하나) MarkClone

488 64 9
                                    

RENJUN POV.

"Iya, hari ini aku tiba di Seoul." ucapku pada orang di seberang telepon.

"Dan apa yang kau kirimkan? Sebuah peti?" aku mengapitkan telepon genggamku di antara telinga dan bahuku kemudian mendekati sebuah peti besar (persis seperti peti orang yang sudah meninggal) namun peti ini lebih mewah, terlihat dari warnanya yang perak kemudian dihiasi dengan manik-manik di sekitarnya.

"Kau tidak memberiku sesuatu yang tidak-tidak kan?" aku mulai bergidik ngeri membayangkan hal mengerikan apa yang ada di dalam peti ini.

'Aku yakin kau akan menyukainya hyung~' ucap orang di seberang sana dengan nada percaya diri.

"Yah bagaimana aku bisa percaya. Dari pengalamanku kau tidak pernah memberiku sesuatu yang bagus, kau selalu memberiku sesuatu yang 'aneh'" jelasku sambil sedikit menekankan kata 'aneh'.

Aku tak mendengar suara di seberang lagi kecuali suara cekikikan. Aku tak mau berprasangka buruk dulu. Zhong Chenle (orang yang kini berbicara denganku melalui telepon) memang sering memberikanku sesuatu yang aneh tapi itu bukanlah sesuatu yang menyeramkan.

Karena rasa penasaranku semakin memuncak. Aku memberanikan diriku untuk membuka peti tersebut. Memasukkan kuncinya pada sebuah gembok berbentuk... Hati? Di sisi kiri peti tersebut. Kemudian mulai mengangkat penutupnya.

Tak mungkinkan Zhong Chenle memberiku...

"HAH APA INI? SEBUAH MAYAT?"

"ZHONG CHENLE!!!"

***

Aku hampir saja pingsan ketika melihat isi dari peti yang dikirimkan oleh Chenle kepadaku. Entahlah aku benar-benar bingung dengan sepupuku itu. Aku tahu dia seorang ilmuwan yang kaya tapi memberiku mayat untuk kado ulang tahunku yang sudah lewat beberapa hari ini, bukankah benar-benar keterlaluan?

 Aku tahu dia seorang ilmuwan yang kaya tapi memberiku mayat untuk kado ulang tahunku yang sudah lewat beberapa hari ini, bukankah benar-benar keterlaluan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Tidak, Renjun-ge. Itu bukan mayat. Apa kau tidak pernah mendengar istilah clone?' ucapan Chenle di telepon tadi kini berputar kembali di kepalaku.

'Hey, aku tahu kau suka dengan seniormu yang bernama Mark. Makanya aku membuatkan clone itu khusus untukmu!'

'Kau tahukan aku berteman dekat dengan adik Mark hyung. Si Jisung yang cungkring itu. Aku meminta beberapa helai rambut Mark hyung dan dia langsung memberikannya padaku. Dan karena kejeniusanku jadilah mahakarya yang belum pernah ada di abad ini. Sebuah clone! Maaf mungkin ini aneh, ge. Tapi aku yakin kau akan menyukainya!'

Kepalaku kembali pusing setelah mengingat perkataan adik sepupuku itu. Dan lebih parahnya lagi clone itu sekarang sedang duduk di sampingku. Memasang wajah yang dingin dan tenang tapi... Dia benar-benar tampan seperti Mark hyung. Aku akui, Chenle benar-benar ilmuwan gila!

 Aku akui, Chenle benar-benar ilmuwan gila!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Uh... Bagaimana ini?" pikirku nelangsa.

Meskipun ia bukanlah yang asli, bahkan ia adalah sebuah tiruan. Tapi tetap saja ini membuatku gugup. Bagaimana tidak, ia sangat mirip hampir 100% dari yang aslinya. Dan semakin terasa aneh karena kami hanya berdua di apartemenku yang cukup luas ini.

'Ge, meskipun dia adalah sebuah tiruan. Tapi ia sama sekali belum tau tentang apapun. Maka dari itu, kau harus mengajarkannya berbagai macam hal. Ia akan dengan cepat memahaminya.' perkataan Chenle terngiang kembali di kepalaku.

Baiklah aku akan mencoba berbicara dengan MarkClone ini.

"Um.. Ha-"

"Selamat pagi, Injun."

"HUAAA-"

Aku terlonjak kaget saat tiba-tiba clone ini berbicara padaku. Aku memegang dadaku, berusaha menetralkan detak jantungku. Bahkan suaranya pun sangat mirip meskipun nadanya lebih datar.

"S-selamat pagi, um.. Mark hyung?" aku mencoba membalasnya namun ia kembali terdiam. Tak merespon apa-apa. "A-Apa kau sudah makan?" lanjutku berbasa-basi yang sungguhbtidak berbobot.

Ia tiba-tiba berbalik ke arahku dan memiringkan kepalanya seperti orang kebingungan. Aku seketika tahu bahwa ia sepertinya tak mengerti dengan apa yang kukatakan.

"Makan, makan itu saat kau memasukkan makanan ke dalam mulutmu. Manusia butuh makan agar tetap hidup." aku mulai menjelaskan padanya seperti mengajarkan seorang anak batita yang belum tahu apa-apa.

Ia kemudian mengangguk mengerti kemudian tersenyum tipis.

"Injun mau makan?" tanyanya dengan canggung. Entah mengapa itu terdengar lucu di telingaku.

Aku mengangguk, "Iya. Sebaiknya kau juga makan bersamaku."

Akupun mulai berdiri dan berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan makanan. Dapat kurasakan clone itu kini berjalan mengikutiku di belakang.

***

Aku masih canggung untuk berinteraksi dengannya. Namun aku juga tak bisa membiarkan clone itu terus terusan tertidur di dalam petinya. Jujur kuakui ia sedikit merepotkan. Aku seperti sedang mengajari banyak hal kepada anak kecil yang tak tahu apa-apa, bedanya ia bukanlah anak kecil lagi.

Seperti saat ini, aku mengajarinya bagaimana menggunakan sumpit untuk makan. Namun ia beberapa kali tak bisa melakukannya karena jari-jarinya yang masih kaku. Sehingga aku harus mengajarinya makan menggunakan sendok dan garpu.

"Mark hyung, liat aku. Jadi, ketika memotong makanan, kau harus menggunakan garpu untuk menahannya, kemudian potonglah menggunakan sendokmu." aku memberikannya contoh dengan cara memotong sepotong salmon bakar di piringku kemudian ia mengikutinya dengan cepat.

"Setelah itu kau angkat ikan itu dengan sendokmu dan masukkan ke mulutmu seperti ini." Aku menyuapkan sepotong salmon ke dalam mulutku dan ia pun mengikutinya.

"Hehehe kau memang pintar!" aku tersenyum bangga dan hampir saja tanganku refleks ingin mencubit pipinya yang menggembung karena makanan.

Seketika aku harus menarik tanganku saat ia menatapku dengan wajahnya yang kaku.

'Huh... Lain kali sepertinya aku harus mengajarnya untuk tersenyum.' pikirku.

***

To be continued...

MARKCLONE (MarkRen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang