Sebelum membaca silahkan mendengarkan lantunan musik gamelan diatas.
Ingat ,jangan memanggil nama sepuh tersebut dan membayangkan rupanya.
Terima kasih dan selamat membaca
Hari itu aku tidur lebih awal dari biasanya.sampai tiba tiba temanku menelfonku jam 2 pagi.dia bercerita tentang dia yang baru saja bangun dibawah pohon beringin dekat kuburan yang paling terpencil dikota kami.dia berkata awal mulanya saat kami ber3 berkunjung ke rumah pamannya dan didekat rumah pamannya terdapat pohon beringin besar sekat kuburan yang konon yang katanya angker.paman dia juga sering mengingatkan kami agar tidak dekat dengan pohon itu.awalnya aku tak percaya tapi saat melihat pohon itu akupun terkejut.memang yang paling sensitif aku dan rian dari pada pada diki.ku lihat banyak yang tinggal disana.dan bisa ku simpulkan memang itu tempat yang patut dijauhi karena auranya sudah mencekam dari awal aku melihatnya.tapi tidak dengan temanku.dia nekat berkeliling dipohon itu,mencakar cakar pohon itu,meludahi pohonnya,melemparnya dengan batu.sampai mengencingi pohon itu.temanku yang bernama diki sangat nekat dan pemberani.bahkan dia menendang nendang pohon itu dan temanku bernama rian hanya terdiam.ya dia anak indigo.
Dia hanya menasehati diki agar menjauh dari pohon itu.sampai saat itu aku melihat kakek tua menatapku marah.saat perjalanan pulang pun aku hanya diam karena masih takut.rian melihatku seperti itu langsung bertanya "koe ra popo?(kamu ngga papa?)" Aku mengganguk saja."koe kaget kan.kui mau sepuh neng kono.diki dikandani ngeyel.jenenge mbah kusumo"(kamu kaget kan .itu tadi sesepuh yang ada disana.diki dibilangin ngga mau dengerin.namanya mbah kusuma)" aku mengangguk."sepuh kui mau ijik ngetutne awak e ra?(sepuh itu masih ngikutin kita ngga?)" Rian hanya mengangguk.aku menelan ludah.
Kami masih berada diperjalanan.karena tujuan kami memang untuk menjemput pamannya diki yang sedang sakit untuk dibawa ke rumah sakit karena disini hanya ada puskesmas tetapi tutup.katanya tidak berani tinggal didaerah ini lama.disini memang pegunungan tetapi sudah ada jalan beraspal tetapi masih terpencil karena jarang yang kesini.
Setelah kami mengantar paman kerumah sakit dan sudah mendapat kamar .kami mampir ke warung membeli makanan.disana rian dan diki terliat diam.karena mereka memang bertengkar.aku memakan bakso pun menjadi tidak bernafsu karena disebelah diki ada kakek itu memandangku marah.akupun menatap ke rian.dia hanya menggeleng.kami kembali ke rumah sakit untuk berpamitan ke paman diki.di perjalanan aku tak kuasa lagi,bau amis darah kepala yang menggelinding .tangan terpotong kaki penuh darah sampai pocong.jujur kalau bukan karena rian yang membantuku aku mungkin sudah pingsan ditempat.jalan di lorong rumah sakit juga terasa sepi.kami bertiga juga merasa hal aneh.ini baru jam 8 harusnya masih banyak yang lewat bahkan lampu pun terasa redup.kami berjalan seperti sangat lama sekali dan yang paling menyadari hal tersebut adalah rian.dia segera menyuduh aku dan diki untuk berdoa sesuai kepercayaan masing masing.aku tidak fokus disepanjang perjalanan.kaki ku terasa berat pundakku seperti ada yang memegang.auranya semakin mencekam,dan sangat dingin.aku tetap berjalan menggandeng 2 temanku.mereka juga was was sebenarnya.sampai saat di lorong ke 2 ada yang menatapku. Kakek kakek itu lagi .kali ini berbeda,dia memakai baju blankon kuno dan tongkat kayu.motifnya unik,dia menatap diki dengan marah.diki tidak merasakan apapun karena dia tidak percaya hal gaib.kami beranikan diri untuk melewatinya.sebelumnya aku menyuruh diki untuk bilang "nyuwun sewu(permisi)" tetapi diki mengabaikan nya mentah mentah.
Setelah kami sampai dikamar pamannya diki.suasana mulai hangat.karena bibi diki baru saja selesai membaca kitab suci al-quran.
Kami hanya menglbrol sebentar dan bersalaman pulang.diki katanya ingin disana bersama bibi dan pamannya.aku dan rian akhirnya pulang.Saat kami pulang aku sudah sangat lelah dan memutuskan untuk tidur lebih awal karena tadi.
Dan akhirnya aku terbangun karena suara hpku.
Aku melihat nama yang tertera disana.Diki?
"Iya halo?"ucapku
"Eh aku kok iso neng kene sih?(eh aku kok bisa disini sih?)"ucap diki dengan suara bingung.
"Lha koe neng ndi?(lah kamu dimana?)"ucapku bingung.
"Aku ndek pohon beringin seng mau neng omah e pakdhe ku.ah asu tenan iki pie jal(aku di pohon beringin yang tadi dirumah pamanku .ah anj*ng ini gimana coba)"ucapnya dengan nada panik.
Aku yang baru bangun langsung kaget + takut karena tiba tiba sepuh tadi sudah didepanku.
"Halo halo.eh ojo ngebo teros.ewangono aku(halo halo.eh jangan tidur mulu.bantuin aku dong)"ucap diki.
Aku masih terpaku.aku langsung mematikan telfonku dan mengirimi rian pesan untuk mengecek keadaan diki.sesepuh itu masih menatapku.
Aku pergi membuatkan kopi hitam 2 gelas tanpa gula.
"Monggo mbah diunjuk kopi nipun(silahkan kakek diminum kopinya)"
Aku lihat dia tidak menatapku dengan marah lagi.
"Nduk koe awean yo karo liyane.aku dudu menungso mbok hormati.aku neng kene gur pengen kancamu ojo rono neh.ki mau de.e yen ra tak ewangi.yen ora de.e ra bakal balek neng kene meneh.akeh seng ra seneng karo cah e.timbang digawe seng ora ora.sesok neh yen koe karo kancamu kui nyang omahku seng sopan. Nggeh(cu kamu kok baik sama lainnya.aku bukan manusia kok dihormati.ini tadi kalo bukan karena saya yang bantu dia ngga akan pulang(kedunia manusia) lagi.banyak yang tak suka ama dia(sikapnya).daripada dibikin yang tidak tidak(ama mereka).besok lagi kalo kamu sama temenmu kerumah saya lagiyang sopan ya)"
Aku hanya mengangguk.
"Matur nuwun mbah.sampun dibalekne kanca kula.punten mbah kulo mboten saget kromo inggil.kula nyuwun pangapunten kaleh panjenengan(terima kasih mbah.sudah dikembalikan teman saya.maaf mbah aku tidak bisa bahasa krama halus.saya minta maaf sama kamu)" yang ku tau dia hanya tersenyum dia menepuk pundaku pelan.
"Yo ra popo(ya tidak apa apa)"
"Tibakno koe putune mbah suroso to.kui kancaku nduk,rasah wedi karo aku.aku gur njalok kancamu kui ojo neko neko neng kono yo(oh jadi kamu cucunya mbah suroso ya.dia temanku cu ,jangan takut sama aku.aku cuman minta temanmu jangan macem macem disana)" aku hanya mengangguk.
Sepuh tadi menghilang .aku cukup takut sebenarnya.aku langsung menelfon rian.
"Pie?(gimana?)"
"Tenang diki wes neng omah e pakdhe ne.sesok awak e marani de.e(tenang diki sudab dirumahnya pamannya.besok kita jemput dia)".
"Oke"
Aku pun awalnya masih takut dan berkeringat dingin karena hawanya berbeda sekarang sudah berubah menjadi tenang kembali.dan aku memufuskan untuk tidur kembali.Saat sudah jam 12an aku dan rian menjemput diki.dia terlihat pucat.dia sudah menceritakan semuanya.saat aku memutuskan panggilanku dia mencoba mencari jalan keluar tetapi dia dipermainkan oleh lelembut disana.dikencingi oleh dedemit disana,diludahi hingga muncul lepuhan dan ada yang menampar dia,menendang dia bahkan ada yang sengaja menempel ke tubuh diki.hingga muncul sepuh yang kemaren mendatangiku dan berbicara dengan diki agar tidak sembrono disana.dan baru kali ini dai mau mendengarkan perkataan seseorang.padahal dia sudah diberi tau oleh rian untuk tidak macem macem lagi didekat situ.dia terlihat menyesal dan takut.
Saat kami pamit pulang dan menuju mobil tanpa disadari kamipun seperti biasa.
Aku juga tak merasakan keanehan apa apa.Tapi ini belum berakhir
Disudut lainMata itu melihat ke arah perempuan yang ada dimobil yang berjalan menjauh.
Mata merah itu menatap rambut hitam milik perempuan itu dan menghilangWong jowo ojo ilang jawa ne.
KAMU SEDANG MEMBACA
sepiring kisah didalam potongan film
Horrorselamat datang untuk para pembaca. sebelum membaca cerita ini sebaiknya jangan melamun atau memanggil nama tokoh dalam hati.sebenarnya kronologi asli lebih lama tetapi dipotong karena ada alasan tertentu.dan kisah ini diambil intinya saja. nikmati k...