Pulang dari rumah Alecia sih jam sepuluh malam, tapi gue ngalong bentaran buat cari angin. Fauer House sepi karena udah masih masa cuti. Semuanya kumpul sama keluarga mereka. Gue meringis mengingat kalo hubungan gue sama keluarga gak seharmonis mereka.
Saat masuk ke kamar, gue liat Kalya udah tidur. Gue tersenyum kecil lalu ikut berbaring disampingnya. Gue peluk Kalya dan ikut memejamkan mata. Entah gimana caranya gue ngungkapin semua perasaan sesak yang memenuhi rongga dada gue.
"Itu ciuman pertama aku. Aku seneng banget karena bisa ngelakuin nya sama kamu, orang yang aku sayang." Alecia berkata dengan mata berbinar.
Sebenernya itu gak berasa kayak ciuman pertama dia. Maksud gue, kalo di banding sama Kalya, Alecia berasa lebih cepet ngimbangin gue.
"Tapi itu bukan ciuman pertama aku."
Alecia mengangguk. "Tau, kok. Gapapa gak dapet first kissing kamu. Asal aku yang dapet sentuhan pertama saat kita malper nanti."
Sayangnya, lo juga bukan yang pertama yang tidur sama gue.
Gue pikir Alecia tau gimana gue dari Jennie, tapi mungkin nggak? Sampe kapan gue harus bermain peran cowok perjaka yang manis didepan dia?
Gue menghela napas panjang. Gue kecup singkat kening Kalya lalu beranjak ke kamar utama sebelah. Ruangan gue sama Kai.
"Astaghfirullah!" Jantung gue mau copot rasanya saat ngeliat makhluk hitam duduk disofa yang ada diruangan tersebut.
"Sok-sok an muji lo, kampret. Ilang koleksi setan lo dibakar kalimat istighfar."
Gue pun nyalain lampu utama. "Heh, tau diri ye anjing. Udah tau item malah bersemayam digelap-gelapan. Jatohnya kayak bayangan tokek lo, tau?"
Kai si tersangka pencabulan kucing terkekeh. "Baru balik lo?"
"Hooh." Jawab gue lalu mendudukan diri dikursi kerja.
"Darimana?"
"Rumah calon mertua."
"Bah, rumah ortunya Kalya?" tebak Kai.
"Bukan. Rumahnya Alecia."
"Siapa? Pacar baru?"
"Menurut lo?" Gue balik bertanya.
"Ya siapa tau aja kan mantan masa lalu," Kai terkekeh. "Terus lo sama Kalya bubar dong?"
"Bubar lah. Kan sekarang gue udah punya pacar baru, tai. Gimana sih lo." Jawab gue.
Kai nganggukin kepalanya. Sok banget ini botol kecap.
"Tapi, Tem."
"Apaan?" Kai nyulut rokoknya.
"Gue nidurin Kalya semalem..."
"Good. Ada kemajuan."
"Padahal siangnya gue resmi jadian sama Alecia," tambah gue.
Kai ngehembusin asap rokoknya. "Perfect. Sangat menjelaskan betapa bastard nya lo." Dia terkekeh.
"Jongin, I fucking serious." Gue natap Kai dengan intens.
"So what do you think I am, dude?" Kai kembali menyesap rokoknya.
"Terserah."
Gue naikin kaki keatas meja dan ngeluarin rokok. Asem juga mulut gue gak ngerokok dari sore gara-gara ke rumah calon mamer.
YOU ARE READING
Selir [PCY]
RandomBased on true roleplayer story ❗️ *** Kalya bilang, gak bakal ada orang ketiga kalo gue gak buka gerbang. Tapi gue bilang, gak ada cowok sehat dan normal yang nolak selangkangan. Ini cerita tentang gue, Kalya, dan beberapa cewek yang pernah singgah...