Bumi ini mencuat dari permukaan mengikis peristiwa yang suram. Sinar UV pun menembus kaca kamarku di kala surya menampakkan cahaya paginya.
Terik sinar surya pun kian terik dan merambat lurus menuju mata ku yang sedang berada di tempat terindahku untuk terus bermimpi. Yah itu tempat tidurku yang tiap malamnya menemani tiap mimpi indah dan burukku.
Kuterbangun dengan derap langkahku yang kini masih puyang menuju kamar mandi yang kebetulan ada di sebelah kamarku.
Yah aku masih sekolah dan sekarang udah duduk di akhir masa sekolah katanya masa seseorang berbahagia dan masa orang bisa menjadi kebanggaan orang tua jika udah lulus di sekolah akhir. Katanya sih gitu.. beda denganku yang sampai sekarang masih selalu memikirkan 1 titik awal jumpaku dan titik awal aku bisa hidup di tempat yang katanya hanya sementara ini.
Aku berjalan menuju sekolahku dengan perjalanan cukup jauh tanpa ada transportasi yang mendukungku hanya sepatu dan derap langkahku mengiringi aku berjanan menuju tempat ilmu katanya orang itu. Masa yang indah bagi mereka tapi bagi saya masa yang membosankan karna guru hanya menjelaskan peristiwa yang selalu tertuju pada kehidupan sesaat. Hanya mengajar didalam ruangan terus keluar tanpa memikirkan sebab akibat terjadinya beberapa hal uang menurutku sulit untuk kupinta.
Kenalkan namaku Venus nama yang diberikan ayahku yang beberapa lama ini tidak pulang karna tugas bisnis katanya. Aku tinggal sendiri dan ibuku ikut pada ayahku. Sendiri juga adalah pilihanku agar kudapan berfikir lebih jauh untuk menuju asa tertinggiku.
Kelaspun udah berlangsung dan aku datang sedikit telat dibanding guru yang saat ini mengajarku di kelas itu. Aku serta derap langkah yang sering mengiringiku tetap menuju kelas walau kutau sudah ada yang mengajar kala itu.
"Eh Venus kamu lagi kamu lagi, sudah kebiasaan terlambat. Kalau begitu terus kapan kamu bisa sukses." Lantunan guru yang sedang mengajar di kelasku. Akupun menatapnya dengan muka datar.
"Kesuksesan bukan dari seberapa cepat kamu datang tapi seberapa tidak adanya kemunafikan yang kalian pendam hanya untuk pencitraan" jawabku selagi melihat Guru dan teman temanku.
"Kamu melawan gitu..? Kamu tau apa tentang pelajaran yang saya ajarkan selama ini sehingga mulutmu mengatakan sesuatu yang sombong." Kebetulan guru tersebut adalah guru geografi.
"Aku memeng tidak selalu mengerti akan apa yang ibu ajarkan. Tapi apakah ibu pernah berfikir bahwa kita hidup itu di semesta ini untuk apa..? Apakah hanya belajar pelajaran yang ada di sekolah yang entah berantah hanya untuk meraih prestasi katanya..?" Selagi aku menatap guru itu. "Apakah Ibu pernah merasa bahwa 1 titik berasal dari titik sebelumnya.? Mungkin fikiran ku jauh dibanding pelajaran ini yang selalu mengiang ngiang entah buat apa aku belajar hal ini.."
"Keluar kamu dari kelas ini. Karna kamu terlalu keras kepala dan tak mau mendengar" kata ibu guru itu seraya dengan sikap marahnya kepadaku.
Akupun meranjak dari tempatku dan pergi meninggalkannya. Aku duduk ditangga belokan kiri sebelum kelas itu dan duduk merenung sampai jam pelajaran berganti. Aku tetap ada titik pendirianku dan memegang teguh prinsip pembelaanku.
Ku selalu yakin dengan prinsip yang ku pendam selama ini, mungkin itulah yang diajarkan ayahku sewaktu aku masih kecil. Aku selalu didik untuk menjadi diri sendiri bukan malah mencontoh orang lain, karna prinsip tertinggiku aku dapat melebihi orang lain. Bukan apa tapi seseorang pasti memiliki kelebihan masing masing dan kekurangannya itu dapat pulah setara dengan yang
Asalkan dia mau.Serayap aku terus bercengraman dengan aksaraku dan memikirkan hal lain daripada pelajaran yang saat ini berlangsung. Kupandangi pepohonan itu yang daunnya sedang bergembira dengan menari sesuai irama angin yang berhembus sepoi sepoi. Aku sembari memikirkan bahwa daun di atas pohon itu bergembira kian asyik dengan pohon yang sembari menopangnya. Aku berfikir tentang hal itu dan mengembalikannya kepada manusia serakah di bumi, yang saling menjatuhkan dan bergembira di atas penderitaan seseorang yang lain.
Mungkin itu cara mereka untuknya berbahagia. Yah emang orang punya cara sendiri buat bahagia walau sampai menjatuhan sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Semesta
Ficção CientíficaIni berkisahkan tentang seorang anak yang menggugat peristiwa sekitarnya. mendalami hal yang menurutnya tidak masuk akal dan memikirkan rancangan kehidupan selanjutnya. Berada di suatu tempat yang jauh dari keramaian dan disitulah tempat dimana...