Hari ini adalah pertama kalinya gue ketemu sama calon suami gue. Gugup banget gila! Ini pertama kalinya gue harus menjalin hubungan sama cowok. Gue bukan belok ya, tapi gue emang ga pernah pacaran. Iya 21 tahun dan ga pernah sekalipun yang namanya pacaran. Orangtua gue tuh tipe orangtua yang strict parents gitulah, jadi ya gini, ga boleh pacaran kalo belum lulus sekolah. Sekalinya ada kesempatan malah dijodohin.
Ohya, gue belum ngenalin diri gue ya? Nama gue Cikara Malota Wiryawan. Arti nama gue adalah, Cikara, yang paling puncak; Malota, anak yang diharapkan; Wiryawan, dari nama papa. Biasa dipanggil Cika, tapi emang banyak orang yang suka tanya kenapa Malota? Kata mereka, sok sokan inggris, haha ya gatau juga sih, kan kakek sama papa yang kasih nama. Gue anak tunggal, iya satu satunya.
Anyway, gue ga nyaman banget sama outfit gue kali ini. Rambut diurai, make up tipis yang didandani sama mama, kalung liontin, dress hitam yang emang elegan tapi bukan tipe gue banget please, belum lagi heels dengan warna senada. Tapi dipikir-pikir, gue cantik juga sih haha.
Oke, gue ngelihat sesuatu, bukan, bukan setan. Tapi keluarga dari cowok yang dijodohin sama gue. Mereka berempat, papa mama dan dua orang cowok. Gue jadi bingung yang mana jodoh gue. Yang pasti bukan laki-laki dengan brewok tipis itu, karna dia bakalan jadi calon mertua gue.
"Sudah menunggu lama ya? Maaf, saya, Gilang, dan Dhito mendadak harus menghadiri meeting." kata si papa mertua.
"Ngga pak, saya juga baru sampai kok." kata papa gue.
Baru sampe apanya? Kita udah 30 menit disini.
"Baik, biar saya perkenalkan keluarga saya dulu, mungkin Beni dan Ratna sudah kenal dengan saya dan istri, tapi tidak dengan calon menantu saya kan?" katanya sambil ketawa.
Ini papa mertua gue mukanya serem tapi kok kayak seru sih..
"Saya Andre dan ini istri saya, Maria. Lalu anak pertama saya, Gilang Sebastian, dan di sebelahnya, Ardhito Kusuma, anak bungsu saya."
"Selamat malam om, saya Cikara Malota Wiryawan, biasa dipanggil Cika." ucap gue sambil menahan gugup. Tangan gue sampe basah saking gugupnya.
"Halo Cika, cantik ya." kata ibu mereka.
Oh my God, gue rasanya pengen kabur sekarang deh. Takut banget gila!
"Bisa kita mengobrol sambil makan?" tanya si ayah.
"Boleh boleh, mari." sahut papa gue.
Nyatanya yang ngobrol cuma para orangtua. Gue, Gilang, ataupun Ardhito ga memulai percakapan sedikitpun. Jujur gue belum tau pasangan gue yang mana, tapi dua-duanya ganteng sih haha. Ih tapi sama aja, gue gamau dijodoh-jodohin gini.
"Oke, jadi kembali ke kesepakatan kita ya. Minggu depan pertunangan, sebulan setelah pertunangan adalah pernikahan Dhito dengan Cika."
Uhuk!
Oke, gue keselek air minum gue sendiri. Ga salah apa? Minggu depan? Bulan depan? Gue masih umur 21 by the way pa, om.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feminine
Romance"bisa nggak sih lo sekali aja tampil feminim gitu?" - Ardhito Kusuma "enggak." - Cikara Malota Wiryawan Feminim? Males ah