Lembar Kedua

395 51 9
                                    

Kitsune?

Sakura rasanya pernah mendengar nama itu. Kitsune bukan nama yang sembarangan bisa disebut. Nama itu bahkan terasa seperti kutukan kematian. Kitsune adalah malaikat kematian, pembunuh berdarah dingin, monster yang tidak pernah kalah selama ratusan tahun. Belum pernah Sakura dengar ada manusia yang berhasil mengalahkannya. Ia teringat akan pesan gurunya, Tsunade, ketua miko kuil Ameteratsu, yang menyuruhnya untuk lari sebisa mungkin dari dari Kitsune. Tapi haruskah Sakura mundur sementara ia belum berhasil menyucikan sang pendosa?

Tapi bisa sajakan gadis bertudung merah ini berpura-pura menjadi Kitsune?

Sakura pikir setidaknya ia harus membuktikan apakah benar orang yang ada dihadapannya ini palsu atau tidak.

Menumpukan seluruh beban tubuhnya di kaki kanannya, Sakura lalu melesat, kedua tangannya melempar kunai yang langsung bisa ditangkis dengan mudah oleh si gadis bertudung merah. Memusatkan energi di tangan kanannya, Sakura menghantam tubuh gadis bertudung merah dengan keras.

Suara yang ditimbulkan oleh tinju Sakura terdengar cukup kuat, bahkan tanah yang dipijaki Sakura menjadi hancur, tak sanggup menahan beban energi Sakura.

Sayangnya, meski dengan pukulan sekuat itu tidak mampu menjatuhkan gadis bertudung merah. Gadis bertudung merah itu masih berdiri kokoh, tegak, sedang tangannya yang kosong menangkap tinju Sakura dengan mudahnya.

"Aaaaaarrggh!" Sakura menjerit.

Si gadis bertudung merah  meremas tangannya kuat, meremukan jari-jarinya. Dari balik tudung merahnya, matanya tampak menyala merah.

"Menarik. Kau pastilah salah satu murid Tsunade," katanya tanpa mengurangi kekuatan remasannya.

Sakura menjerit kesakitan. Diantara teriakan Sakura beberapa langkah kaki serentak terdengar. Beberapa pria bertubuh besar dan berseragam muncul dengan pedang di tangan masing-masing. Sakura menghela napas lega. Petugas Keamanan datang tepat waktu. Sesuai rencananya.

"Apa yang terjadi disini?" Tanya salah satu petugas.

"Tolong aku, tuan! Yang Mulia Sasuke tiba-tiba menggila dan membunuh Kurenai-sama juga penjaga yang lain!" Sakura tiba-tiba histeris ketakutan. "Tolong aku tuan, dia juga memanggil iblis ini untuk membunuhku!"

Si gadis berkerudung merah melotot marah. "Jangan bohong!"

"Tangkap Pangeran Sasuke dan gadis berkerudung merah itu!" Kata salah satu petugas.

'Sial!' , si gadis bertudung merah mengumpat. Dia menghempaskan tubuh Sakura. Memaksa Sasuke untuk kabur bersamanya. Pemuda itu terlampau terkejut untuk menolak hingga menurut saja ketika si gadis bertudung merah itu mengajaknya berlari, menjauhi kejaran para petugas.

.
.
.

Kabar bahwa Pangeran Kedua membunuh pengasuhnya sendiri telah menyebar luas di seluruh Kekaisaran Ame. Secara resmi Sasuke telah ditetapkan sebagai buronan nomor satu. Kaisar Fugaku telah menjanjikan hadiah yang besar bagi siapa saja yang mampu membawa Sasuke hidup-hidup.

Itachi tentu tidak bisa tidak kesal karenanya. Dia tahu bahwa bukan Sasuke pelakunya, melainkan salah satu miko dari kuil Ameteratsu. Bukannya Itachi tidak mengetahui rencana penyucian dosa Sasuke, hanya saja ia tak menyangka kalau penyucian dosa Sasuke itu sama berarti dengan membunuh adik kandungnya itu, bahkan sampai mengorbankan nyawa tidak berdosa.

"Kau tidak bilang jika penyucian harus dengan mengambil nyawa seseorang!" Bentak Itachi.

Tsunade, pimpinan tertinggi kuil Ameteratsu terlihat tenang. Dia duduk di kursi singgasananya, masih terfokus atas gulungan perkamen yang dibacanya.

"Adikmu sudah tercemar bahkan sejak dalam kandungan. Dia sudah menjadi pendosa begitu dia terlahir, maka apa pengampunan yang pantas untuknya selain kematian?" Tsunade memandang Itachi, kedua telapak tangan lantas dikatupkan erat, matanya terpejam. "Sang Dewa telah memberikan pengampunan berupa kematian untuknya."

Itachi tampak tidak setuju. "Lalu kenapa Kurenai juga dibunuh? Dia tidak bersalah apa-apa!"

Tsunade menatap Itachi tajam. "Dia yang membesarkan pendosa serta melindungi dan mengasihinya maka dia juga seorang pendosa."

"Omong kosong!" Itachi sudah muak dengan segala perkataan tentang pendosa. Baginya semua tidak terasa masuk akal. Sudah cukup ia berdiam diri atas peraturan bodoh ini. Itachi tidak akan tinggal diam. Kali ini ia akan menyelamatkan Sasuke.

"Pangeran, hanya dengan kematiannya lah kita semua bisa selamat. Penyucian dosanya mampu menyelamatkan banyak orang, tidaknya nyawa seluruh rakyatmu lebih penting ketimbang satu nyawa?" Tanya Tsunade, seakan membaca pikiran Itachi.

Itachi meninggalkan ruangan itu tanpa jawaban.

.
.
.


Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red Riding HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang