Warning homo area.
Ide cerita milik author.
Chara desclimer dari MDZS milik budhe MXTX. Author hanya meminjam chara saja. Mohon maaf. Author baru belajar nulis. Huweeee *Nangis*
Menerima kritik dan saran yang membangun. Berusahalah menjadi pengamat dan penikmat yang bijaksana. Kata-kata readers sama mencerminkan kepribadian kalian semua.
Typo bertebaran di mana-mana, no EYD, dan diksi berantakan.
Last word, happy reading 😘😘Dia selalu duduk kursi depan jendela itu setiap hari selama satu tahun terakhir. Pandangannya menerawang jauh kedepan sarat akan kekosongan.
Tidak ada rasa khawatir atau takut, bahagia atau sedih. Semua sama saja. Wajahnya tidak dingin sama sekali, masih ada jejak-jejak kecerian dari wajah tampan cenderung manis tersebut. Namun jika diperhatikan, wajah itu kosong akan sesuatu.
Pikirannya sudah lama hilang tapi bukan gila. Setiap hari, selalu dan selalu ketika pikirannya melayang jauh dia bergumam pada dirinya sendiri, atau bertanya pada mereka yang mengaku sebagai keluarga angkatnya.
"Apa yang hilang?"
Dan kemudian sama seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi, mereka tidak pernah menjawab, justru hanya memandangya dengan tatap sendu dan penuh luka prihatin. Seakan kata yang mungkin akan terucap adalah jawaban yang akan menjadi pisau pembunuh menikam pemilik jantung.
"Apa yang hilang?" Sekali lagi dia bergumam pada angin. Ada rasa sakit yang ia rasakan saat bertanya entah pada siapa? Seolah sesuatu yang hilang adalah separuh hidupnya, atau justru hidupnya sendiri?
"Wei Ying"
Dia menutup telinga. Suara itu menggema di telinganya, suara asing yang tidak dikenalnya. Berulang lebih sering tiga bulan terakhir. Menyakitkan saat mendengarnya, tapi juga rasa rindu yang teramat sangat dirasakannya.
Lelaki pemurung itu adalah Wei WuXian. Pemilik nama lahir yang namanya selalu bergema entah dari mana.
"Ugh!!"
Tiba-tiba dia ambruk begitu saja dari kursi yang dia duduki sembari meremat dada kirinya, menggerang merasakan sakit yang kian menyiksa, sementara suara itu terus menggema. Memanggil sarat kerinduan dan derita.
Pandangan Wei WuXian semakin memburam, hal terakhir yang ia lihat adalah sang saudara angkat berlari ke arahnya dengan raut wajah panik. Entah apa yang diteriakkannya, yang jelas sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya, seraut wajah dingin memandang sendu penuh kerinduan.
***
"Lan Zhan!"
Wei WuXian meneriakkan penuh keceriaan nama seseorang yang tengah berdiri menunggunya di depan pintu gerbang taman bermain yang tampak ramai.Lan WangJi atau Lan Zhan, hanya memandangnya. Wajahnya masih datar seperti biasanya, tapi ada binar bahagian saat mata itu menangkap sosok matahari yang tengah menyinari hidupnya.
"Menunggu lama?" Wei WuXian berdiri di depan Lan WangJi dengan cengiran lebar di bibir peach, matanya bersinar penuh kejahilan. Kedua tanganya bertaut dibelakang tubuhnya.
"Tidak lama" Lan wangJi hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Wei WuXian.
"Tidak ingin mengandeng tanganku Lan Er gege?"
"Mau pergi bersama?" Lan WangJi mengulurkan tangan pada Wei WuXian
"Jangan tinggalkan aku lagi Lan Zhan" Wei WuXian menyambut uluran tangan Lan WangJi dengan cengiran lebar "Dan maaf telah melupakanmu".
"Tidak ada kata maaf dan terima kasih antara kita" Lan WangJi menuntun langkah Wei WuXian memasuki gerbang taman bermain yang ramai dengan senyum tipis di wajahnya, jejak-jejak kesepian yang sempat menghiasi wajahnya telah sirna begitu saja.
"Aku mencintaimu Lan WangJi" Wei WuXian segera melemparkan dirinya dalam pelukan hangat Lan WangJi. Lelaki itu membalas pelukan hangat Wei WuXian sangat erat. Rasa bahagia memenuhi rongga dadanya, ada banyak rasa syukur yang terpanjat tanpa kata.
Sementara dalam pelukan Lan WangJi, Wei WuXian bisa melihat beberapa orang yang berusaha memompa jantung dalam raga yang terkulai lemah dengan defibrillator, menghentak raga itu berkali-kali, namun justru yang terdengar adalah mesin yang berbunyi panjang dan nyaring.
"Waktu kematian pukul 13.00" Sang dokter bername tag Lan XiChen mengumumkan kematian pasien dengan berat namun lantang. Ada gurat kesedihan di wajah yang selalu tersenyum ramah itu.
Begitu dia memberi tahu pada wali pasien yang tak lain adalah istri dan mertuanya sendiri, sang istri segera melemparkan diri dalam pelukannya dengan tangis yang langsung pecah.
"Si bodoh itu, kenapa dia harus menyerah tiba-tiba? Kenapa dia harus meninggalkan kita Lan Huan? Tepat satu tahun yang lalu Lan WangJi pergi meninggalkan kita, bahkan sekarang di waktu yang sama juga si bodoh itu pergi?? Kenapa Lan Huan??!!"
Jiang Cheng menangis histeris dalam pelukan sang suami, kakak Lan WangJi suami Wei WuXian. Jangankan menjawab pertanyaan sang istri dan melihat seluruh keluarga Jiang kembali berduka, Lan XiChen pun sama hancurnya seperti sang istri dan keluarga istrinya.
Tepat satu tahun yang lalu adik dan adik iparnya mengalami kecelakaan mobil yang merenggut nyawa Lan WangJi dan menyebabkan Wei WuXian hilang ingatan dan merubah kehidupan serta harinya-harinya. Adik iparnya seperti mayat hidup yang tidak mengerti apapun dan selalu termenung di depan jendela.
Dan hari ini, saat tepat satu tahun kemudian Wei WuXian tiba-tiba tumbang terkena serangan jantung mendadak. Kata terakhir yang diucapkannya adalah nama sang adik yang terlupakan satu tahun terakhir, "Aku mencintaimu Lan Zhan"
The End
Whooaaaa ini author Remahan Rengginang nulis apaaaann??
Astagaaa gegara perjalanan yang mendaki gunung lewati lembah, Author yang baru belajar nulis ini benar-benar nyiksa chara kesayangan. #Curhat
Maapkeun mimi sang remahan rengginang yang ingin nyiksa emak Wei *DilemparRengginang
Remah Rengginang 🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Kill
Short StoryNo summary. Tapi ini drable rate M. 18++. Untuk pembaca diharap kebijaksanaan. Kalau mau volos silahkan menghindar. Warning!! HOMO AREA!! Homophobic please GO AWAY!!