Mustika City

3 0 0
                                    

“Akhirnya kamu wisuda juga, perjuanganmu berbuah manis nak, kami bangga memiliki kamu.”Ucap Ibu dihujani pelukan dan hujan yang menetes dari pelupuk matanya. Sanak saudara dari kampung halaman menemani hari bahagia Valen, Valen juga mendapat banyak wejangan (nasihat) dari Pade, Bude, Bule, Om, Nenek, Kakek dan saudara seusianya yang sudah
merasakan dunia kerja.

Valen sibuk ber-selfie ria di hari kelulusannya, senyum bahagia terukir jelas di bibir gadis itu,
wajahnya merona bahagia, tawanya lepas seakan perjuangan hari kemarin terbayar lunas. Lelah, letih, penat harus dirasakan mahasiswa tingka akhir demi mengejar dosen pembimbing untuk bimbingan hingga beliau menyetujui mahasiswa tersebut untuk sidang, kini perjuangan itu selesai dan hari baru dimulai.

“Mba Valen, Tines boleh ikut foto enggak? Kalau boleh foto sama toga sekalian ya.” Rayu Tines, gadis keturunan jawa-china yang baru memasuki dunia kuliah.

“Biar apa Dek Tines?” Valen mengelus puncak kepala Tines diselingi tawa renyah.

“Yaudah kalau enggak boleh, Tines mau makan ice cream aja.” Valen menarik lembut lenganTines yang perlahan menjauhi dirinya.

“Eh, jangan ngambek dong sayangnya Mba. Adek boleh foto sepuasnya, Mba kumpul lagi sama teman-teman lagi yah Dek.” Valen memakaikan toga di puncak kepala Tines sambil memeluk gadis itu. Setelah mendapat keinginannya Tines berfoto ria dan membagikan moment itu di social media miliknya dengan caption yang membanggakan Valen.

Bude Nofi memberi kode kepada Tines untuk memanggil Valen.

“Mbak Valen dipanggil mama!!!” Teriak Tines, Valen berlari menuju keluarganya dan dia
dihujani berbagai kata selamat dan rentetan pertanyaan.

“Bar wisuda wis duwe rencono urung cah ayu?” (Setelah wisuda sudah punya renana belum gadis cantik) tanya Pade Alan.

“Bar iki yo Valen ngoleti gawe sek, ngirim lamaran online semoga diterima. Valen juga mau liburan di Blora, boleh ya Pade Alan, Bude Yaya.” Jawab valen sambil mengalihkan topik
pembicaraan agar tak dihujani dengan pertanyaan lain, pertanyaan Valen dianggukan oleh keluarga besar. (habis ini Valen cari kerjaan dulu).

Kebersamaan yang jarang didapatkan, tawa bahagia dan mereka tertawa lepas di hari kelulusan Valentina Lady Mirabelle. Suasana yang indah dan sayang untuk dilewatkan begitu saja, mungkin foto adalah bukti fisik kalau moment itu pernah terjadi, namun bukti sesungguhnya darisebuah moment adalah sejauh apa kenangan yang tersimpan dan sedalam apa ingatan tentang
hari itu membekas.
***
Kota yang Valen rindukan, suasana dan keluarga yang ingin dia temui, makanan yang hanya ada di sana, dan banyak hal lainnya yang tak bisa terungkap lewat kata. Perjalanan jauh pertama Valen seorang diri, dirinya menikmati hamparan keindahan yang disuguhkan oleh alam, berkhayal waktu liburnya akan dipakai untuk apa dan kemana saja.

Sesampainya di terminal Valen mengirim pesan pada Fela. “Fel, tolong jemput aku di terminal ya, aku baru sampai tadi.”

Fela yang menerima pesan Valen langsung membalas pesan Valen saat itu juga “Okay Mba, Fela elitz meluncur.”

Fela bepamitan kepada orang tuanya “Ibune, Bapake, dalem tak jemput Mba Valen sedelo yo, jerene wis nang terminal, dalem pamit yo Ibune, Bapake, Assalamualaikum.”(Ibu, Bapak, Fela jemput mba valen sebentar ya, katanya udah di stasiun, Fela pamit ya Bu, Pak.
Assalamualaikum.)

“Sing ati-ati ya Nduk, alon-alon gawa motore.” Pesan Ibune (Hati-hati ya Nduk, pelan-pelan
bawa motornya).

Setengah jam kemudian Fela sampai ke stasiun dan menjemput Valen, selama perjalanan Fela menceritakan hal menarik dari kota Blora, Valen sibuk menyimak dan sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh. Valen meminta Fela menemani dirinya liburan dan berwisata di kota indah ini, melepas penat beberapa bulan terakhir yang menguras berbagai macam emosi, otak, uang dan lain-lain, Fela menerima ajakan Valen begiitu saja karena itu sesuai dengan prinsip Fella. Prinsip Fella adalah “Belanja dan jalan sebanyak mungkin dengan pengeluaran seminim
mungkin.”
***
Rumah jaman dulu yang tentram dan damai, kayu yang masih kokoh berdiri menopang sisi-sisi dan tengah rumah, ukuran satu ruangan seperti ukuran untuk tiga ruangan jika rumah untuk rumah di perkotaan, serta kenyamanan karena unsur alami rumah jawa sangat dinikmati oleh gadis kota yang sedang menikmati liburannya di desa. Nafas Valen berderu menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menyentuh raganya, matanya terus memandang area persawahan di dekat rumah Bude Yaya, hatinya merasa tenang dan pikirannya kembali segar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita INDONESIA Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang