06 - Benarkah?

121 17 3
                                    

Saat ini pikiranku semakin tak karuan. Aku hanya tidak mengerti, jika tulisan kedua surat ini sama. Berarti, surat yang kudapatkan kemarin juga dari orang yang sama. Tapi, apa tujuan orang tersebut memberiku surat ini? 

Jujur, perasaanku sedikit kecewa kali ini. Jika ternyata pengirim surat Selena dan aku ternyata orang yang sama, maka aku benar-benar sangat kecewa. Bagaimana tidak? aku sudah sangat berharap bahwa orang yang mengirimkan surat kepadaku tersebut adalah Selena. Namun, fakta yang kudapatkan mungkin tidak begitu. Aku sangat kecewa dan tak tahu harus berbuat apa.

.

.

.

"Lo, bisa jelasin, ngga?" ulang Selena.

Aku hanya mengangguk. Jujur, aku masih sangat tidak menyangka ada seseorang yang 'usil' untuk mengganggu atau membantu kedekatanku dengan Selena. 

"Jujur, aku ngga tau, soal itu. Aku bahkan tidak pernah menulis surat semacam itu." aku menjawab dengan setenang mungkin agar Selena percaya dengan jawabanku.

Selena hanya menatapku sedikit tak percaya.

"Terus, kalo bukan lo, siapa?" tanyanya bingung.

Aku hanya menangkat bahuku. Saat ini aku berpikir bahwa tulisan tersebut memang tampak sama persis dengan tulisan yang ada disuratku.

Aku mengeluarkan surat yang kudapatkan tadi dan menyocokkan kedua tulisan tersebut.

"Sama," gumamku pelan.

"Sama apanya?" kali ini Selena yang bertanya.

"Berarti ini juga bukan dari kamu kan, Sel?" ujarku.

Aku menyerahkan surat yang kudapatkan tadi kepada Selena. Selena membaca dan menatap surat itu dengan fokus. Sepertinya, ia sedikit kaget dengan apa yang ia baca di surat tersebut.

"Ini.... bukan dari gue," ujarnya sedikit kaget.

Aku hanya mengangguk percaya. Mungkin kali ini hatiku sedikit sedih juga rapuh. Bagaimana tidak? ketika kalian membayangkan bahwa kalian mendapatkan sepucuk surat dari orang yang kalian suka, kemudian kalian mengetahui fakta bahwa ternyata surat tersebut bukan dari orang yang kalian kira. Apa reaksi kalian? sakit, bukan?

"Kalo gitu, berarti yang ngirim surat ke kita berdua pasti orang yang sama," ujarku.

"Bisa jadi," balas Angga.

"Gue rasa ada yang ngerjain lo, deh, Nar." kali ini Hafiz yang berbicara.

"Tapi ngapain orang itu ngerjain gue sama Lunar," sambung Selena.

"Kalo itu, gue ga tau. Coba nanti kita cari tau," balas Hafiz.

Aku hanya mengangguk meng'iya'kan ucapan dari Hafiz tersebut.

Saat ini terdengar suara bel pertanda jam pelajaran pertama dimulai. Kami yang semula sedang berbicara mengenai siapa penulis surat ini terpaksa harus bubar menuju kelas. Aku, Angga, dan Hafiz berjalan sedikit cepat menuju ruang kelas.

Setibanya kami di kelas, belum ada tanda-tanda bahwa guru biologi akan datang. Maka dari itu, kami langsung duduk ke bangku kami masing-masing.

"Menurut lo, siapa yang nulis surat gajelas itu ke gue dan Selena?" tanyaku ke Hafiz.

"Eh, harusnya lo bersyukur sama yang nulis. Jadi, lo bisa ada kesempatan buat deket sama Selena," ujar Hafiz sambil tertawa.

"Jangan-jangan, lo pelakunya?!" ujarku menuduh Hafiz.

"Enak aja, buang-buang waktu gue banget buat nulis begituan." 

"Tapi gue heran, kapan orang itu masukin tuh surat ke loker kalian? waktu kita pulang? atau dia masukinnya pagi-pagi banget?" sambung Hafiz.

SELENOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang