk minum jeruk. Aku sadar ini salah. Namun, siapa yang bisa merubahnya?
Meskipun hati nuraniku menolak, aku menghadapi hari-hariku dengan penuh sorak. Gembira, riang dan senang menjalani cinta terlarang.
Aku berpacaran dengan seorang laki-laki. Kami melakukan hubungan cinta yang terkutuk. Cinta yang berdasarkan hawa nafsu. Kami melakukan seks bebas. Bergonta-ganti pasangan. Hingga kami puas dan lemas.
Namun, segalanya perlahan berubah ketika aku melakukan test VCT dengan hasil positif. Aku terkena HIV AIDS.
