17. Atau kau hanya tak mau aku kalahkan?

1.4K 188 7
                                    

"Jangan main-main. Kami berdua akan menikah dalam waktu dekat ini." kata Seungcheol yang membuat semua orang terkejut.

"Menikah? Kau akan menikah?" Joshua tertawa. "Jadi perilaku bodohmu yang masih mencintai Dahye sudah hilang? Begitu?" nadanya seakan meledek.

Seungcheol mengepalkan tangannya, namun dengan cepat Aera memegangnya untuk menenangkan. Seungcheol luluh. Ia menghembuskan nafasnya kasar untuk meredam emosinya.

"Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku kesini untuk membicarakan tentang pekerjaan." kata Seungcheol.

Joshua tak menggubrisnya. "Aera, bisa tinggalkan kami berdua saja? Aku ingin bicara sesuatu pada atasanmu ini." kata Joshua lembut.

"Mau apa kau?" sahut Seungcheol.

"Tenanglah. Aku tidak akan memperkosamu. Jangan takut seperti itu." kata Joshua yang membuat Aera menahan tawanya.

"Baiklah. Saya akan keluar. Permisi tuan." pamit Aera.

Setelah Aera pergi, Joshua menyenderkan badannya dan menatap Seungcheol.

"Kau serius dengan kata-katamu?"

"Tentu saja! Memang aku terlihat bercanda?" Seungcheol balik bertanya.

"Kalau begitu, aku akan menunggu undangan darimu."

"Kau ingin ku undang? Jangan bermimpi."

"Kalau kau tak mengundang, kupastikan Aera akan menjadi milikku."

"Apa maumu sebenarnya? Kenapa kau selalu senang mengambil apa yang menjadi milikku?"

Joshua menggeleng. "Aku tidak! Memang kau yakin kalau Aera adalah milikmu? Kurasa tidak."

"Kau hanya ingin membuatku kalah denganmu!"

"Tidak! Sudah kukatakan itu berulang-ulang. Aku sudah terlalu tua untuk melakukan itu." kata Joshua. "Lagipula, apa kau yakin kalau kau mencintainya? Atau kau hanya tak mau aku kalahkan?"

"Kalau saja ini bukan kantormu, aku sudah menghajarmu sampai babak belur. Brengsek!" umpat Seungcheol. Kemudian ia langsung pergi dengan perasaan yang sangat kesal karena ulah Joshua.

Seungcheol berjalan sangat cepat. Dibelakangnya, sudah ada Aera yang mengikutinya.

Sepanjang perjalanan kembali, mereka berdua hanya diam. Aera menoleh saat mendapati Seungcheol berulang kali menarik nafasnya karena menahan sakit di perutnya.

"Apa ada yang kau rasakan tuan?" tanya Aera.

Dengan mata tertutup dan keringatnya yang bercucuran, ia menggeleng.

Jun yang tengah duduk di bangku paling depan, menoleh ke belakang.

"Kau benar tidak apa-apa, tuan?" tanya Jun.

Jun bertingkah layaknya bawahan karena ada supir di sampingnya.

Dengan mata masih tertutup, Seungcheol mengangguk mengiyakan.

"Aku tidak apa-apa." katanya.

Aera dengan sigap mengambil tissue di tasnya lalu mengusapkannya ke kening Seungcheol. Tentu saja itu membuat pria berparas tampan itu terkejut. Ia menatap wajah Aera dengan pandangan yang tidak bisa di artikan.

"Jun, sepertinya kita harus membawa tuan Seungcheol ke rumah sakit. Dia demam." kata Aera setelah mengecek suhu tubuh Seungcheol.

"Tidak. Aku baik-baik saja." sahut Seungcheol.

"Ahjussi, tolong bawa kami ke rumah sakit ya." kata Aera pada supir Seungcheol.

"Aku ti---"

Gay Or Nay → C.S.CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang