Bagian 2

15 0 0
                                    

"Ini yang kau mau, kan?"

Kemarahannya sekonyong-konyong datang tanpa bisa ditahan. Semua pasang mata menelan ludah kelat. Wajah polos itu benar-benar mengerikan sekarang.

Wajahnya merah padam. Kini berlipat kali lebih merah dari sebelumnya. Hidung kempas-kempis. Tampak sekali ia sedang menahan amarah dalam-dalam, hingga sampai pada klimaksnya, ia akan keluar tanpa ada satu pun yang tertinggal. Buku-buku jarinya menonjol, bahkan dapat terlihat dari kejauhan. Saat ini ia benar-benar menyerupai monster.

"JAWAB!! KAU YANG MAU INI, KAN?"

Yang ditanya hanya mampu diam tanpa sanggup mengeluarkan apa-apa. Wajahnya pucat pasi sejak tadi. Kakinya tremor menatap kondisi mengerikan di hadapannya. Suara itu sungguh mengusik dirinya. Bulu-bulu di sekitar lehernya pun meremang hebat.

"A-aku ..."

Dia bahkan tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Kesombongan yang ia punya lenyap begitu saja. Perkiraannya selama ini keliru. Hewan di depannya bahkan tidak selemah yang ia kira. Ia benar-benar setan dalam tubuh makhluk bernyawa.

"HAHAHA, bahkan dia tak sanggup mengeluarkan ejekan seperti biasanya." Makhluk menyeruak itu menatap remeh lawan bicaranya. Yang diledek diam saja. Ia benar-benar tidak punya kekuatan untuk melawan saat ini.

Beberapa saat lalu mereka masih di arena pertandingan. Seekor rubah tengah menghitung mundur sebelum menyilakan mereka mulai berlomba lari.

Masih ia ingat jelas wajah kesal hewan di sebelahnya. Bahkan suara-suara penonton yang nyaris memekakkan telinga saking banyaknya masih hangat dalam kepalanya. Rasanya semua begitu nyata.

Lalu, yang sekarang ini apa?

Di mana sebenarnya mereka?

Kenapa mendadak dia kehilangan keangkuhan yang biasanya menjadi kekuatan nomor satunya?

Ia benar-benar tidak paham. Dalam sekejap dunia seperti diputar balik secara paksa. Dan lagi, binatang lemah itu tiba-tiba memiliki aura menakutkan layaknya monster kawakan.

Tubuhnya tidak berubah, tidak. Kecuali beberapa perubahan raut yang menandakan amarah yang tengah memuncak dalam dirinya. Juga sikap dingin yang mampu melumpuhkan siapa saja yang mengusiknya.

Tempat yang mereka pijak sekarang sangat jauh dari yang sebelumnya. Tidak ada pepohonan besar. Semak belukar yang tumbuh di beberapa bagian turut menghilang. Tidak pula bunga-bunga langka yang tidak tumbuh di sembarang tempat. Mereka benar-benar tersesat di tempat yang tidak mampu dikenali oleh seorang pun dari mereka.

"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?"

"Apakah kita akan mati di tempat ini?"

"Bahkan di sini tidak ada buah-buahan. Bagaimana kita akan bertahan hidup?"

"Ayolah! Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?"

Riuh suara-suara penuh gelisah. Tidak ada satu pun yang punya ide di mana mereka sebenarnya. Tidak pula strategi bagaimana cara mereka kabur dari tempat asing ini.

Mereka ... benar-benar tersesat!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PETAKA (Slow Update)Where stories live. Discover now