E. Tiada Persahabatan Abadi

31 3 0
                                    

"Sayangnya akoh.... Pacar gue dua-duanya ngambek. Gue jadi ikutan beteeeee!" Hoki melempar diri ke kasur, ndusel­-ndusel ala anak kucing menemukan bola karet begitu sampai di kosan.

Hoki tidak pernah jaim di depan Ori buat bertingkah ganjen. Kepercayaan dirinya super overload. Waktu maba, Ori sempat kaget kalau teman sekamarnya bertingkah macam-macam. Tadinya memang lucu-lucuan. Lambat laun jadi kebiasaan. Kan, Hoki itu moodbuster di antara banyak kalangan. Ori menyerah buat menoleransi bakat rusuh Hoki. Asal pas Ori banyak tugas dan butuh ketenangan, Hoki diminta tenang dengan sogokan sebungkus rokok filter favoritnya. Jika tidak, Ori bakal mengunci Hoki semalaman, lalu berubahlah Hoki sebagai pindang asin di kamarnya Bayu dan Fahmi.

Namun, Hoki bukan anak yang bisa diam. Apalagi kumpulnya bareng Bayu yang suka ngosek senar. Nyanyi akustikan berdua, lalu banyak anak-anak satu kos ikut berkumpul. Terkadang Ori harus pakai headphone guna merendam polusi udara yang tercipta di anak kosan 18-A.

Masih siang bolong, tetapi Hoki sudah rusuh selagi Ori sibuk menghafal anatomi wajah. Dia melirik sekilas dengan malas ke Hoki. Tidak tertarik. Paling-paling masalah asmara yang itu-itu saja sehingga sebelum Hoki cerita, Ori sudah punya jawaban telak agar Hoki diam. Kalau kepalanya dijejali berapa nama cewek Hoki, Ori tidak mau menerima. Mendingan dia hafalin teori-teori medis ketimbang salah sebut nama mantan Hoki pas harusnya menyebut vonis penyakit.

Jika disuruh menganalisa penyakit Hoki, Ori punya daftar panjang tentang kebiasaan bobroknya. Namun, saat ini daftar yang terpampang adalah soal memperlakukan cewek. Hoki terlalu humble ke mereka. Bahkan ibu-ibu penjual rujak sempat digoda, apalagi yang lebih muda. Selain itu, hal paling parah adalah kebiasaan Hoki yang doyan hobi gonta-ganti pacar. Ori tidak bisa memperkirakan berapa lama lagi perjalanan asmara Hoki dengan Indah. Sebagai teman yang berbagi ruang yang sama di kubikel sempit penuh plester sepak bola, seluk beluk Hoki seperti apa sampai urusan warna sempak dan pose tidur ganjil pun, Ori tahu semua. Namun, asmara adalah di luar ranah kekuasaannya.

Enak si Hoki, sekali tembak langsung dapat. Ori malah tidak dapat.

Hoki guling-guling tidak jelas. Di usianya yang mestinya udah lewat fase puber, cowok itu tetap bertingkah macam ABG. Mau tidak mau, atensi Ori tertuju ke Hoki.

"Hm...." Ori berdehem, siap mendengarkan curhatan Hoki sebelum harus diobati hatinya.

Kesempatan itu tidak disia-siakan. Raut wajah Hoki riang dapat perhatian.

"Gue mulai klik sama Indah. Tapi dia ngajakin putus gara-gara semalam gue nanyain Zona ke Indah. Cewek itu ngamuk karena bukan operator provider seluler yang ngasih semua informasi ke pelanggan, katanya gitu. Gak paham lagi kok bisa si Indah kaya gini. Kan, gue nanya, yak. Kayak biasanya gitu. Mestinya Indah ngerti kalo gue sobatnya Zona. Ke kampus selalu bareng. Pulang kampung juga bareng."

Telinga Ori tegak berdiri karena nama Zona disangkutpautkan dalam hubungan Hoki dan Indah. Ini bukan pertama kalinya Ori mendengar nama Zona sering disebut sebagai orang ketiga dalam hubungan Hoki sama cewek lain. Para mantan Hoki memang cemburuan dan bertingkah Hoki harus memilih antara pacar atau sahabat. Berhubung Hoki si kepala landak yang tidak pekaan, langsung ngegas kalau dia memilih Zona yang lebih potensial ngasih duit. Kan, tiap mudik bareng, Zona memberi ongkos bensin sama makan.

Terlalu sering mendengar tentang Zona membuat Ori tertarik sampai akhirnya sekarang jatuh cinta. Namun, Ori lebih suka memendamnya dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Lalu saat Hoki mengulang masalah yang sama, Ori jadi pengen cekik Hoki aja.

Atau tebus aja tonjokin hidung Hoki seperti yang diminta Zona?

Asli, punggung tangan Ori gatal sekarang usai mendengar penjelasan sok polos Hoki.

HORIZONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang