Warmest Snow In Our Heart

3K 125 39
                                    

Salju mulai meleleh di kerajaan Arendelle. Hangatnya musim semi yang dinanti setiap orang akhirnya datang. Namun ada seseorang yang tidak sependapat dengan itu. Seseorang itu – lebih tepatnya seorang gadis, tak rela melihat warna putih yang disukainya mulai menghilang dan berganti dengan hijaunya rumput serta warna-warni bebungaan.

Elsa – gadis itu, memang lebih menyukai musim dingin dan salju. Suka ketika benda putih dan dingin itu turun dari angkasa, menari dihembus angin lalu jatuh memenuhi tanah dan atap atau membekukan perairan. Tapi Elsa tak perlu merasa terlalu sedih karena dengan kekuatannya ia masih bisa melihat salju.

Ya, Elsa memiliki kekuatan es jadi dia bisa menciptakan saljunya sendiri. Gadis berambut putih itu memunculkan embun beku dari kedua telapak tangannya. Kemudian Elsa menembakkannya ke atas lalu meledak di angkasa bak kembang api dengan warna biru lembut yang cantik.

Mata biru Elsa berbinar saat melihat butiran salju mulai turun perlahan. Salah satunya jatuh ke hidung Elsa hingga gadis itu mengernyit karena kedinginan. Ketika salju sudah mulai menumpuk, Elsa segera menghempaskan tubuhnya seraya menggerakan kedua tangan dan kakinya.

“Bidadari salju!” jeritnya riang.

Tanpa disadarinya sama sekali, ada sosok yang tertarik dengan salju buatan Elsa. Sosok itu melayang di udara, mengenakan sebuah baju putih lengan panjang dengan jubah coklat, tangan kanannya memegang sebuah tongkat kayu panjang dengan ujung yang melengkung. Kedua kakinya menapak di sebuah batu besar yang tertutup salju ketika sosok itu mulai turun perlahan dan mengamati Elsa.

Sosok itu menatap Elsa bangkit dari salju dan tertawa kecil melihat malaikat salju buatannya. Entah kenapa sosok itu suka dengan suara tawa merdu Elsa hingga ia memilih untuk duduk di batu besar itu. Tapi tawa itu hanya terdengar sesaat, tawa itu berganti dengan helaan nafas panjang dan tatapan yang sangat dikenalinya. Kesepian.

Kepala Elsa menggeleng pelan seolah menepis perasaan sepi yang mampir ke hatinya. Gadis itu menggerakan tangannya, memunculkan kepingan es dengan pijar biru lembut dan tentunya mengejutkan sosok yang sedari tadi mengamatinya.

“Jadi dia yang menciptakan musim dingin kecil ini?” gumam sosok itu.

Elsa berbalik, terkejut saat mendapati seseorang sedang duduk di batu besar. Ia mengamati sosok itu baik-baik.

“Kau siapa?” tanya Elsa.

Sosok itu mengernyitkan dahinya lalu menoleh ke sekeliling, tak ada siapapun. Ia kembali menatap Elsa yang ternyata balas menatapnya. Sosok itu berusaha meyakinkan diri bahwa gadis itu benar-benar bertanya padanya dengan menunjuk dirinya sendiri.

“Kau bertanya padaku?”

“Kau pikir dengan siapa lagi?”

Mata sosok itu terbelalak kaget lalu segera melayang tepat ke hadapan Elsa yang sedang bersedekap. Ada rasa kaget yang bisa sosok itu lihat dari mata Elsa..

Sosok itu seorang pemuda. Namun bukan itu saja yang membuat Elsa terpaku. Sepasang mata pemuda itu berwarna biru jernih, mengingatkannya bukan pada langit atau lautan, melainkan pada simbol salju yang identik dengan warna biru. Dan yang terpenting, mata itu sama persis dengan matanya, seperti halnya rambut mereka yang sama-sama putih keperakan berkilau bak salju.

“Kau… Kau bisa melihatku?” ulang pemuda itu dengan mata berbinar.

Elsa yang masih terpaku menatap wajah pemuda itu tersentak. “Ya. Dengan sangat jelas.”

Pemuda itu berseru riang seraya terbang dan bersalto di udara. Itu mungkin respon yang wajar karena setelah sekian lama akhirnya ada yang bisa melihatnya. Puas mengekspresikan kebahagiaannya, pemuda itu kembali melayang rendah di depan Elsa.

Warmest Snow In Our HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang