Confession

8.6K 1K 166
                                    


Sambil bersenandung, Lisa meletakkan telur mata sapi di atas potongan roti mentega yang sudah terhidang. Di sampingnya ada semangkuk sup beraroma sedap yang masih mengepulkan asap. Sarapan sudah siap untuk gadis yang sedang demam. Lisa tidak tidur semalaman hanya untuk menjaga Jennie dan mengganti kompresnya. Dan kondisi Jennie yang lebih baik pagi ini cukup mengobati lelahnya. Ia bisa beristirahat lagi nanti.

Lisa membawa nampan berisi sarapan Jennie serta setangkai bunga mawar segar sebagai pelengkap. Ia ingin membuat Jennie tersanjung dan merasa dicintai. Faktor tersebut juga akan membuatnya pulih lebih cepat.

Sampai di kamar, Jennie tampak sudah duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Ia sudah mengenakan t-shirt longgarnya lagi. Wajahnya merona merah ketika Lisa memasuki kamar dan duduk di tepi tempat tidur. Lisa meletakkan nampan berkaki itu di atas tempat tidur, tepat di hadapan Jennie.

"Selamat makan," ucap Lisa.

Jennie memandangi hidangan di depannya sebentar, lalu menatap Lisa.

"Kenapa kau bersedia melakukan ini semua? Aku memiliki manager."

"Karena aku menginginkannya. Aku tidak ingin cinta sejatiku sakit lebih parah."

Jennie mendengus pelan.

"Kau masih mempercayai wanita itu?"

"Kenapa tidak?"

Akhirnya Jennie menghela napas. Ia lebih memilih untuk menyantap sarapannya daripada berdebat dengan Lisa. Walau di dalam lubuk hatinya, ia juga memiliki perasaan yang sama. Tapi ia masih belum bisa mempercayai Madame Ruby begitu saja. Wanita itu sangat aneh.

Lisa memandangi Jennie dalam diam. Ia telah menyiapkan obat untuk diminum Jennie kemudian beranjak ke sofa. Lisa merebahkan kepalanya di punggung sofa. Tubuhnya juga lelah dan mengantuk. Dan tak lupa kalau suhu tubuh Jennie semalam mempengaruhinya pagi ini.

"Kau boleh tidur di kamar tamu jika mengantuk," ucap Jennie tiba-tiba. Ia sadar kalau Lisa berjaga semalaman demi merawatnya.

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku akan menunggu sampai kau kembali tidur," jawab Lisa lalu tersenyum lemah.

"Lalu kau bisa membuka bajuku lagi? Menyebalkan."

Lisa terkekeh hingga bahunya terguncang. Jennie sudah kembali ke sifat aslinya. Ia benar-benar sudah sembuh.

Tiba-tiba ponsel Lisa bergetar di saku celananya. Ia mengeluarkannya dengan malas. Jika yang menghubunginya orang lain selain manager Oppa, ia tidak ingin menjawab. Ia masih ingin bersama Jennie di sini. Namun orang yang menghubunginya adalah managernya.

Lisa segera menjawab.

"Halo?"

"Lisa-yaa, kau dimana? Kenapa tidak ada di apartemenmu?"

"Bukankah aku sedang libur? Untuk apa mencariku?"

"Sajangnim ingin bertemu denganmu. Ada sebuah tawaran pekerjaan yang harus ditanyakan padamu terlebih dahulu."

Lisa berdecak malas. Ia hanya memiliki waktu libur selama 3 hari, kenapa mereka masih saja mengusik? 3 hari adalah waktu yang singkat!

"Tidak bisakah ditunda dulu sampai masa liburku berakhir?"

"Tawaran ini sangat bagus Lisa. Kau ingin tahu?"

Lisa bergumam bosan.

"Kau dan Jennie Kim akan mendapatkan iklan bersama. Warga Korea dan internasional tahu betapa kuatnya kalian berdua. Dan project kali ini akan memberi keuntungan besar pada perusahaan kita!!

As Big As the OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang