Bian baru saja memoleskan make up terakhirnya ketika suara mama terdengar dari luar kamar, "Bian. Cepetan sayang, keburu telat nanti." Ucapnya.
Bian mendengus geli, padahal masih banyak waktu untuk pergi. "Iya ma, Bian datang."
Hari ini tepat sudah satu tahun kejadian Bian bertemu dengan Rio dan hari ini juga Bian telah lulus dari sekolahnya.
Hari kelulusan yang ditunggu - tunggu ini membuat Bian akan membuka lembaran baru untuk hidupnya, turun dari kamarnya. Bian menemukan mama masih ribut dengan papa karena dasi yang papa pakai tidak senada dengan baju mama.
"Papa harusnya pakai yang satu lagi," omel mama. Papa hanya diam seraya melihat mama dengan tatapan lelah.
"Ma, udah dong. Nanti kita telat," ucap Bian menghentikan omelan mama.
Mama terkejut melihat penampilan Bian, "Wah, anak mama cantik banget. Mirip mama ya kan, pa?" tanya mama yang diberi anggukkan singkat oleh papa.
Mereka lantas segera pergi untuk menghadiri kelulusan Bian hari ini.
Sampai disekolah mereka disambut dengan hiasan yang meriah, "Dimana mereka?" gumam Bian mencari ketiga sahabatnya yang dari semalam sudah sepi tak ada kabar.
Mama dan papa berpisah dengannya karena berbeda tempat duduk, Bian sendiri pergi ke barisan depan khusus siswa.
"Bian," tepuk Rani dipundaknya. Bian melihat Rani yang berbeda kali ini.
"Wah, tumben kamu mau pake make up kaya gitu?" tanya Bian penasaran.
Rani cemberut, "Jangan gitu Bi. Aku awalnya nggak mau, cuma mamaku bilang kalau ini kan acara yang jarang - jarang ada. Sekali - kali, katanya gitu." Gerutu Rani, karena jujur saja memakai hal - hal berbau fashion itu bukan kesukaan Rani sama sekali.
Bian mengacungkan jempolnya pada Rani, "Tapi kamu cantik."
"Kamu juga, Bi." balasnya.
Mereka berdua duduk bersisian menunggu acara akan dimulai. Bian belum melihat penampilan Doni dan Gani, "Mereka kemana ya?" tanya Bian pada Rani.
"Nggak tahu, mereka pasti ada dibarisan paling akhir." Jawab Rani.
Acara dimulai dengan pembukaan dari beberapa guru dan kepala sekolah.
***
Sesi foto untuk keluarga telah Bian lakukan, sekarang ini Bian tengah bersantai bersama Rani menunggu sahabat mereka yang belum terlihat.Satu buah bunga mawar diberikan pada Bian, melihat siapa yang memberinya. "Gani, darimana aja?" tanyanya langsung.
Menerima mawar itu, "Aku tadi cari ini. Susah banget," ucap Gani.
"Ini buat aku?" tanya Bian.
Gani mengangguk, "Iya."
Bian menghirup mawar itu dengan pelan, "Harum banget."
Gani senang jika pilihannya membawa mawar disukai Bian. Berbeda dengan Doni, ia mempunyai misi tertentu untuk memenangkan hati Rani.
Menghampiri Rani yang melihat Bian memegang bunga, "Rani." Panggilnya.
Rani mendongak menatap Doni dengan menyipitkan matanya curiga, "Ada apa?" tanyanya ketus.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu,"
"Ngomong apa?"
"Selama ini aku salah, selama ini aku terlalu dibutakan dengan cinta yang belum pernah bertepuk kedua tangan. Aku sadar ketika aku berada dititik paling bawah, ternyata masih ada orang yang mau belajar menerimaku." Ucap Doni memulai misinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Misteri (END)
Horror"Akankah cinta berbeda dunia bisa berjalan?" Banyak kejadian yang menimpa Bian setelah pindah. Di mulai dari Doni yang mengerjarnya secara terang - terangan. Gani yang diam - diam peduli pada Bian. Rani yang sering curhat pada Bian mengenai perasaan...