Enjoy dear.
Langkahnya santai, melewati tajam para mata yang mengupas tingkah laku. Para murid yang berani dibelakang saja.
Selalu menjadi pusat perhatian tidak menimbulkan rasa risih dalam diri. Dia menyukainya, setiap orang melihatnya. Ya, dia termasuk orang yang suka menjadi murid famous, tapi bukan berarti dia gila akan ketenaran.
Kemudian dia mengambil jalan yang tak biasa ia lalui. Melewati koridor sepi yang sudah lama tak dihuni. Bangunan tua tak layak dijadikan kelas, sudah lama ditinggalkan tapi tak kunjung diperbaiki.
"Les." Oci, pemilik seruan yang melambaikan tangan. Yang otomatis menarik Lesta untuk mendekat.
"Ngapain?" Tanya lesta cuek dengan ciri wajahnya yang selalu datar, tapi orang mengira itu ekspresi sinis, sombong, dan songong . Padahal bukan, lesta kalau songong lebih menyebalkan dari ibu-ibu belok kanan tapi sennya kiri.
Kemarin malam lesta mendapat pesan chat dari oci, dia mengajak lesta bicara dikoridor lantai 4.
"Gue mau laporan sama Lo."
"Ya elah laporan ya laporan aja kali, ngomong di ruang OSIS juga bisa kan, lebih enak. Daripada disini, gak takut dikira lesbian ?" Ucap Lesta tertawa dengan guyonan nya, Oci memang juga termasuk OSIS inti, sebagai sekertaris 1.
"Ihh, ini tuh urusannya beda. Gue mau ngomong soal partner in crime lo, six trouble maker. Asal Lo tau aja ya, didepan lo baik tapi dibelakang Lo, busuk semua. Mereka tuh ngomongin Lo, ngejelekin lo, ngehi-"
"Cukup!" Bentak Lesta memotong serentetan kata yang memanaskan telinga. Oci merapatkan bibir, nyalinya menciut. Cukup, cukup sudah oci mengompori Lesta ,kalau tidak bisa-bisa dia habis di tangan anak taekwondo seperti lesta.
" Jaga bibir lo, dan gak usah ikut campur urusan orang." Dia berbalik ingin pergi, " oh ya, gue gak percaya tuh apa yang lo omongin." Dia berhenti sebentar tanpa menoleh. Lalu melanjutkan langkah setelah bicara.
"Lihat aja." Senyum miring tipis bahkan hampir tak terlihat, entah apa yang oci maksud. Nada nya santai tapi tatapannya tajam, penuh arti yang sulit dijabarkan.
Tak perlu lama, lesta sampai dikelasnya yang berada di lantai tiga. Meski harus menuruni tangga dari lantai 4; lantai teratas yang dibilang angker dan dihuni hantu bernama mbak Sarah.
Lesta menaruh tasnya dan celingukan mencari teman-temannya.
"Eh pin, lo lihat Abel gak?"
Arifin, tapi entah kenapa teman-teman kelas XI MIPA 4 nya, lebih suka memanggil Pipin. Pipin menoleh pada lesta yang sudah berada didepannya.
"Tadi sih disini sama Aris, tapi sekarang gak tau kemana."
"Oh, yaudah makasih ya."
"Ya,"
Lesta melangkah tak tentu arah, entah kemana, intinya dia mau kumpul bersama temannya.
"Ni mereka kemana sih, pagi-pagi udah keluyuran aja, mana gue ditinggal," kesal Lesta, dia benar-benar malas kalau harus mencari mereka mengelilingi gedung dan koridor-koridor yang terbentang di SMA cakrawala.
"Gue kekantin ajalah, haus juga gue. Kali aja nanti ketemu." Tujuan pertama adalah kantin. Karena ini masih pagi dan menurut feeling nya , abel disana. Karena seorang Nabila Vinaka itu jarang sarapan, dan mungkin sekarang lagi jajan.
Tetap seperti biasa, serius tapi santai. Menapaki ubin-ubin yang tersusun dibawa kakinya, melewati kelas-kelas yang tak pernah ia lirik. Yang dia tahu, sekarang dia berjalan menuju kantin kelas XI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beby Lesta
Random"gue juga manusia. Saat gue bersedih gue bisa menangis. Saat gue terluka gue juga bisa berdarah." Lesta lirih mengatakannya, menatap dalam orang yang di hadapan. Membiarkan air mata mengalir di pipi tanpa disapu tangan. Keduanya tertegun, diam namu...