08 - Closer

60 11 10
                                    

Banyak orang beranggapan bahwa masalah tak seharusnya dipendam sendiri. Berbagi kepada orang-orang terdekat, mungkin bisa menjadi secuil solusi. Namun, bagaimana kalau orang terdekat yang seharusnya menjadi solusi, justru menimbulkan asumsi?

.

.

.

.

Saat ini aku masih menatap layar handphoneku dan segera menutup kembali ponsel itu. Aku tak berminat untuk mendatangi lokasi yang diberikan oleh nomor tak dikenal tersebut. Bahkan untuk membuka lokasinyapun sungkan. Aku meletakkan ponsel itu ke meja yang berada disebelah tempat tidurku. Perasaanku sangat tidak tenang saat ini. Aku merasa seakan-akan semakin dipersulit untuk bisa dekat dengan Selena. Atau mungkin memang sebenarnya aku ini tidak bisa dekat atau bahkan mengenal Selena lebih dalam?

Sebenarnya, dari tadi aku mencoba untuk memejamkan mata dan tertidur. Namun, hingga detik ini mataku masih tetap terbuka dan sesekali melirik ponselku yang terkadang keluar beberapa notifikasi. Awalnya, aku mencoba untuk mengabaikan beberapa notifikasi tersebut, namun aku segera memutuskan untuk mengambil ponsel tersebut ketika barang tersebut mengeluarkan suara panggilan. 

Aku segera mengambil ponsel tersebut dan melihat nomor tak dikenal telah mencoba memanggil sebanyak tiga kali. Aku kembali berpikir sejenak dan merasa kebingungan, siapa sebenarnya orang 'usil' yang mencoba untuk mengambil dan mengganggu ketenanganku. Ketika aku membuka kata sandi ponsel itu, nomor tak dikenal yang mengirim pesan kepadaku tadi justru kembali menelpon nomorku. Tanpa berpikir panjang aku segera menekan tombol yang berwarna hijau dan memberanikan diri untuk mengeluarkan suara.

"Halo," ujar ku mendahului.

Aku diam sebentar untuk menunggu balasan dari nomor tak dikenal itu. Namun, hingga beberapa detik kemudian tak ada suara apapun yang dapat kudengar sebagai balasan dari orang itu. Padahal, ketika aku melihat layar ponselku, panggilan tersebut masih tetap berlangsung dan belum terputus.

"Halo," ujarku kembali.

Setelah itu sambungan telpon diputuskan oleh nomor tak dikenal tersebut. Aku kembali berpikir sebenarnya siapa orang "iseng" yang mencoba untuk bermain-main denganku kali ini.

From : 081362xxxxxx

Sent a location. - 19.32

Kembali aku mendapatkan kiriman lokasi dari nomor yang tak dikenal tersebut. Lagi-lagi aku hanya mengabaikannya dan segera berjalan menuju pintu kamar untuk segera meninggalkan kamarku. Aku saat ini sedang berjalan menuju ruang makan untuk mengambil segelas air dan menenangkan diriku sedikit dari nomor tak dikenal ini. 

"Lunar, ada temen kamu, tuh," ujar ibuku tiba-tiba datang menghampiriku.

"Siapa ma?" tanyaku sedikit heran. 

"Itu si Alfa." setelah mendengar ucapan ibuku, aku memutuskan untuk kembali meletakkan ponselku ke atas meja.

"ngapain tuh anak dateng ke rumah gue malem-malem begini."

Aku saat ini berjalan menuju ruang tamu dan segera menghampiri Alfa. Benar saja, aku sudah bisa melihat batang hidungnya dari lorong yang menuju ruang tamu ini. Alfa sedang mengutak-atik ponselnya bosan akibat terlalu lama menunggu, mungkin.

"ngapain lo, anjir," ujarku memecahkan keheningan yang timbul diruang tamu dan sontak membuat Alfa sedikit kaget.

"dari mana lo, lama banget munculnya," balas Alfa sambil membenarkan posisinya dikursi.

"yang harusnya nanya itu gue dan yang harusnya jawab pertanyaan itu lo." Aku segera berjalan menghampiri kursi yang ia duduki.

"gue punya cerita, bro," ujarnya sambil menekan tombol kunci pada layar ponsel genggamnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELENOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang