Kedua Kalinya?

30 4 0
                                    

Aku rasa kita adalah sebuah magnet yang akan terus bertemu walau sejauh apapun kita berada.

-Agariyal Daydan Hesnanda

Di jalan Ira masih saja memikirkan orang aneh yang terus menggangu pikirannya sampai sampai Ira hampir saja menabrak Pak Tono, atau yang sering disebut Pak (Botak). Walaupun ada sedikit rambut ditengah kepalanya, guru killer dengan ciri khas perut gembulnya dan kumis tebalnya seperti beteng rumah pejabat.

"Ehh maaf pak, saya gak sengaja," ucap Ira sambil menunduk karena takut kena semprot.

"Kamu ini kalo jalan tu pakai mata, tau ada saya disini masih aja ditabrak," omel Pak Tono.

"Yakali pak jalan pakai mata, kapan nyampenya!" ucap Ira dengang entengnya

"Ngelawan ya kamu! mau saya hukum beresin kamar mandi?" ancam Pak Tono

"Ya ampoen pak! jangan gitu juga kali ngancemnya!!" Ira pun semakin menambah emosi Pak Tono.

"Kamu ya Iraa!! sekarang juga bersihin kamar mandi," emosi Pak Tono memuncak dan langsung menyeret Ira tanpa aba aba.

Dan membuat beberapa pasang mata melihat kearah Ira. Ira yang merasa kesakitan karena Pak Tono terlalu keras memegang tangannya terlalu keras.

Saat dipertengahan jalan, tiba tiba ada seseorang menghentikan langkah Pak Botak. Dan membuatnya menghentikan langkahnya.

"Ngapain kamu disini. Kamu menghalangi jalan bapak, tau gak? Awas sana minggir!" tegur Pak Tono nada tingginya.

"Bentar pak, ini jalannya bapak?" ucap seseorang didepan Pak Tono, dan suara itu terdengar familiar bagi Ira.

Ira pun langsung mendongakkan kepalanya, dan melihat cowok yang baru saja membuatnya kesal. Yang tak lain adalah Riyal. Yaps cowok yang baru sebentar ia temui dan membuat dirinya darah tinggi.

Ira shock menatap Riyal yang begitu santai berbicara kepada Pak Tono, sambil ia mengunyah permen karetnya. Riyal pun mengedipkan matanya dan seketika membuat hati para kaum hawa meleleh seketika. Tapi itu tidak bagi Ira. Ira langsung membuang muka dan enggan menatap muka manusia aneh itu.

"Iya. jangan halangin jalan saya," bentak Pak Tono sambil menghentakkan kakinya.

Sedangkan Ira yang menunduk kesal. Marah. Emosi semua campur aduk jadi satu, kayak gado gado Bu Darmi disamping sekolahnya itu.

"Ehh pak, emang bapak yang punya sekolahannya? main bilang ini jalan bapak segala lagi, udah botak kumis ke beteng pejabat! ngaku ngaku lagi ini jalannya!" ucap Riyal lagi dengan santainya.

"Kamu ya! nambah emosi saya, ayo sekarang kalian berdua bapak hukum bersihin toilet," bentak Pak Tono lalu menarik paksa tangan Riyal.

Mereka pun ditarik paksa oleh Pak Tono menujur kamar mandi putra dan putri. Pak Tono menyuruh mereka membersihkan semuanya, jika sudah bersih maka mereka baru diizinkan pulang. Dan Pak Bargu atau lebuh tepatnya tukang kebun sekolah diberi amanat oleh Pak Tono untuk menjaga mereka. Sedangkan Pak Tono pergi meninggalkan mereka untuk pulang terlebih dahulu.

"Sialan emang," umpat Ira. Ira kira Riyal akan menolongnya dari Pak Tono ternyata cuma menambah beban emang sial jika Ira bertemu Riyal.

Dia begitu kesal, seharusnya ia sudah sampai rumah sedari tadi. Dan sekarang sudah semakin sore dan kemungkinan tak ada lagi kendaraan umum yang akan lewat didekat halte sekolahan.

"Eh, cewek kok ngomongnya kasar gitu eww," ucap Riyal sambil memandangi Ira.

"Bukan urusan lo," ucap Ira ketus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IRAGARIYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang