Hitam tak berarti gelap.
Putih tak berarti gemerlap.
Ruang tak berarti tempat.
Senandung tak berarti elok.
Elok akan anugerah sang maha.
Anugrah yang menyatu di hati.
Anugrah indah sang Pencipta,
Tak berhak kau usik.
Anugrah kesunyian Pencipta,
Tak berhak terusik.Gemuruh meru, tak berarti mati.
Mati didalam fikir mu.
Sunyi hutan, tak berarti buta.
Buta didalam fikir mu.
Rerumputan, tak berarti lemah.
Lemah didalam fikir mu.
bunga yang kau petik.
Tak berarti diam, diam didalam fikir mu.
Ia menjerit tersakiti, akan tangan putih cokelat mu.Tanah dingin meru, tersenyum dikala deru langkah mu.
Bersedih dikala terbasai kencing mu.
Berduka dikala sehelai, paseo putih bersandar.
Berduka dikala musik mulai mengusik.
Berduka dikala plastik mulai merusak.
Meru..... Meru....... Meru......
Seberapa lama derita mu kau umpat.
Seberapa lama kau menahan sakit.
Seberapa lama kau menahan tangis.
Seberapa lama kau menahan perih.
Seberapa lama meru..... Seberapa lama Lagi... Engkau menahan. ?Masihkah engkau tabah, melebihi orang bertahta.
Apakah engkau menanti waktu tertentu .
Dibalik tawa manusia.Meru... Meru....
kami memohon lindungan mu disaat menjamah.
Lindungi kami disaat melemah.
Lindungi kami disaat letih.
Lindungi kami disaat, resah.
Aku menangis, disaat meru tragis.!
Aku menangis, disaat meru membalas.!
KAMU SEDANG MEMBACA
KETENANGANNYA
PoetryPuisi mengenai ketenangan dan ketabahan meru. Disaat banyak manusia yang menjamah dan mengusik keusunyiannya. Ketabahannya seolah - olah melebihi orang bertahta di negara ini.