Jaemin termenung sore itu. Netranya menatap lembayung senja yang bergelayut manja menanti sang penguasa gelap tiba.
Dadanya sesak. Ia merindukan pemandangan senja ditengah pematang sawah, bersama Mark yang memangku gitar, mengiringi gubahan manja sarat akan cinta.Ia ingat kala itu. Di gubuk tengah sawah, bersama Mark yang tengah melantunkan 'Sakura' milik Faris RM, sedangkan ia menatap jejaka itu penuh atensi, maniknya berpendar kagum dengan senyuman tertaut dibibir.
"Na, kamu percaya kan aku akan kembali?" tanya Mark kala bait terakhir lagu selesai.
Na Jaemin-atau yang biasa dipanggil Nana-mengangguk pasti. Ya, ia sangat percaya Mark-nya akan kembali, menemaninya sampai tua nanti.
"Tentu aku percaya, bahwa kakak akan kembali. Ingatlah kak, aku akan tetap menunggumu walaupun itu harus memakan waktu."
Mark menatap gadisnya, jemarinya menyentuh pipi sehalus porselen itu dengan lamat, mencoba meresapi rasa agar selalu teringat disanubari bahwa tambatan hati tengah menanti.
"Aku cinta kamu, Na. Tunggu aku pulang. Aku akan segera melamarmu, kemudian aku akan membawamu ke Jakarta, kita hidup disana!" Mark berucap tegas. Sorot elangnya menatap Jaemin penuh kasih dan cinta.
Jaemin mengangguk, "aku tunggu pinanganmu kak Mark."
Netra bertemu, perasaan tertaut, kedua belah bibir perlahan menyatu, menyalurkan hasrat dan gairah cinta yang tengah menggebu.
××××××
Jaemin sangat ingat. Sangat-sangat terpatri dalam ingatannya bagaimana ketika Mark mencumbunya dengan mesra, diiringi musik alam serta kunang-kunang berpendar dalam kelam malam.
Ia masih ingat rasanya, ketika Mark melepas satu persatu kain ditubuhnya. Dimana akhirnya ia berpasrah akan gairah semu yang membawanya ke khayangan, merasakan sejuta nikmat kala Mark menyentuhnya dengan penuh pemujaan.
Terlalu ingat, bagaimana Mark akhirnya melebur, memberinya kehangatan dan sebuah kecupan basah mampir menyapa keningnya.
"Aku sangat mencintaimu, Jaeminku."
Sampai detik inipun, kalimat yang terlontar dari bibir manis Mark masih terngiang ditelinganya. Dan Jaemin akan merasakan sakit menyayat dihatinya, karena setelah Mark memerawaninya kala itu, ia pergi jauh ke Jakarta.
Jaemin mengusap airmata yang meleleh dipelupuk mata, membasahi pipinya yang putih mulus. Lusa, ia akan dinikahkan, dengan pria yang sama sekali tak ia cinta.
Agaknya ia menyesal, telah memberikan segalanya untuk Mark karena pada akhirnya semua ucapan Mark hanyalah sebuah ketidak benaran.
Mana janjinya yang akan melamar Jaemin? Mana katanya yang ia akan membawa Jaemin ke Jakarta dan hidup bersama disana?
Dan ... Mana katanya yang ia sangat mencintai Jaemin?
××××××
Mark menyesap kopinya. Pandangannya menerawang jauh, menatap langit senja. Agaknya ia membenarkan, menikmati senja di desa dengan sawah luas membentang sampai ujung pandang lebih baik daripada menikmatinya dari atas gedung pencakar langit yang menyeruak memenuhi Ibu Kota.
Ia mengeluarkan dompet dari sakunya, menatap potret gadis manis bak gadis sampul, pujaan hatinya, Na Jaemin.
"Jaem, kakak rindu kamu. Ini sudah dua tahun aku tak menemuimu, apa kamu merindukanku juga?" Mark bermonolog, senyumnya dipaksa terbit meskipun nyeri menjalar di dada, terlalu lama menahan gejolak rindu yang menggebu, ingin segera dituntaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Di Pematang Sawah
FanficSenja, pematang sawah dan gitar tua milik Mark adalah saksi bisu perjalanan cinta Mark dan Jaemin.