2

3 4 0
                                    

Pagi menjelang Rara duduk termenung melihat foto berbingkai yang terdapat keluarga yang bahagia. Lama terdiam Rara dikejutkan dentingan ponsel.

"Ra shift pagi ya. Gantiin"

Rara menghela nafas. "Kebiasaan, mau kemana sih lo. Kencan?"

"Tau aja kamu Ra, ini tuh hari spesial. Tino ulang tahun."

"Gue gak peduli"

"Ayolah ra, ntar gue beliin oleh-oleh deh"

"Bodo"

"Lo kok gitu, pliss mau ya"

"Hm"

"Nah gitu dong, ini baru Rara"

"Hm"

Rara berjalan menuju kamar mandi. 'mungkin ini  lebih baik dari pada memikirkan yang tidak-tidak' gumam Rara.

*****

"Kok lo kesini bukannya shift ke 2 ya" tanya anton. Barista yang selalu bikin racikan memanjakan lidah.

"Tukeran"

"Ra bantuin aron sana dibelakang, dari tadi dia ngomel mulu gak ada yang bantuin"

"Hm"

Suara gemrincing memenuhi indra pendengaran, pertanda ada seorang pelanggan dicafe Dendolion. Seorang pemuda bersetelan jas bak seorang pengusaha membuat para mata memandang kagum. Hidung mancung, rahang tegas, dada bidang.
'Sempurna' suatu kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana gagahnya pemuda itu.

Pandu memilih tempat didekat jendela, yang menyuguhkan pemandangan lalu lintas yang agak lancar hari ini.
Dering ponsel berbunyi, lagi lagi pandu menghela nafas saat tau siapa yang menelpon.

"Ada apa ma"

"Pandu nanti malam makan malam dirumah ya"

"Bahas itu lagi?"

"Pandu kamu udah tua, mama juga udah tua. Mama pengen punya cucu"

"Ma, pandu belum pengen nikah. Suruh dino aja"

"Huss, gak boleh adik dulu yang nikah. Pamali. Kamu cari perempuan yang gimana sih?"

"Pandu sibuk kerja, mama jangan ganggu" pandu memutus panggilan.

Menghela nafas berat pandu menoleh saat ada pelayan datang.

Rara yang bertugas menerima pesanan dimeja no 4 dibuat agak terkejut saat mengenali sang pelanggan.

"Kamu yang kemarin kutolongin kan?" Tanya pandu

Bukanya menjawab, Rara bertanya balik "mau pesan apa"

"Gimana kabar kamu?" Gak menyerah pandu terus bertanya.

"Tuan pekerjaan saya masih banyak, mau pesan apa"

"Kasih no telepon dulu baru aku mau pesan" pandu tersenyum sangat manis.

Menghela nafas berat Rara memajukan tubuhnya "jangan buat aku marah, aku bisa saja mengisirmu pergi dari sini" tatapan tajam Rara membuat pandu tersenyum geli.

"Iya ampun ampun" Pandu mengangkat tangannya menyerah. Pandu mendekatkan dirinya ke arah Rara, berbisik "pesan menu paling mahal disini sayang" Rara buru buru memundurkan tubuhnya, melenggang pergi meninggalkan pandu yang tersenyum senang.

*****

Tak ada yang tau yang namanya masa depan. Disini Rara tidak menduga bakal bertemu dengan Raka sipembuat masalah yang letak kelasnya paling jauh dari kelas Rara. Entah apa yang dipikirkan Raka yang justru duduk dikursi yang biasa Rara tempati. Dia membawa 2 temannya. Membuat kelas Rara yang biasanya tenang menjadi gaduh. Rara gak suka keramaian, Rara benci ketika dikeramaian tetap merasa sendiri.

"Minggir" ucap Rara datar

"Eh, sieneng udah dateng. Sini duduk dipangkuan abang"

"Pergi dari kelas gue"

"Jangan gitu sama abang neng. Abang kan belum ngapain ngapain eneng" kedua teman Raka tertawa geli.

"Minggir" nada Rara berubah tajam. Menjengkelkan berhadapan dengan mahluk keras kepala begini.

"Jangan galak galak, ntar tambah cantik" Raka tersenyum jahil

"kalo lo gak pergi, gue akan- " Bel berbunyi menghentikan ucapan Rara.
Rara kali ini merasa bersyukur bel berbunyi disaat yang tepat untuk mengusir mahluk gak guna ini.

"Gue duluan ya honey, kalo kangen tinggal cari aja diatap sekolah, jangan lupa itu no telepon ada ditas lo"

Raka yang akan meluk Rara lebih dulu terkena pukulan ditangannya.

"Galak gitu jadi tambah suka"

"Mati aja lo"

Raka tertawa sambil berjalan keluar dari kelas 11 A.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang