Aku selalu mengingat jadwal latihannya. Ia berlatih futsal secara rutin, setiap hari Selasa dan Kamis, sepulang sekolah.
Sementara aku terkadang (lagi-lagi) memperhatikan tiap gerakannya dari jauh. Hanya dari jauh.
Dan sahabatku pun tak pernah absen di sampingku. Jelas memperhatikan orang yang sama.
Namun hari itu, ada yang berbeda. Seorang pria dengan tubuh jangkung mendekati kami. Kukira ia akan menyapa sahabatku, nyatanya tidak. Ia justru berkata, "Kau Rayya, kan?"
Aku hanya menggumam tak jelas. Maksudku mengiyakan perkataannya, sekaligus kode agar ia cepat menyingkir. Pandanganku ke arahnya terhalang oleh pria di depanku ini.
"Kau selalu disini setiap kami latihan. Menunggu siapa?" tanyanya lagi.
Hei. Apa-apaan ini.
Bahkan kami belum saling mengenal. Tapi mengapa dia sudah mengorek hal pribadiku?
Demi kesopan santunan yang diajari ayahku selama ini, aku menyahut pendek. "Menemani teman," lantas mengedik kepada sahabatku, menjelaskan bahwa dialah orang yang ku temani.
"Ooh," responnya, tanda mengerti. Lantas ia melanjutkan, "Ohiya. Namaku Rega. Anak futsal juga," aku hanya mengangguk tak peduli. Yang penting ia cepat pergi.
Seolah mengerti apa yang kumau, ia berbalik dan menjauh. Berkumpul dengan kerumunan anggota futsal lainnya.
Satu orang baru lagi dalam kehidupanku. Setelah ini, aku yakin hal hal akan bertambah rumit. Percaya padaku. Aku tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen Fiction"I love you. as simple as that. but why everything look complicated like this? am I doing something wrong?"