Ketika satu persatu kenyataan dihadapkan di depan mata, diri yang dirasa kuat ini pun akhirnya menyerah. Begitu bertubi-tubi, bersamaan terus menerus tanpa henti, saling menyikut demi mendapatkan perhatian. Dan pada masanya, hati ini demikian kosong, tak sanggup lagi menyimpan angan.
Dua tahun penuh perjuangan, berusaha sekuat mungkin agar apa yang dicitakan menjadi kenyataan. Masih teringat pertemuan pertamaku dengannya. Di ruang penuh dengan arsip entah apa, kami bertatapan. Masih belum saling mengenal. Aku perhatikan dirinya. Bertanya dengan penuh harap dan cita, menyuarakan keinginan-keingannya, tujuannya, semangatnya. Menular ternyata. Kala bagianku datang, aku pun menyuarakan keinginan-keinginan, harapan, dan tujuan. Samar rasanya, karena aku tak pernah persiapkan.
Di waktu lainnya, kami bertemu kembali. Lewat perkenalan dan berakhir dengan tidak sengaja ia duduk di sampingku. Kembali menyuarakan keingintahuannya, bertanya apapun, sesekali mengajak bercanda. Lalu, dipikirannya, apakah itu tak membuat wanita sepertiku jatuh cinta?
Dan aku jatuh cinta, pada pandang pertama, pada semangatnya, pada kejujurannya, pada kebaikannya, pada caranya menyentuh setitik hatiku yang tak pernah ada yang mengisi seperti itu sebelumnya. Perasaan yang tak pernah aku utarakan, karena aku menjaga hati seseorang.
Kala waktu berlanjut, detik demi detik, canda tawa nuansa rasa mengiringi harapan yang tumbuh menjulang tanpa henti. Mendesak dan merobek benteng pertahanan diri, meluap sampai rasanya pengap karena halusinasi.
Kupikir, harapan itu akan ada, bertransformasi menjadi setitik asa yang tak hilang makna. Bukannya kian menghilang dan menguap seperti abu. Bukannya yang kian tak ada artinya. Namun nyatanya, memang tak ada artinya. Dianggapnya hanya angin lalu saja.
Lalu, salahkan hati yang selalu berharap tanpa henti. Pada perasaan-perasaan yang dipupuk sedemikian dalam, pada usaha-usaha yang tak pernah berhenti. Pada rasa malu yang menyebar tapi tak memberikan hasil apapun.
Pada cinta yang perlahan mati.
YOU ARE READING
Till Death Do Us Part
RomanceCinta? Kami ada. Kemapanan? Tak usah diragukan. Lalu masalahnya di mana?