"Nona, Tuan panggil Nona..."
Saya terus mencoba mendekatinya. Dia bergeming, sambil terus menatap Mata Saya dengan tatapan yang seperti hendak menangis. Selamat bekerja di rumah besar ini, baru sekarang Saya melihat di Nona Muda bersedih. Iba rasa Hari ini melihatnya seperti itu. Tapi jika Saya bersikap lembek, tentu Tuan Can Dziburg akan sangat Tak suka.
"Nona Marianne, jika Nona tak menemuinya, mungkin beliau yang akan datang kemari menghampiri Nona. Tentu Nona tidak mau bukan?" Saya coba meyakinkan Anak itu.
Marianne Van Dziburg malah menjerit, membuat jantung Saya seolah akan copot. "Tidak mau! Kubilang Tidak mau! Aku Tak akan pernah menemuinya lagi! Laki-laki jahat! Bilang kepadanya aku tidak takut!"
Bingung rasanya, mesti menengahi kedua orang penting di rumah ini.
Yang Satunya adalah Ryan besar yang mempekerjakan Saya dengan memberikan upah lumayan besar. Satunya lagi, Anak si Tuan Besar yang memang dititipkan kepada Saya agar berkelakuan baik Dan punya Budi pekerti.
"Nona, kalau Tuan marah, Nona Tau sendiri apa Yang akan terjadi terhadap Nona, bukan? Lebih baik datangi Papa Nona sekarang, tanyakan kepadanya apa Yang sebenarnya terjadi karena Saya sama sekali tidak Tau penyebab kemarahan Tuan terhadap Nona," Saya coba merayu Anak ini agar mau mendatangi Ayahnya."Eni, kenapa selalu harus aku yang mengalah untuk dia?!" Anak itu kembali menjerit. Saya hanya menghela napas, lantas mulai mendekatinya.
"Sebab kalau Nona tak mau mengalah, tentu dia akan semakin marah, Dan kemungkinan terburuknya, akan mengusir Nona dari rumah ini. Kalau sudah terusir, Mana bisa Nona pergi ke Netherland?"Anak itu tercekat, lalu dengan segera berlari menuju kamar Ayahnya Dan menutup pintunya dengan kasar. Saya hanya bisa menggelengkan kepala. Astaga, Non Marianne, harus seperti ini hampir setiap Hari.
Ada sejuta langkah yang bisa Saya lalui, tapi langkah Saya terhenti di Sini, di rumah ini. Seharusnya saya mau-mau saja diajak pergi oleh kekasih Saya, yang benar-benar membenci orang-orang Netherland ini.
Namun apa Saya, bapak Saya merupakan seorang centeng di sebuah perkebunan milik Tuan Van Dziburg. Jika menolak tawarannya untuk ikut bekerja bersama bapak di rumah ini, bisa-bisa habislah keluarga Saya.Tuan Van Dziburg adalah seorang veteran militer, dulunya dia punya jabatan tinggi di negeri belanda sana. Setelah pensiun, dia Dan Putri semata wayangnya meninggalkan negeri itu untuk memperkaya diri di hindia belanda, tanah air Saya.
Meski sebenarnya Than Van Dziburg terlihat sangat keji Dan galak, tapi sesungguhnya dia adalah seorang belanda yang lumayan baik. Tuan Van Dziburg merupakan orang yang loyal, Dan Tak memandang buruk orang-orang seperti kami. Dia memberikan kehidupan kayak kepada kami semua, termasuk keluarga Saya yang akhirnya sangat terbantu oleh keberadaan Tuan Van Dziburg.
Namun jangan main-main dengan tuan ini, jika sekali saja Kita berkhianat kepadanya, maka dia Tak akan segan memenjarakan Kita, dengan Cara Apa pun.
Menurut cerita yang beredar, di Masa lalu, dia pernah mendapat pengkhianatan yang membuatnya menjadi seperti ini. Sekarang, apa pun bentuk pengkhianatannya, maka dia akan menjadi sangat murka
Bapak pernah coba menjodohkan Saya dengan Tuan Van Dziburg.
Jahat sekali bapak, berhasil membuat Saya menjadi sangat trauma dengan Tuan Van Dziburg karena Saya pikir sang Tuan memang menginginkan Saya untuk mendanpinginya. Tapi nyatanya, tidak begitu. Hanya bapak Saha yang berupaya, sementara Tuan Van Dziburg hanya membutuhkan Saya sebagai Babu saja.
"Eni, papa bilang aku harus mulai menjaga sikapku di depan guru les. Sekarang coba kau pikir, bagaimana bisa aku than pada guru-guru Les itu yang selalu memaksaku unrum terus belajar meski kubilang sudah Tak mau lagi belajar karena lelah? Kenapa mereka harus menangis, eni? Kenapa mereka harus lapor papa?" Marianne tiba-tiba masuk ke kamar, kembali mangagetkan Saya yang sejaj tadi belum beranjam dari kamar Anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marianne
HorrorSeorang anak kecil yang nakal tetapi berhati mulia Cerita Dari Risa Saraswati