Hiruk-piruk kantin di siang bolong sudah tidak diragukan lagi. Semua murid berbondong-bondong mencari tempat duduk untuk menikmati segelas minuman dingin dan makanan yang tersedia disana.
Ganda memasuki area kantin dengan seragamnya yang dikeluarkan. Gaya rambut quiff nya semakin memperjelas aura badboy. Bibir tipisnya membentuk sebuah senyuman tipis ketika menangkap sosok teman sekelasnya, Sofia Reese. Netra gelapnya tak lepas dari Sofi sampai ia mengambil duduk tepat disamping cewek ber-rok pendek itu.
"Lunch babe?" sapa Ganda manis. Gadis itu belum juga menoleh. Sofi sedang sibuk menyesap jus stroberi dari gelasnya. Melihat itu Ganda mendekatkan bibirnya tepat di depan telinga Sofi. "Mau sedot yang lebih enak gak?" mendengar bisikan itu, Sofi menoleh. Hidung keduanya bertemu karena tidak ada yang berniat menjauh.
Ganda yakin, cewek ini sebentar lagi akan mengamuk padanya. Yeah, Sofi paling tidak suka sedekat ini dengannya. Apalagi kali ini? Tamparan keras mungkin?
Tetapi tanpa disangka-sangka, gadis itu malah memberi senyuman cantik padanya.
"Boleh. Mau kapan?" Sofi berdiri dihadapan Ganda dan memeluk leher cowok itu. Sesekali tangan putih mulus itu memainkan rambut hitamnya.
Tidak hanya Ganda yang dibuat terkejut. Angel dan Vani sampai melongo memperhatikan keduanya.
Mencoba biasa, Ganda mengikuti permainan. Ia sedikit menengadah agar bisa membalas tatapan mata Sofi.
"Kapan kamu kosong? Kalo buat kamu, aku siap 24 jam." balasnya dengan tangan yang merambat ke kaki Sofi bahkan ujung jarinya tak terlihat lagi tertutup rok yang dikenakan cewek itu. Sofi melirik kelakuannya, tapi sekali lagi dugaan Sofi akan murka segera lenyap. Gadis itu menundukkan wajah dan memberikan kecupan di hidungnya.
Sofi menyentuh bibir Ganda seduktif dengan telunjuk sambil menatap kedalam netra hazel-nya lalu berkata, "Kalo yang ini private ya." gadis itupun pergi meninggalkan Ganda dengan tangan yang melemas seketika.
"Cie Ganda. Akhirnya disambut juga sama gebetan." goda Vani, Angel pun ikut terkekeh.
Lain antusias keduanya, Ganda justru masih membisu. Matanya lantas menuju arah lurus dan bertemu tatap dengan netra seorang gadis. Netra cokelat yang saat ini tersirat banyak tanya.
•••
S
ofi berjalan melewati koridor yang nampak ramai oleh siswa-siswi yang lainnya. Ada yang tengah duduk-duduk di depan kelas sambil berbincang, suara-suara mereka terdengar riuh tumpang tindih yang diselingi tawa besar entah milik siapa. Juga beberapa laki-laki yang sedang bermain futsal sibuk memperebutkan bola. Dari semua yang mereka lakukan, bermain futsal adalah yang paling Sofi benci. Terlebih di tengah hari yang sinar mataharinya terik menyilaukan.
Setiap orang memang berbeda-beda, ya. Tapi yang pasti, Sofi sedang menikmati permainan yang melibatkan dirinya, Ganda dan si Mak Lampir Inge. Bukan tentang menggosipkan artis kondang maupun selebgram yang terkenal, bukan pula hobi olahraga panas-panasan. Ini lebih menyenangkan bagi Sofi. Terlebih perannya sangat menarik.
Inge si fake protagonis yang berniat mengelabui, justru terkena batunya. Lihat saja ekspresi si tokoh pria di kantin tadi. Haha. Ingin rasanya Sofi tertawa sekencang-kencangnya. Sofi dilawan!
Tiba di kelas, Sofi mendorong pintu yang ditutup dan ia dihadapkan dengan Sachio dan teman-temannya yang sedang melingkar bermain kartu poker di sudut kiri kelas. Ckckck.
"Main berapa duit lu pada?" tanya Sofi sembari menarik bangku paling depan dan duduk didekat Sachio yang baru saja mengambil kartu.
"Gocap Beib. Kenapa? Mau join?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Process [End]
Romansa[Adult Romance] Bukan tanpa sebab Sofi yang dijuluki 'jalang sekolah' merebut siapapun yang berstatus pacar Inge Anatasha.Tapi entah mengapa, meskipun Sofi sering kali mengambil pacarnya, Inge sama sekali tidak melabraknya. Namun pada siang itulah...