Semilir angin terasa membelai rambut anak perempuan yang sedang duduk termenung. Matanya memandang bunga yang baru mekar di kebun bunga milik kakek. "Indah" pujinya.
Rara anak kecil yang baru mengalami kecelakaan 1 bulan lalu. Semua anggota keluarganya mati terbakar bersama mobil yang dikendarainya. Suatu keajaiban rara bisa selamat dari kecelakaan itu. Kini ia tinggal bersama kakek rudi. Seorang buruh sekaligus teman ayah Rara.
Seorang pemuda melihat Rara dari kejauhan, dia tersenyum.
Sang pemuda berjalan menghampiri rara "kau suka?"
"Sangat suka"
"Besok kalau aku sudah besar aku akan membuatkan kebun bunga mawar khusus untuk Rara"
Rara menoleh sambil tersenyum senang "janji?"
"Kakak berjanji" sambil menunjukan kelingking yang langsung disambut kelingking kecil Rara.
*****
Raka gak takut mematahkan tangan seseorang. Di dunia ini tak ada yang ditakuti Raka. Raka preman SMA Senja yang paling ditakuti sedang terusik.
"Ampun sakit" rintih Wisnu.
"Lo kalo mau jadi kriminal lain waktu aja ya. Kita udah ditunggu" ucap Gerka sahabat Raka.
"Rasanya asik juga mematahkan satu tangan culun ini" seringai Raka membuat Wisnu pucat pasi.
"Ma-maaf aku akan ganti baju kamu" ucap Wisnu menilik baju yang terkena minuman miliknya.
"Lo kira gue gak mampu"
Tak ada yang menolong. Siapa yang berani dengan Raka Hendra. Bahkan guru BP sekolah tidak ada yang berani mengusik raka, cucu satu satunya dari pemilik sekolah.
"Kalo mau berantem jangan ditengah jalan"
Suara itu milik cewek bermata biru jernih yang sedang melirik malas pertengkaran dihadapannya.
"Minggir gue mau lewat" cewek itu mendorong Raka.
Cekalan ditangan wisnu terlepas tanpa sadar. Raka melihat name tag cewek itu saat lewat didepannya.
Saat cewek itu sudah hilang di ujung lorong. Raka baru tersadar dari kebodohannya.
Seringai raka muncul "Rarastra Priliia kamu sudah buat kesalahan besar"
"Udah dong ka jangan pikir apapun, ayo kita pergi sudah ditunggu kepala sekolah"
Raka melirik Wisnu tajam "Lo kalo masih menampakkan muka jelek lo didepan gue, gue gak segan segan mematahkan tangan lo" Raka berlalu menuju kantor kepala sekolah.
*****
Rara mendekap ransel hitamnya kuat seolah itu bisa membantu menghilangkan memori kelam yang berkelebat dipikirannya. Keringat mengalir dengan deras. Tubuhnya bergetar hebat.
Didepan sana terjadi kecelakaan mobil. Darah berceceran dimana mana. Membuat Rara terpaksa mengingat kejadian yang selalu menghantui hidupnya.
Disaat Rara akan terjatuh ada tangan yang menopang tubuhnya. Dia terlihat seperti malaikat. "Mama" ucapan terakhir Rara sebelum jatuh pingsan.
Mengerjapkan mata perlahan mata biru itu terbuka. Mengedarkan pandangan menemukan dirinya berada di suatu tempat asing. Seluruh prabotan berwarna abu dan hitam, menandakan si empu bukan seorang wanita. Semua tertata rapi dan berkelas.
Pintu terbuka terlihat ada seorang cowok tampan yang sedang membawa bubur dan air putih "bagaimana sudah mendingan?"
"Lo siapa, ini dimana?"
"Lo dikamar gue, tadi pas dijalan gue liat lo pingsan"
"Gue mau pulang, makasih atas semuanya" sahut Rara datar. Rara bangkit dari kasur, berjalan menuju pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen FictionRara sisiwi yang super cuek yang bertemu dengan preman sekolah yang tak segan mematahkan tulang orang yang mengusik hidupnya. Tak ada yang berani dengan Raka kecuali Rara. Rara yang super cuek menjadi super benci dengan Raka yang selalu mengusik hid...