Prolog

2.1K 305 33
                                    

CERITA INI BAKAL BERBEDA DARI SEBELUMNYA. DIBACA YA. JANGAN LUPA KOMEN!

GA VOTE KOMEN? JOMLO ABADI:)

***

"Ck!" Kai melepas kasar tangannya dari bahu Ryan. Sejenak ditatapnya Catra dengan raut serius. "Perlu nggak, sih, kita cari tahu soal ini?"

"Nggaklah. Nggak usah. Ntar yang ada malah nambah masalah dan kelas kita semakin didiskriminasi sama pihak asrama," putus Ryan yang tidak mau ambil pusing.

"Menurut gue kita harus cari tahu. Apapun resikonya. Karena yang namanya ketidakadilan nggak boleh diabaikan," tandas Catra.

"Iya, gue ngerti Tra maksud lo. Tapi⸻" Seketika ucapan Ryan terhenti, saat tiba-tiba sebuah nada dering yang tak asing di telinganya terdengar menginterupsi.

Tidak hanya Ryan, bahkan Catra dan Kai yang mendengarnya juga merasakan hal yang sama. Sehingga kemudian ketiganya langsung saling melempar tatap sekarang. Seperti mereka pernah mendengar nada itu, namun dulu sekali. Sampai-sampai mereka lupa kapan tepatnya.

"Nada dering apaan, tuh? Kayak pernah denger gue," ujar Kai.

"Oh, ringtone ponsel jadul itu, mah." Sejenak Ryan berupaya mengingat. "Nokia! Iya, gue inget banget jaman dulu bokap gue pernah pake, ringtonenya begini!"

Tidak banyak bicara, langkah Catra langsung tergerak untuk mencari tahu dari mana sumber suara itu berasal. Terdengar semakin jelas, ketika ia berjalan mendekati ranjangnya sendiri.

Perlahan Catra mengambil posisi jongkok, yang kemudian diikuti oleh Kai dan Ryan. Kolong ranjangnya yang gelap, membuat mereka dengan mudahnya mendapati cahaya kuning persegi yang bersinar terang di tengah-tengah kolong yang mereka tengok.

Catra mengambilnya dengan satu tangan yang ia julurkan semaksimal mungkin, setelah itu mereka memerhatikan benda itu dengan aneh, terkecuali Ryan.

Catra mengambilnya dengan satu tangan yang ia julurkan semaksimal mungkin, setelah itu mereka memerhatikan benda itu dengan aneh, terkecuali Ryan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuh, kan bener Nokia! Ciri khas banget dia mah ringtone-nya dari dulu," seru Ryan saat sudah melihatnya dari dekat di tangan Catra.

Tiba-tiba Kai tertawa. "Ada, ya, ponsel setebel ini! Punya lo, Tra?" selorohnya yang disertai tanya.

Sementara Catra di sisi lain, dari tadi terdiam memandang aneh sebuah ponsel keluaran jadul itu yang dapat ia pastikan sudah tidak produksi lagi bahkan semenjak dirinya dilahirkan. Karena saat ini pun dengar-dengar perusahaannya mengalami kebangkrutan meski dahulu pernah menjadi perusahaan ponsel terbesar di Indonesia.

Ponsel tebal berantena itu masih berdering nyaring. Tak ada nomor ataupun nama kontak yang tertera di sana. Yang ada hanya tulisan 'Panggilan: Nomor tak dikenal'.

"Ini bukan punya gue," gumam Catra.

Ryan dan Kai mengernyit heran menatap Catra yang tampaknya cowok itu juga merasa bingung dengan keberadaan benda kuno yang masih terus berdering itu di kolong tempat tidurnya.

Sampai akhirnya Kai menyarankan, "Yaudah, coba diangkat aja dulu. Mana tau panggilan penting buat si pemiliknya."

"Iya angkat aja, angkat. Kerasin suaranya biar kita bisa denger." Ryan menambahkan.

Dengan ragu, akhirnya Catra tetap menekan sebuah tombol yang menyala hijau di sana dan menyalakan mode loud speaker.

Awalnya hanya suara gersak yang memekak telinga mereka. Tetapi selang sesaat, terdengar deru napas berat seseorang layaknya habis berlari marathon berkilo-kilo meter jauh tanpa jeda.

Dalam bayangan Catra, Kai, dan Ryan sama. Seseorang itu seperti sedang berlari menghindari sesuatu, lalu mencari tempat sembunyi.

Cukup lama mengatur napas, akhirnya seseorang itu mulai bicara. "Siapapun kalian, kalian harus tahu kalau Anathema itu kelas terkutuk!"

Tbc...

Gimana sama prolog barunya?

Clugams #1: and The Cursed ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang