3

13 5 5
                                    

Saat aku terbangun dari tidur, aku tidak melihat keberadaan kakakku. Seingatku dia bilang bahwa hari ini ada jadwal kuliah pagi.

Dan disinilah aku, sendiri dalam ruangan tempat aku dirawat, yang terdengar hanya suara detik jarum jam dan televisi dengan volume yang kecil.

"Sepertinya aku harus berkeliling sebentar," gumamku lalu mengambil alat bantu jalan, dan keluar dari kamar secara perlahan.

Sesampai didepan ruanganku, aku agak sedikit kaget karena suasana rumah sakit pagi ini lumayan ramai. Terlalu banyak orang berlalu lalang.

Aku melanjutkan jalanku menuju taman rumah sakit.


Apakah hari ini aku bisa bertemu dengan Minhee lagi.


































"Ara!" Panggil seseorang dibelakangku.

Aku membalikkan badanku, dan terkejut melihat Minhee sedang berlari kearahku tidak lupa dengan senyuman khasnya.










"Benar kan ini kau," ujarnya lalu berhenti tepat disebelahku. "Untung saja tidak salah orang," lanjutnya.

"mau ketaman?" Tanyaku sembari melanjutkan jalan.

"Tidak, kau mau ketaman?" Tanyanya balik sembari berjalan menyamakan langkahku.

Aku mengangguk. "Lalu mau kemana?" Ujarku menatapnya penasaran.





Ia mendekat kearah wajahku, membuat aku sedikit memundurkan wajah. "Aku tau tempat yang lebih indah dan lebih nyaman dari pada taman," bisiknya tepat saat muka kami hanya berjarak beberapa sentimeter saja.

"Ehm.. dimana?" Aku berdehem membuatnya tersadar dan menjauhkan wajahnya.

"Ikuti aku," ujarnya menuntunku kearah yang berlawanan dari arah taman.

Aku berjalan sesuai tuntunannya. Tapi tetap saja, jalanku lambat.

"Apa kau belum terbiasa menggunakan tongkat pembantu ini?" Tanyanya yang sedari tadi memerhatikan jalanku yang lambat.

"Aku baru memakai ini kemarin, jadi masih perlu penyesuaian." Ucapku sambil terus melangkah kan kakiku.






"Belok kiri," ujar Minhee di belakangku, entah kenapa bukannya berjalan di depanku, dia malah memilih berjalan dibelakangku.

"Lift?" Tanyaku bingung saat melihat arah jalan kami.

"Heum," ucapnya lalu menuntunku masuk ke lift dan memencet tombol paling atas.

"Ya! Sebenarnya mau kemana kau membawaku?" Ujarku melihatnya  sedang tersenyum memandang pintu lift yang perlahan tertutup.

Ia menoleh kearahku.

"lihat saja,"  ucapnya masih dengan senyuman khasnya.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Bahaya, jangan sampai detak jantungku terdengar olehnya.







Hening








Sampai akhirnya suara pintu lift yang terbuka memecahkan keheningan kami.










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aglio - Kang MinheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang