Prolog

883 116 18
                                    

Serial SOULMATE – Prolog

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 18 Agustus

-::-

Bagi sebagian orang, menikah adalah penyatuan rasa cinta. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak seluruhnya benar. Sebab menikah bukan melulu mencerminkan cinta yang penuh lagi utuh.

Bagi sebagian yang lain, yang memahami bahwa berumah tangga adalah proses untuk taat kepada Ilahi Rabbi, maka Pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral. Penuh dengan harapan-harapan baik ke hadapan Allah Jalla Jalaluhu.

Menikah bukan hanya sekadar tentang Hidup Bersama. Menikah adalah tentang Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala secara bersama-sama demi menggapai ridhaNya, sampai maut memisahkan, untuk kemudian bertemu kembali di SurgaNya.

Di Akhirat nanti, bukan menjadi pribadi yang saling caci, melainkan menjadi sosok yang saling cari. Oleh sebab itu, menemukan pasangan hidup bagi seorang Saad Bin Umar, adalah proses terpenting untuk menyempurnakan separuh agamanya.

Kata Nabi, menjadikan seorang perempuan sebagai istri, ada empat kriteria; Kecantikannya, Nasabnya, Hartanya, dan Agamanya.

Dari empat kriteria tersebut, maka hendaklah siapa pun pria itu, memilih yang paling baik agamanya. Bagaimanapun, suami akan menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas keluarga yang dibina. Sebab jelas tertulis dalam Al Quran, bahwa lelaki adalah qawwam bagi perempuan. Bertanggung jawab.

Bukan menanggung dosa secara keseluruhan, namun semenjak ijab qabul diucapkan, maka tanggung jawab yang dipikul oleh ayah dari sang perempuan, berpindah kepada si lelaki yang kini berstatus menjadi suami.

Kemudian sebagai suami, wajib mengarahkan istri kepada jalan yang Allah ridhai. Itulah mengapa memilih perempuan berdasarkan agamanya menjadi catatan penting dalam pemilihan seorang istri. Sebab semisal memilih perempuan jahiliyah hanya karena dia cantik, maka kecantikannya akan binasa sementara kejahiliyahannya kemungkinan akan terus ada.

Saad tidak pernah melihat perempuan dari parasnya, meski paras cantik memang selalu menggoda. Tapi dalam diamnya, Saad lebih senang mengamati seorang wanita dari karakternya. Karena Saad paham betul, wanita yang ia cari adalah wanita yang ia harapkan menjadi seseorang yang melahirkan anak-anaknya ke dunia. Hanya perempuan dengan agama yang baik yang Allah mampukan untuk menjadi madrasah luar biasa.

Daripada cantik dan kaya, Saad lebih senang dengan wanita yang pandai dalam agama, lantas juga memiliki nasab yang mulia. Sebab anak keturunannya nanti akan terpengaruh oleh siapa nasab ayah dan ibunya. Seperti Umar Bin Abdul Aziz yang menjadi manusia hebat sebab kakek-neneknya adalah anak dari Sayyidina Umar Bin Khaththab yang menikah dengan gadis jujur penjual susu yang menolak mencampur susu dengan air sebab tahu bahwa Allah memerhatikan mereka.

Semuanya terkoneksi satu sama lain.

Dan Takut Kepada Allah adalah kebaikan dalam beragama.

Mungkin itulah yang menjadikan Saad memilih Mutia sebagai pendamping hidupnya. Gadis itu didapatinya tidak pernah melakukan hal yang di luar ketentuan agama. Jika bicara seadanya, kalau pun berbincang dengan tawa maka ia tertawa secukupnya. Dalam berinteraksi hanya sesekali melihat kepada lawan jenis, pandai menutup aurat dengan baik, dan yang paling penting... dia mengenali agamanya sendiri.

Memiliki perempuan yang terdidik dalam perkara agama adalah memiliki tentang memiliki generasi yang menakjubkan.

Maka ketika Saad mengetahui bahwa sahabatnya sendiri berniat meminang gadis itu, tak ada yang bisa Saad lakukan kecuali berserah kepada Rabb-nya. Sebab baginya, kebaikan Hamas terhadapnya sungguh tidak dapat dikatakan. Jadi bagaimana bisa dia mengkonfrontasi sahabatnya sendiri yang sungguh amat berhati mulia itu untuk menyatakan bahwa mereka menyukai gadis yang sama?

Ah, Saad benar-benar tidak tega.

Hingga kemudian, takdirNya menyapa Saad dengan begitu mempesona.

Mutia menolak lamaran Hamas dan berkata bahwa gadis itu bersedia jika Saad lah yang meminangnya. Maka, setelah mendengar bahwa Hamas menerima keputusan gadis yang mereka suka, Saad kembali ke rumah si gadis untuk mempersuntingnya sebagai istri.

Sedangkan di sisi Mutia, keputusan itu mungkin terdengar terlalu dramatis. Tapi ini adalah keputusannya untuk berumah tangga. Kalau bisa, dia ingin menikah hanya sekali seumur hidup, dengan pria yang benar menyayanginya karena Allah.

Mutia tidak mencari pria kaya, sebab kalau ia mencari pria kaya maka Hamas adalah jawabannya. Dia juga tidak mencari pemuda tampan rupawan, sebab Hamas juga masuk kriteria. Tapi untuk ukuran menjadi seorang suami, Mutia memilih Saad untuk menemani kelanjutan hidupnya.

Mutia hanya merasa teramat bodoh dalam hal beragama, dan dia melihat Saad memiliki peluang bagus untuk menuntunnya menjadi lebih baik. Dan mengingat bahwa Jihad-nya wanita adalah taat kepada suami, maka Mutia merasa harus benar-benar benar dalam mendapatkan sosok laki-laki yang akan menggantikan tugas sang ayah dalam menjaganya.

Dan Mutia melihat sosok lelaki bertanggung jawab itu di diri Saad Bin Umar.

Gadis itu ingat betul apa yang disabdakan RasulAllah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam perihal perkara yang membahagiakan kaum wanita. Bahwa siapa saja wanita yang shalat lima waktu, lalu berpuasa di bulan Ramadhan, serta menjaga kemaluannya dari berzina, kemudian mentaati suaminya, maka dia bebas masuk dari pintu Surga yang mana saja yang ia sukai.

Pribadi Saad yang tenang juga paham agama, membuat Mutia merasa bahwa sosok pria ini yang akan akan membuatnya nyaman selama memiliki pemahaman; Aku dengar, aku nurut. Menaati seseorang yang Takut Kepada Allah akan lebih terasa nyaman daripada taat kepada seseorang yang Allah saja tidak dia pedulikan.

Kendati memang, menuruti omongan suami adalah hal yang membutuhkan ilmu. Dan seorang suami yang pandai agama akan memuliakan istrinya dalam kondisi apa pun nanti. Suami yang paham agama akan mengerti bagaimana menghadapi istri yang sering lupa dan kebanyakan tidak ingat dalam usahanya untuk taat.

Itulah kenapa pria harus selektif dalam mencari pasangan hidup, sebab mengajari perempuan yang paham agama saja banyak kekurangannya, apalagi yang sama sekali tidak mengenal agamanya sendiri.

Maka hasrat untuk memiliki pasangan yang Cantik dan Tampan akan tergeser jauh dengan perintah Allah untuk mendahulukan Akhlak dan Iman selama ridha Allah Azza wa Jalla yang jadi tujuan. Menikah adalah satu dari sekian jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala.

Sebab; Menikah bukan hanya sekadar tentang Hidup Bersama. Menikah, adalah tentang Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala secara bersama-sama demi menggapai ridhaNya, sampai maut memisahkan, untuk kemudian bertemu kembali di SurgaNya.

[]

[HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1446, dari Abu Hurairah]

"Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi"  

(HR. Ahmad dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu'anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany)

"Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: "Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang