Kartika berjalan ke pedesaan sepi, hal yang bagus untuk meredamkan amarahnya. Sayangnya sih, itu yang diharapakannya
Nusantara mendengar suara 2 anak sedang saling menghajar, berusaha menemukan asal suara membuat dirinya terkejut dan marah besar. Seorang anak dari kebangsaan Belanda dan anak lokal. Dengan bergegas Kartika berlangkah maju pada dua anak itu, mana mungkin dia akan diam saja dan tidak menghentikan pertengkaran konyol tersebut?
"Heh! ada apa ini!?" teriakannya mengakibatkan keduanya berhenti, tapi saling menatap dengan rasah bermusuhan yang hebat. "Miss, dia tadi yang ngelawan aku miss-" ucapan dari anak laki-laki berkebangsaan Belanda itu dipotong oleh anak lokal, "ngak kok Bu, Tadi dia ini yang pertama ngelawan karna aku ngak sengaja nabrakin dia!" Disini, Nusantara berusaha untuk adil pada keduanya.
"Dek, Adek yakin ngak sengaja tadi?" Anak dari bangsanya menganguk. "Iya bu Indonesia, tadi juga udah minta maaf cuman dia ngak terima bu..." sudah senang dengan jawabannya ia lanjut pada anak yang lain dengan bahasa halus. Tapi dengan begitu angkuhnya ia tidak ingin beri ampun pada anak itu. "Nee! dia yang menabrak saya, lihat sekarang aku udah terkotori dengan orang-orang bawah!" Awalnya Kartika ingin menggigit bibirnya untuk tenang, tapi yang dikatakan oleh anak itu sudah lewat batas.
"Mengapa juga aku harus minta maaf dengan anak pembantu? Anak itu yang harusnya minta maaf karena kalian semua adalah lokal - lokal kelas bawah semua. Kalian harusnya patuh pada seseorang seperti kami!!" Kartika sudah tidak bisa menahan amarahnya sampai tangannya mengepal dengan tenaga kuat, Tangannya mendarat pada dahi anak belanda itu sehingga ia terjatuh.
Anak lokal disebelahnya terdiam dan melihat ibu personafisikasi negaranya dengan penuh ngeri. Keduanya mendengar seorang wanita berteriak dibelakang mereka, Kartika melihat belakang dan menemukan seorang wanita belanda tersebut terkejut dengan tempat kejadian didepannya.
uh oh, Kartika dalam masalah sudah.
.
"Sudahlah, biarkan aku berbicara padanya sebentar..." bawahannya setuju pada personafisikasi negaranya itu untuk membiarkannya masuk kedalam ruang penjara yang baru dihuni oleh gadis tersebut. Lars mendatangi ruangan tersebut, dan yang dia dapatkan adalah sambutan dingin dan ketus dari putri tirinya.
Dalam tatapannya yang dingin, ia berucap "Aku bisa keluar dari penjara ini tanpa bantuanmu kau tahu itu?" Lars mengabaikannya seakan itu adalah masalah yang sama. Ia mengambil tempat untuk diduduki dan melakukan tatap muka.
"Kau tahu sendiri kalau memukul seorang anak berumur 6 atau 9 tahun itu sangat telarang bukan?" Ucapnya sambil meniup pipa asap rokoknya. Kartika terdiam, meskipun begitu tatapan wajahnya mentajam seakan ingin mengutuk meneer didepannya ini.
Gadis itu lalu membalut kedua lengan tangannya dan menjatuhkan kepalanya, berbalik kearah yang berlawanan darinya. Lars mengeluarkan napas melihat tingkahnya, "dari kecil juga, kau ini masih saja melawan dan tidak mau dengar."
"Walaupun aku sudah beritahu ini padamu berkali - kali, aku ingin kau untuk mengerti kalau bisa, sekali saja." Pria berbangsawan belanda tersebut menaruhkan pipa rokoknya kemeja didepannya dan mengeluarkan asap dari mulutnya. "Sebanyak - banyaknya kau melawan dan ingin mengurusi negaramu dengan baik dan bermandiri, akan semakin ketat aturan disekitarmu yang tak mungkin kamu bisa lawan."
Kartika mengcengkam erat kedua tangannya, dengan betapa kesalnya ia masih diperilakukan seperti anak kecil yang nakal. Dia ingin melakukan semuanya sendiri, dia bukan anak kecil yang lemah dan selalu minta tolong itu. "Dengar, ini untuk kebaikanmu juga. Kau tidak tahu betapa menyeramkannya untuk memerintah dan mengambil tanggung jawab yang berat, terkadang tidak melawan bisa menyelamatkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
May This Love Long Last Forever {NihonNusa/Japanesia fanfiction
FanficJepang memang pernah menjajah indonesia, bahkan dikatakan lebih kejam lagi daripada Belanda. sebenarnya, Kiku tidak sekejam apa yang dikatakan sejarah, bahkan sikapnya itu lembut dan halus kepada gadis bernama Nusantara Tanpa disadari, Pemuda itu s...