Bad Day

630 125 4
                                    

!!!
Holla, ayok gaes di vote dulu sebelum membaca. Jangan lupa yaa untuk ngevote.
!!!































Seumur hidup, baru kali ini gue merasa dikhianati. Anehnya gue merasa dikhianati oleh rival gue sendiri. Gue pikir semua sikap baik Rangga yang ditujukan ke gue akhir-akhir ini tulus. Tapi ternyata ada maksud dan tujuan lain dari setiap sikap baik yang cowok itu lakukan. Baru kemarin gue ngerasa Rangga berubah. Baru kemarin gue mengubah mindset gue tentang Rangga. Berpikir kalau mungkin Rangga gak seburuk apa yang selama ini gue pikir.

Tapi semua sirna saat kenyataan dengan sangat jelas terkuak di hadapan gue. Siang ini, saat gue tak sengaja mendengar percakapan mereka di lapangan basket. Membuat gue sadar kalau ternyata Rangga bahkan lebih buruk dari yang selama ini gue duga, bahkan mungkin bisa dibilang brengsek. Mungkin gue bakal maklum kalau hanya Rangga, tapi kenyataan lainnya benar-benar bikin gue syok. Karena Jihan dan Hasna juga ikut gabung dengan Rangga, sejak kapan?

"Gila, lo udah berhasil deket sama Anggi?" tanya Delvin antusias.

Gue masih setia berada di balik pohon besar untuk mendengar percakapan mereka.

"Belom sih, tapi, ya, seperti yang lo lihat, rencana gue berjalan lancar sampai saat ini," jawab Rangga dengan senyum pongah.

Iya, rencana lo lancarnya cuman sampai sini aja. Karena mulai sekarang gue yang akan menghancurkan rencana lo itu. Gue bersyukur Anna gak ada di sini, tapi hal itu gak buat gue yakin kalau anak itu gak terlibat dengan rencana busuk Rangga.

"Kemarin gue lihat lo nganter Anggi pulang." Hasna ikut nimbrung.

"Ternyata, Anggi, keliatannya doang galak, tapi dialusin dikit langsung lembek kayak jelly." Rangga mencibir.

Gue menahan emosi, sembari memejamkan mata. Iya, gue akui, gue sempat baper sama sikap manisnya Rangga. Hebat, Rangga benar-benar hebat. Gue akui dia memang cowok multitalent karena selain pintar di bidang akademik, ternyata Rangga juga jago akting. Benar-benar bagus banget aktingnya, sampai gue gak ngira kalau dia ternyata punya maksud lain.

"Gue yakin sih lo akan berhasil," timpal Jihan

"Anggi benar-benar pintar menutupi kelemahannya, tadinya gue pikir akan sulit menemukan kelemahannya. Tapi setelah gue coba deket sama Anggi, kayaknya bakal mudah menemukan kelemahan cewek itu."

Delvin terkekeh. "Kita gunain kelemahannya untuk menjatuhkan dia. Gue yakin, Anggi, gak bakalan bersikap angkuh lagi setelah kita tahu kelemahannya."

"Gue benar-benar gak sabar untuk ngejatohin Anggi."

Oh, pantesan Rangga aneh banget akhir-akhir ini. Sikapnya jadi ramah dan hangat ke gue, ternyata ada maunya. Rasanya benar-benar gak karuan, pengin banget tangan gue ngejambak dan nyakar muka Rangga atau nyekek Rangga sekalian.

Alih-alih ngamuk ke Rangga, gue malah berjalan pergi menjauh dari mereka hingga percakapan mereka tak terdengar lagi. Padahal, saat itu kita udah sepakat akan bersaing secara sehat, gak ada yang namanya memanfaatkan kelamahan untuk menjatuhkan orang lain. Rangga curang, dia telah melanggar kesepakan itu. Gue benar-benar benci cowok sombong itu.


Dasar pengecut!


Mereka pikir, mereka itu hebat saat bisa menjatuhkan orang lain menggunakan kelemahan? Cih, dari mana keliatan hebatnya? Malah di mata gue mereka keliatan seperti orang pengecut yang menjijikan. Bangga, ya, saat berhasil menjatuhkan orang menggunakan kelemahan orang tersebut?


The Ambition [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang