that day (1)

50 4 0
                                    

Reza termenung di dalam kamarnya. Suara hujan di luar sana sudah menjadi latar untuk kebiasaan untuknya, namun ada rasa yang tak biasa yang ia rasakan, rasa kekosongan dan kehilangan yang membuat dirinya sekarang berubah menjadi seseorang yang tak ia kenal saat ini. Rasa sepi yang kian mendominasi.

Lampau, saat hujan ia memulai sebuah hubungan yang tak terduga akan berakhir seperti apa, bagaimana dan dimana.

Hujan mempertemukan mereka, di kala itu di hari rabu  sepulang sekolah tepat tahun lalu. Disaat hujan mereka berbagai tawa, bertukar canda dan bercerita banyak hal. Tetapi, sekarang kondisinya berubah. Semua telah berubah. Hujan pun telah berubah. Baik maknanya di dalam hujannya atau pun kenangan dalam hujan tersebut.

Reza telah kehilangan dirinya. Seseorang yang ia ikat saat hujan melanda. Seseorang yang berhasil mengjungkir balikan dunianya. Sekarang yang tersisa hanya ia semata, sisa hujan kemarin dan segala penyesalan dan kehampaan yang masih tersimpan sampai sekarang.

“Almira.” Rapal reza melangsa.

***

“Al, dipanggil Eja tuh ke depan gerbang.” Azizah teman Almira memberitahu saat Almira hendak beranjak keluar dalam kelas.

Kelas XII-IPA 2 sudah sepi sekarang, hanya tersisa beberapa siswi yang sibuk membereskan Peralatan kebersihan yang telah ia gunakan. Almira pun turut andil dalam kegiatan tersebut, sesuai dengan daftar piket kebersihan kelasnya, hari rabu adalah hari kerja untuk Almira.

Almira berhenti sejenak. ”Eja? Depan gerbang? Mau ngapain dia manggil aku?” Tanyanya bingung.

“Entah, yang jelas dia gak bakal nyulik kamu kok, kan di depan sekolah, orang bodoh mana yang berani menculik di depan banyak orang, kecuali kalau Eja terlalu bodoh. Bisa saja ia melakukannya.”

Almira menatap azizah heran. Perkataan Azizah terdengar nyata di telinga Almira. Percaya gak percaya, Almira mudah mempercayai orang lain.

Sadar akan omongannya barusan Azizah kembali berbicara. “ tenang Al, Eja gak bakal gitu, kamu juga, kok bisa percaya dengan omongan aku barusan.” Jelas Azizah.

“Siapa yang percaya, ngaco.” Almira mengelak.

“iya-iya, makanya punya muka jangan terlalu gampang dibaca, yaudah ayok ke depan, aku temenin.” Ajak Azizah yang dengan sekejap menggenggam tangan Almira dan menyeretnya ke arah gerbang sekolah.

Belum sampai ke tempat tujuan, hujan turun deras membasahi kota jakarta termasuk sekolah mereka.
Azizah dan Almira akhirnya memutuskan untuk berhenti di koridor dekat gerbang sekolah.
Hujan nya sangat nafsu kali ini, sangat agresif hingga bisa terdengar suara hujan yang begitu mengerikan.

Almira memalingkan wajah ke arah sekitar sembari mencari-cari sosok yang katanya memanggilnya tersebut. Tetapi hasilnya nihil, batang hidung pun tak ia temukan.

“Ngapain kamu celingak-celinguk gitu? Kayak lagi nyariin orang.” Ucap Azizah penasaran.

“Ah enggak kok, Cuma lagi merhatiin hujan aja, deres banget ya!” Jawab Almira dengan sedikit salah tingkah karena sudah tertangkap basah.

“Oh gitu,” Azizah sudah tahu, ia hanya tak ingin menggoda temannya tersebut.

By the way tuh anak dimana ya?”

Almira menengok cepat kearahnya.” Siapa?”

“Eja.” Jawab Azizah acuh.

“Kamu nyariin Eja?”

“Eja nyariin kamu, Al, lupa? Dan dia yang nyuruh kamu ke depan gerbang.” Balas Azizah yang kini kelihatan gregetan dengan tingkah polos temannya satu ini.

“Tadi kan kamu bilang dia di depan gerbang sekolah, dan sekarang lagi hujan mungkin dia udah balik.” Jelas Almira.
“Iya juga ya, tapi-''

“Ah yaudahlah ngapain mikiran dia, kalau dia yang butuh kan harusnya dia yang nyamperin kan?” Timpal Almira sekali lagi.

“iya-iya, yaudah hujan redah, kita langsung balik aja ya” Ajak Azizah.

okay!”

***

Langit semakin kekeuh mengirimkan pasukan rintikan hujannya menghantam bumi. Bisa dipastikan butuh berjam-jam untuk menyelesaikan serangan hujan kepada bumi.

Mungkin langit tak berpihak pada seseorang yang ingin melakukan sesuatu. Sehingga ia menurunkan bala tentara hujannya untuk menghambat kegiatan seseorang itu. Entah hujan akan menghambat atau justru bagian dari rencana tuhan untuk seseorang itu. Entah, kita hanya bisa mengira dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Ja, hujan nya makin deres nih gimana dong.”

“Yaudah batalin aja tantangannya, gampang kan,” Balas Reza cuek.

“Enggak, enggak. Enak di lo itumah!” Seru Rifky teman Reza.

Reza tak mendengarkan perkataan temannya barusan. Sekarang ia terjebak di warung depan sekolahnya bersama temannya yang menyebalkan dan hujan yang kali ini mungkin sebagai penolong untuknya.

Awalnya ia dan ketiga temannya sedang bermain di warung Bu’de depan sekolah sembari nongkrong ala ala siswa sekolahan sepulang sekolah.

Permainan yang mereka mainkan tidak lain adalah truth or dare. Dan sungguh malang nasib Reza, ia sekarang menjadi budak permainan tersebut.

“Gua tantang lo buat nembak Amira anak XII-IPA2!” Perintah Gilang, teman nya yang berbadan subur tersebut.

“Nah iya! Lo kan juga suka tuh sama Almira! Jadi kesempatan emas toh!” timpal Rifky sambil menepuk pundak Reza.

“Enggak.” Singkat Reza.

Ia tahu itu tidak benar, menembak seseorang yang ia sukai bukan untuk sebagai bahan permainan atau tantangan dari teman-temannya tersebut, ini Lebih dari itu. Dan mereka tak tahu mana permainan dan mana yang bukan.

“Ah payah, takut, lemah, cupu!” Ejak Rangga kali ini membuka suara hanya untuk meledek temannya itu.

“Enggak, gua gak cupu.” Balas reza kesal.

“Kalau bukan cupu, namanya apa lagi? Gak punya nyali? Apa cemen?” Sahut Rifky.

Mereka berempat tertawa lepas tanpa memikirkan bahwa ada yang sedang terbakar emosi karena malu akan perlakuan mereka. Tanpa basa-basi lagi akhirnya Reza membuka suaranya.

“Ky, panggilin Almira suruh ke depan gerbang sekarang.” Perintah Reza sambil beranjak berdiri dari duduknya.

“Woah-woah, tantangan di terima nih berarti?” Tanya Rangga memastikan.

“Gak usah banyak ngomong lo, cepet bangun, kalau perlu videoin, viralin!” Seru Reza dengan nada sedikit tinggi.

“Gua suka gaya lo ja, gua suka!” Sahut Gilang.

“Yaudah oke gua panggil Almira dulu, bentar.”

Akhirnya rifky bergegas pergi dan sangat bersemangat kali ini.

“Semangat banget tuh anak!” ujar Gilang dengan sedikit keras.

“iyalah semangat, pengen liat aktraksi.” Ucap rangga sambil tertawa.

••••                                  ■■■■                                ••••

*yey! hope you guys enjoy it!!! saya bakal rajin upload untuk cerita ini dan begitupun cerita sebelah!!! stay tune and thank you for all suppport and love!!

xoxo, sweetskiba!

NOSTALGICALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang