di kamar
"yaang"
"yang ihhh, kamu marah?" tanya flavia
"jangan marah dong yang, aku bukannya gak mau nikah sama kamu, aku cuma belum siap aja" jelasnya.
alex masih bungkam enggan menjawab. "yaudah deh aku pergi aja kalo kamu gini terus, cape tau gak?" imbuh flavia
" ya pergi aja sana, aku gak peduli!!!" jawab alex
"oke aku pergi."
"kok kamu pergi sih?"
"yaa kan kamunya juga gak peduli, ngapain aku di sini?" jawab flavia marah
" kok jadi kamu yang marah sih? harus nya kamu tuh bujukin aku, cium aku kek, peluk apa gimana gitu?" ujar alex sambil cemberut
"diihhh ngarep banget, asal kamu tau yaa!!! kamu tuh egois, kekanak-kanakan, mau menang sendiri gak pernah ngertiin aku" bentak flavia yang darahnya sudah naik melihat kelakuan alex, lalu flavia keluar dari kamar dengan membanting pintu
mendengar bentakan dari flavia mata alex berkaca-kaca, ia menundukan kepala nya tangan nya mengepal erat merasa marah dengan dirinya sendiri, lalu alex melampiaskannya dengan cara memukul-mukul kepalanya, tangannya meraih benda apa saja yang ada di dekat nya.
alex memang seperti itu jika sedang marah ia suka lepas kendali, tidak bisa mengendalikan akal sehatnya
"brakkkk"
"praankk"
"ia merasakan kepalanya pusing tak tertahan, lalu membenturkan kepalanya ke arah dinding hingga berdarah, rasa pusing itu semakin menjadi, tubuhnua lunglai, bibirnya menggumam "flavia,,,,,flavia,,,,!!!!"sedangkan didapur flavia mengambil air putih dari kulkas untuk menetralkan emosinya, tetapi samar-samar ia mendengan suara pecahan kaca di susul barang lainya, ia segera lari ke kamar miliknya dan alex, sampai dikamar ia melihat alex seperti tersiksa dengan memegang kepalanya dan menggumam ka namanya "arrgggh flavia tolong ini sakit arrgghh" melihat hal itu flavia langsung histeris "alex sayang, kamu kenapa? sayang maafin aku hiksss"
