Tóutāi || Part 5 : Orikasa Fumiko

618 86 6
                                    

"Tuanku, makan lah dulu! Hari sudah siang." pinta sang gadis menghampiri kekasihnya.

"Kemarilah, Sayang! Duduk dipangkuanku! Aku ingin memelukmu sejenak, sudah sebulan kita tidak berjumpa."

Sang gadis pun mendekat dan duduk dipangkuan prianya. Sang pria menghirup aroma tubuh sang gadis.

"Fumi...??" suara sang pria serak.

"Ya Tuanku Pangeran Xufeng."

"Ikutlah bersamaku ke istana! Dan jadilah selir kesayanganku!"

"Tapi Tuan...??"

"Kenapa? Apa kau tidak percaya padaku, Fumi?" tanya sang pangeran datar.

"Bukan Tuan, bukan itu maksudku?"

"Lalu...?? Aku mencintaimu, Fumi, dan... aku tidak bisa berjauhan denganmu. Aku ingin kau selalu berada di dekatku."

"Tapi... Aku takut berada di istana, di sana aku tidak mengenal siapa pun selain Tuan." suara Fumiko tertahan.

"Ada aku, aku akan melindungimu, Fumi. Dan ada banyak pengawal setiaku yang juga akan melindungimu, Sayang."

Sang pangeran kemudian meraih kepala Fumiko, menyandarkan pada dada bidangnya.

"Kau mau kan ikut bersamaku, untuk sementara kau akan menjadi selirku dulu, Fumi, dan jika ibu mengizinkan... aku akan menikahimu secara sah, menikah dengan cara kerajaan dan di umumkan di depan rakyat. Kau akan menjadi permaisuriku jika aku naik tahta menjadi raja."

"Tu-an... Ta-pi aku sudah bahagia meski hanya menjadi simpanan Tuan saja, karena aku hanya rakyat jelata. Aku tidak pantas menyandang gelar permaisuri seperti Tuan menyandang gelar raja."

"Sayang... Apa kau tidak mencintaiku?"

"Bu-kan it---"

Tanpa peringatan, sang pangeran meraih leher jenjang Fumiko melumat bibir ranum sang gadis menggigit lembut bibir bawahnya hingga sedikit membengkak.

"Bagaimana kandunganmu, Sayang?" tanya Pangeran Xufeng kepada Fumiko sembari mengusap perut datar gadis itu.

"Baik-baik saja, Tuan. Bukankah Tuan sudah mengutus tabib kerajaan kemari untuk memeriksa milik Tuan ini." Fumiko meraih tangan lebar sang pangeran lalu meletakan pada perut datarnya.

Xufeng tersenyum semringah mendengar ucapan kekasihnya.

"Jaga baik-baik milikku ini, Fumi! Karena dalam waktu dekat aku akan mengatakan pada ibu jika aku sudah membuatmu mengandung benihku."

"Apa tidak akan menimbulkan masalah untuk Tuan?" Fumi menatap intens wajah sang kekasih dengan mimik wajah khawatirnya.

"Aku mencintaimu, Sayang. Saat aku merenggut kesucianmu sebagai yang pertama. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku akan memperjuangkanmu. Kau harus mempunyai posisi di dalam istana."

"Tuannn..." lirih Fumiko kemudian memeluk lembut leher sang pangeran.

Sang pageran kemudian menggendong tubuh mungil Fumiko menuju ke peraduan.

"Aku merindukanmu, Sayang. Hari ini aku akan bermalam di sini."

"Tapi Tuan."

"Sudah, tenang saja! Panglima Yuwen sudah mengatasi semuanya di istana, kau tidak perlu mengkhawatirkannya."

Setelah mengatakan kalimat tersebut, sang pangeran mengecup bibir ranum Fumiko, melumat gemas hingga sang gadis melenguh pelan.

"Hari ini aku ingin bersamamu, Sayang. Hanya kita bertiga, kau aku dan milik kita yang mendiami perutmu."

Sang pangeran kembali melumat bibir Fumiko sembari tangannya menanggalkan pakaian yang masih menempel pada tubuh sang gadis.

Usapan lembut tangan sang pria membuat sang gadis melengkungkan tubuhnya.

"Tu-annn... ahhh..."

Sang pria mulai mencium tiap jengkal tubuh mulus nan putih milik Fumiko.

"Aku mencintaimu, Fumiko."

Xufeng menatap intens wajah kekasihnya sesaat sebelum ia menunaikan tugasnya sebagai seorang laki-laki.

"A-ku juga mencintai Tuan."

Sang pangeran menegakan tubuhnya melepas pakaian yang masih menempel lalu membuangnya asal.

Setelah kedua sejoli polos tanpa sehelai benang pun, dengan gerakan sangat hati-hati sang pangeran mengarahkan miliknya menerobos masuk ke lembah hangat sang gadis.

Keduanya melenguh nikmat merasakan penyatuan diri.

Aku mencintaimu, Fumi.
Jadilah milikku selamanya dan takkan kuizinkan siapa pun memilikimu bahkan dewa kematian sekalipun.

Batin sang pangeran bergumam sembari melakukan penyatuannya menikmati surganya para manusia.

Erangan serta desahan nikmat dan lembut mengalun bagai alunan musik memenuhi kamar tempat tinggal Fumiko.

Malam ini adalah malam terakhir sang pangeran menikmati malam panas bersama sang kekasih, Orikasa Fumiko.

Bulan depan tepat bulan purnama menampakkan wajahnya, Fumiko diboyong Pangeran Xufeng ke istana.

Namun__
Semua perhitungan sang pangeran tidak berjalan lancar, rencana menjadikan Fumiko sebagai selir gagal, hancur berantakan karena masalah intern di dalam istana.

Fumiko, gadis lugu, polos, tidak pernah menaruh curiga kepada setiap orang baru yang dikenalnya di dalam istana harus menanggung akibat perbuatan yang tidak dilakukannya hingga menghantarkannya ke dalam jeruji sel.

Dan naasnya saat peristiwa itu terjadi, sang pangeran sedang dalam tugas keluar kerajaan.

Enam bulan berlalu, Pangeran Xufeng yang masih mengemban tugas negara sebagai perencana Panglima Perang kembali ke kerajaan dengan hati gembira karena memenangkan peperangan.

Tapi saat mengetahui nasib sang kekasih, seketika dunia sang pangeran runtuh.

Ya, di dalam sel karena menunggu kekasih hati tak kunjung datang menolong, Fumiko memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menggantung dirinya dengan kain panjang dari pakaiannya.

"FUMIKO... KENAPA KAU MENINGGALKANKU, SAYANG???"

"SEPERTI KUKATAKAN SEBELUMNYA, BAHKAN DEWA KEMATIAN PUN TAK KUIZINKAN MEMBAWAMU."

"KEPARAT!! AKAN KUCARI SIAPA BIANG MASALAH HINGGA FUMIKOKU SEPERTI INI."

"TIDAKKK!!!!!"

Sang pangeran menangis histeris, meraung sambil memeluk tubuh Fumiko yang telah kaku.

"Sayang... Sayang... Jangan tinggalkan aku, Fumi! Aku mohon padamu, Dewa! Kau harus menghidupkan kembali Fumiko. Jika Kau tak membuat Fumikoku kembali, aku akan mendatangi nirwana di mana tempatmu tinggal. INGAT SUMPAHKU INI, DEWA!!"

.

Tbc...

.

Senin,
29 Juli 2019
16.25 WIB
















Tóutāi [投胎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang