"Kau menyakitinya!"
"Aku tidak mau menyakitimu!"
"Tidak! Kau seharusnya bersamanya! Kau harusnya hidup bahagia dan mempunyai anak yang lucu bersama Nancy! Bukan malah datang kamari menemuiku!"
"Aku tidak mencintainya! Aku mencintaimu!"
"Ini hari pernikahan kalian bodoh!"
"Ini harusnya jadi hari pernikahan kita!"
"Tidak!"
"Jung Chanwoo!! Berhenti membantah!"
"Lepaskan aku!! Mau kau bawa kemana aku!"
"..."
"Yaaa!! Kim Hanbin!! Kau dengar? Lepas bodoh!"
"Diam!!" Chanwoo tersentak, pemuda manis berpipi tebal itu berhenti berteriak dan berhenti memberontak.
Bentakan garang dari lelaki yang sedang menariknya sedikit tidaknya membuat Cganwoo takut.
Hanbin itu sangat keras, Chanwoo tau itu setelah hampir enam tahun mengenal lelaki Kim itu.
"Mamamu pasti akan membunuhmu!" Chanwoo membelalak mendapati dirinya dibawa ke gereja tempat dimana seharusnya pernikahan Hanbin dan tunangannya -Nancy, dilakukan.
Maniknya takut-takut melirik beberapa orang yang memandang kedatangan keduanya dengan raut wajah heran.
"Kim Hanbin! Apa yang..."
"Kau bisa membunuhku setelah ini ma." Hanbin memotong amar sang mama, menarik sakin kuat pemuda berkaus putih lengan panjang dibelakangnya menuju antar.
Tempat dimana Nancy sudah berdiri mematung melekatkan tatapan pada kedua lelaki yang berjalan mendekatinya.
"Maaf, tapi bisakah kau turun?" Nancy membuka mulut ingin memaki si lelaki Kim.
"Turun, Nancy." hingga sebuah suara menghentikan niatan si wanita untuk mengeluarkan isi kerongkongannya.
"Tapi ayah.."
"Turun." ayah Nancy berujar tegas dan dingin.
Lelaki setengah usia itu ingin melihat sampai mana batas nekad calon menantu -gagal, nya itu berlangsung.
Apakah Hanbin akan menikahi kekasih lelakinya itu hari ini?
"Maafkan aku.. Sungguh.." Hanbin menggenggam erat kedua tangan Chanwoo yang sedang menunduk takut sambil terisak. "Angkat kepalamu sayang." suara lembut yang tidak digubris oleh si pemuda Jung.
"Angkat kepalamu jika kau ingin mendapat restuku anak muda!" kini ayah Hanbin yang sejak awal diam mulai mengeluarkan suara, dan sontak mengagetkan seluruh isi gejera termasuk Chanwoo dan Hanbin.
"Suamiku, apa-apaan ini?"
"Aku akan membunuhmu jika kau berani menghancurkan perasaan seseorang lagi! Anak sialan!" Hambin tersenyum pada sang ayah.
Tatapannya kembali menatap pemuda Jung dihadapannya. "Pengantin anda ada disini calon tuan Kim."
"Huh? Apa?" Chanwoo menoleh, menabrakan manik cokelatnya dengan manik milik Hanbin.
"Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama!" Hanbin beralih menatap mamanya yang tampak sedang menahan amarah dengan wajah memerah. "Mama. Bunuh aku setelah ini.. Matipun aku rela asalkan Chanwoo bisa menjadi milikku selamanya." Hanbin dengan tergesa memutar kepala, meraup rakus bibir merah muda Chanwoo, yang langsung mengecap lidah basah pemuda Jung.
Ayah Hanbin bertepuk tangan, disusul dengan tepukan dari ayah Nancy dan disambung dengan tepuk tangan seluruh tamu undangan.
"Lebih baik mati daripada harus menyakitimu.."
"Bahkan akan sangat menyakitkan saat kau mati dan meninggalkan aku.."
"Kalau begitu.. Matilah bersamaku.."