"Siapapun kalian, kalian harus tahu kalau Anathema itu kelas terkutuk!"
• • •
Berlari keliling lapangan outdor Clugams yang luasnya super luar biasa itu, ditambah lagi panasnya terik matahari yang terasa benar-benar memanggang di kulit, membuat penderitaan anak-anak X Anathema hari ini benar-benar sempurna. Iya, sempurna menyiksanya! Andai saja sejak awal mereka tahu kalau akan ada Bu Jessica yang tiba-tiba datang ke kelas di waktu yang tak terduga, mungkin mereka semua akan membuat pilihan seperti Bahis, Rangga, dan Manda. Yang tidak ikut bermain mesin bertanya di depan kelas.
Keringat sudah membasahi dahi sampai seluruh tubuh mereka. Bagi laki-laki harus berlari sebanyak sepuluh kali. Sedangkan perempuan separuhnya.
"Tahu gini, mending hari ini nggak usah masuk sekalian!" keluh Ryan yang sudah mengambil posisi tepat di bawah AC. "Mana nggak boleh minum, lagi. Kan kering tenggorokan."
"Penyesalan, mah, dateng di belakang. Kalau di awal namanya pendaftaran!" timpal Kai.
"Jam berapa sekarang? Bel istirahat masih lama, ya?" tanya Catra, yang langsung ditanggapi oleh Rangga.
"Masih lima belas menit lagi kalau buat kita."
"Lah, tapi tadi kayaknya gue liat udah banyak orang di kantin?" heran Aksa.
"Tunggu, tunggu. Maksudnya apa 'kalau buat kelas kita'?" sela Tara, yang memang sama sekali belum membaca buku peraturan khusus kelasnya. Jangankan untuk membaca peraturan, datang saja tadi ia telat, kan?
Tak lama Dio menyodorkan sebuah buku berukuran kecil pada Tara. "Baca aja, tuh. Semua ada di situ. Lengkap."
"Tra, Yan." Dengan isyarat mata, Kai menunjuk pintu.
Catra dan Ryan langsung mengerti. Ryan mengangguk, melepaskan lencana yang terkait di dada kirinya. Sedangkan Catra awalnya menolak. Tetapi akhirnya melepas lencananya juga, karena Kai langsung merangkulnya paksa untuk ikut keluar kelas.
🎯
Kantin dipenuhi oleh anak-anak Kudoscha, terlihat dari lencana emas yang menempel di seragam mereka semua. Semua berbaris rapi mengantri untuk mengambil makanan secara bergantian yang disediakan seperti prasmanan. Dengan berlagak seperti anak-anak kelas Kudoscha, Kai, Ryan, dan Catra ikut berbaris dengan membawa nampan yang di atasnya sudah terdapat piring.
"Anjir, makanannya enak-enak banget!" desis Ryan, norak. "Tapi apa anak-anak nanti sajiannya begini juga, ya?"
"Pastinya nggak-lah. Makanya lo ambil yang banyak, Yan. Biar sampe kenyang," balas Kai, yang berdiri di depan Ryan dengan intonasi yang juga berbisik.
Hanya Catra yang tidak bicara. Namun diam-diam, ia merasa tidak betah dengan semua ketidakadilan yang terjadi di asrama ini. Karena tidak mungkin kan, setiap hari ia harus mengandap-ngendap menjadi anak kelas lain, supaya bisa mendapat sajian makan siang yang enak? Tidak mungkin juga hal ini bisa ia diamkan selamanya.
"Lencana kalian mana?" Pikiran Catra membuyar, saat tiba-tiba saja ada salah satu Chef yang bertanya pada mereka bertiga, dan pertanyaan itu mampu mengundang perhatian anak-anak yang lain, hingga banyak pasang mata yang tertuju pada mereka.
Ryan yang sedang kebagian berdiri tepat di hadapan chef itu, seketika gelagapan sendiri karenanya. Sampai kemudian syukurlah ada Catra yang membantunya memberi alasan, dan juga Kai yang berhasil mengalihkan permbicaraan.
"Kai. Bukannya tadi kita titip lencana di lo?"
"Ah, iya, punya gue juga ketinggalan. Ntar-ntar diambil. Gue mau makan dulu, soalnya masakan chef-nya enak banget. Ini resep rahasianya apa, chef? Kayaknya kalau saya makan cumi balado juga di rumah, rasanya nggak pernah seenak ini. Pasti ada resep rahasianya kan? Kayak Mr. Krab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clugams #1: and The Cursed Class
Teen FictionSemua berawal ketika Kai mulai merasakan ada yang janggal dengan peraturan di sekolah asramanya. Ketika Ryan mulai merasakan ada yang berbeda dengan kelasnya. Kelas Anathema yang katanya dulu banyak siswa mati satu-persatu, dan bahkan beberapa ada y...