Prolog

105K 2.3K 39
                                    

Author Pov

"Apa dok, astaga kenapa dia senekat ini" ucapnya dengan mengacak-acak rambutnya frustasi. "Kalau gitu terima kasih dok, informasinya daya mau menemui dia" dia segera berlari keluar ruangan.

Seorang pria yang memakai jas putih tengah berlarian mengejar seseorang yang ada di jarak dua ratus meter darinya.

"Vaya" panggilnya sambil berlari tapi ornag yang dipanggilnya itu terus berlari tanpa mendengarkan dirinya membuatnya terus berlari hingga tangan orang itu berhasil ditangkap olehnya dan dengan segera tubuh itu menghadap kearahnya.

"Kamu jangan gila melakukan hal itu, akan sangat bahaya untuk diri kamu"

Seseorang yang ada didepannya ini menatapnya dengan air mata yang sudah berlinang dengan deras, sakit rasanya melihatnya menangis seperti ini. Dirinya hendak menghapus air mata itu tapi tangannya langsung ditepis.

"Saya tau apa yang terbaik untuk saya, jadi saya mohon pak dokter jangan halangi saya. Lepaskan" sosok yang diketahui wanita itu mencoba melepaskan dirinya dari dokter yang ada didepannya ini.

"Saya gak akan lepaskan kamu, sekali ini saja dengarkan aku ini demi kebaikanmu"

"Saya tekankan dokter, saya tau apa yang terbaik untuk diri saya"

"Kalau kamu tau, kamu gak akan mungkin membahayakan dirimu sendiri. Kamu tidak perlu khawatir saya yang akan menanggung semuanya kamu tidak perlu menjualnya"

"Mohon maaf yang sebelumnya yah pak dokter, saya ini bukan saudara atau siapa-siapa dokter jadi saya harap dokter tidak usah ikut campur urusan saya"

"Saya berhak ikut campur urusan kamu"

"Tidak berhak"

"Saya berhak Vaya"

"Tidak, lepas saya mau mengurus semuanya"

"Jangan Vaya, saya mohon" dengan cepat dia memeluk tubuh kecil itu dengan erat. Dia sudah tidak memperdulikan lagi kini mereka tengah menjadi pusat perhatian di lorong rumah sakit. Pertengkaran kecil mereka tadi sudah menjadi pusat perhatian terlebih sekarang mereka tengah berpelukan jelas akan semakin banyak yang memperhatikan mereka.

"Biarkan saya dokter, saya iklas melakukan ini semua"

Pelukan itu terlepas dan kedua tangannya terulur memegang wajah yang masih berlinang air mata itu."Saya tau tapi kamu tidak boleh melakukannya, percayalah padaku aku akan membantumu"

"Saya tidak perlu bantuan itu, tolong dok lepaskan saya"

"Tidak"

"Anda tidak berhak seperti ini, saya bisa sendiri menyelesaikan masalah ini"

"Tidak saya berhak karena saya..." ucapan itu cukup lama menggantung hingga seorang wanita yang tadi terus saja melawan kini diam menunggu kelanjutan dari ucapan itu.

"Karena saya... adalah calon suami kamu"

"Dok..." panggilnya dengan tak percaya dengan ucapan itu.

"Yah saya adalah calon suamimu jadi saya berhak ikut campur dengan urusan kamu"

"Dok..."

"Diamlah Vaya" pelukan itu diberikannya kembali. Kali ini pelukan itu terasa lebih hangat dan menentramkan.

"Saya tidak akan membiarkan calon istri saya menyelesaikan masalah berat itu sendiri jadi biarlah saya yang urus semuanya, percayalah padaku bahwa aku akan bertanggung jawab menyelesaikan semuanya" sebuah anggukan dirasakannya membuatnya kini tersenyum lega.

"Aku sayang sama kamu Vaya" kedua insan itu saling berbalas pelukan hingga mereka mengakhirinya dan pergi dari sana karena mereka tak ingin terus dijadikan perhatian banyak orang.

Pemanasan dulu nih, segini dulu. Adakah yang penasaran dengan cerita ini? 😄

Cerita ini merupakan sequel dari cerita My Sexy Minister/ pak menteri, maaf cerita ini baru terealisasi sekarang ini. Buat yang kangen sama pak menteri bisa baca cerita ini karena pak menteri akan sering muncul dan tentunya dengan Mara juga dong, jadi jangan lupa masukkan cerita ini ke library kalian dan jangan lupa kasih dukungannya dengan kasih vote dan komennya yah makasih 😍😘


MY PERFECT DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang