Angin semilir menerpa wajah cantiknya. Dengan ditemani bulan sabit dan bintang cemerlang gadis itu duduk sambil menopang dagu. Ketika sedang melamun di balkon kamarnya, ia dikagetkan oleh bunyi notifikasi ponselnya.
Arga babiQ
" Aku dah di depan cil, cepet turun. "
" Gak usah ngelamun terus, jelek. "Gadis tersebut berdecak kesal, kenapa sih ngejek mulu kerjaannya?!. Ia pun keluar dari kamarnya dan menemui teman yang super duper nyebelin itu. Saat sudah mencapai tangga terakhir, gadis tersebut melihat Arga sudah duduk di sofa. Kapan sih mamah jahatin dia? Usir aja kek elah. Dengan muka kesal ia pun membanting tubuhnya berada disebelah Arga.
"Ngapain sih?" Kata gadis tersebut kesal.
"Dih gak suka? Yaudah balik ae lah." Arga pun berdiri dengan membawa kresek putih yang ditaruh di meja.
"Eh eh, apaan tuh?" Gadis tersebut tak sengaja melihat bawaan Arga.
"Martabak cokelat plus ultramilk rasa taro, kenapa?" Kata Arga sambil menyembunyikan plastik tersebut.
"Terus mau dibawa kemana? Sini buat aku aja." Gadis tersebut mengambil plastik tersebut.
"Tadi ngusir." Arga tak terima dan menjauhkan plastik itu.
"Ya makanannya bawa sini, kamunya pulang aja sana, hush."
"Kurang ajar ya sama calon." Kata Arga sembari menyentil dahi gadis tersebut.
"Calon apa? Calon babu? Bagus deh udah ngaku." Sembari mengusap dahinya.
"Yaudah balik ae, bye."
"Aelah baperan, sini."
"Siapa?"
"Makanannya lah."
"Aku?"
"Ya sini duduk."
Arga mengusak rambut gadis tersebut, dan memberikan plastik itu kepadanya. Dia sangat senang ketika menggoda gadis tersebut. Clarissa. Atau akrab dipanggil Caca, tapi Arga sering memanggilnya bocil (bocah cilik). Gadis mungil ditambah pipi tembamnya yang membuat kadar keimutannya bertambah. Siapa sih yang gak gemes ngelihat dia, apalagi ketika gadis tersebut sedang kesal. Sudah menjadi bagian terfavorit dalam hidup Arga membuat Caca nampak seperti macan.
"Mau gak?" Kata Caca sembari menunjukan potongan martabak.
"Semua?"
"Dih, ya enggak lah enak aja."
"Yang beliin siapa?"
"Oh perhitungan? Yaudah" Meletakan kembali potongan tersebut kedalam wadahnya lagi.
"Iya iya bercanda seyeng" kekeh Arga. Dan dibalas oleh tatapan sinis Caca. Arga tersenyum, ia benar-benar bahagia ketika sedang berduaan bersama Caca tanpa pengganggu, kecuali tidak dengannya...
"Heh mana makanan buat gua? Cicak doang yang lu beliin?"
"Caca mas yaallah, c-a-c-a, ca-ca." Kata Caca dengan menekan setiap hurufnya.
"Mulut-mulut siapa? Serah gua lah" Caca siap melempar remote tv untuk dilempar ke kakaknya.
"Weh santuy-santuy." Kata Bima sembari menyeruput sedikit susu ultramilk milik adiknya dengan tenang.
"MAS YAALLAH BELI NDIRI NAPA SIH?!"
"Gah, koe sopo?" Bima terkekeh dan berlari ke kamarnya. "Ga, ntar malem push rank yo?" sambungnya dengan sedikit berteriak.
"Yoi kek biasa ya mas" kata Arga, ia melihat Caca yang tengah kesal, ingin menertawai tapi takut kena sruduknya, lebih baik dia cari aman saja. "Sabar"
"Ih ngeselin tau gak?!" Kata Caca dengan emosi yang membual.
"Gak."
Dibalas oleh tatapan sinis Caca "Diem!" Arga pun mengatupkan bibirnya. Namun suara menggelar itu muncul lagi. "Kok diem sih?! Hibur kek, tenangin kek, apa kek. Gak peka banget jadi orang."
Ya itu kehidupan seharian Arga, saat Caca sedang kedatangan tamu. Tenang Ga, 2 hari lagi selesai, yang tabah.
----------------
Sinar mentari mengintip malu-malu di jendela kamar Caca. Gadis itu nampak tidur dengan nyenyak, iya nyenyak, sebelum 'pengganggu' datang.
"Sst sst... pst..." Lelaki itu menarik selimut Caca, dan ia pun berdiri di atas kasur tak lupa melompat-lompat. Tujuan ia ke kamar adiknya adalah membangunkan dia dengan 'sayang'. Namun menurut Caca itu bukan 'sayang' melainkan 'menghancurkan' kenyamanannya. Well, sebagai adik yang baik, dia sudah sangat-sangat sabar dengan kakaknya yang super duper jail. Namun tidak kali ini...
Karena tidurnya terusik kakaknya, ia pun menendang kaki Bima. "Diem dong elah." hanya begitu, dan tidur lagi.
"Heh ayo jadi kagak joggingnya." Kata Bima sembari duduk meloncat sehingga membuat kasur itu bergerak. Gak tau badan kali ya, nih orang. batin Caca.
Merasa tak ada jawaban, Bima menendang adiknya tersebut. Namun sangat disayangkan, Caca yang tak memiliki keseimbangan pun jatuh begitu saja di lantai. Karena mengerti akan mendapatkan serangan macan, Bima segera bangkit dan berjalan keluar dengan santai.
"MAMAH!! MAS BIMA NIH LHO!!" Teriak Caca, duduk sambil menekuk lutut. Ketika Bima sampai pangkal pintu, ia mendengar suara isakan. Mampus gua dimarahin mamah lagi. Bima pun berbalik untuk menghampiri adiknya, dan berjongkok dihadapan Caca.
"Heh curut, eh bukan curut, woe cicak, cengeng amat sih lu." Kata Bima takut-takut sambil memegang dahi Caca dengan telunjuk. Tak ada jawaban, tapi isakan itu bertambah keras. Bima panik, takut mamahnya mendengar.
"Jangan nangis elah, gua minta maaf dah." Kata Bima bersalah dan menjulurkan tangan.
Caca berhenti terisak dan mengangkat kepalanya untuk melihat kakaknya. Namun, Caca mendorong Bima hingga jatuh dilantai dan menindihinya. "Mampus lu, makanya jadi orang jangan jahil. Dijahili balik kan. Hahaha" Ujar Caca tertawa bahagia.
"Adik astaga." Kata Mamah Ria -mamah mereka berdua yang baru saja datang ke kamar Caca.
"Engga aku Mah, Mas Bima duluan nih yang nakal." Kata Caca bangkit menjauhi kakaknya dan menghampiri mamahnya.
"Ya kamu jangan gitu dong sayang." Kata Mamah mengelus rambut Caca. Dan dibalas Bima menjulurkan lidah bermaksut mengejek. "Kamu juga kak, jangan gitu sama adik ndiri."
"Nah dengerin tuh." Kata Caca kesal.
"Udah sana Ca, siap-siap jogging, kakak tunggu dibawah aja sama Papah." Kata Mamah menengahi.
Caca langsung mengambil handuk untuk ke kamar mandi. Dan Bima keluar bersama Mamahnya, namun, Bima sengaja menyenggol pundak adiknya.
"MAS!!"
Bima terkekeh dan berlari keluar. Mamahnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Kapan mereka akur yaTuhan?!.
~
N.b
Ya maap ges, lagi gabut awokwok. Dikit bat gak sih? Ntar tambahi kalo gabut lagi:v905 kata doang astgfrlh:(
Dengan kekuatan bulan, otak berfikirlah...