O6

120 21 6
                                    


Dan pada akhirnya, yang mustahil akan benar benar akan mustahil walaupun sudah terjadi di awal. Hubungan kita sudah tidak terlalu baik, dan diambang keruntuhan.

Semua pilihan dan janji manis yang selama ini ter rekam di otak diriku memang terjadi, tetapi tidak pada akhirnya. Dari awal aku pun tahu bahwa akhir dari semua ini akan pahit, walaupun di awal memang sudah pahit.

Daniel menutupi hubungan ku dengannya dengan segala cara, se baik baik rencana dan se rapih rapih skenario. Dan aku berada di akhir skenario, sendiri tanpa siapapun. Berdiri sambil menatap semua penyesalan ku yang kulakukan di sini, tersenyum miring mengingat semua kenangan indah yang mungkin tidak akan terulang. Aku tahu semuanya akan menjadi seperti ini, karena semua orang pernah bilang bahwa.

Dimana ada awal, pasti ada akhir.

Sungwoon duduk di teras apartemennya, menatap langit malam yang cerah. Memikirkan cara lari dari kenyataan yang dulu selalu sungwoon hadapi bersama- ah jangan sebut namanya. Sejak konser terakhir wanna one, aku dan dia memang merenggang. Menjauh karena kesibukan. Dan menyusun skenario agar kita tetap tertutup.

Tapi aku selalu ingat apa yang dia selalu katakan di malam terakhir bersama ku.

"Kau berharga, dan jangan buang dirimu sendiri karena masalah yang seharusnya tak dirimu hadapi, karena itu bagian dari kehidupan. Kita kadang berbuat dan memilih pilihan yang salah"

Aku? Berharga? Di matanya ? Bullshit. Aku tertawa renyah sambil masuk ke dalam apartemen ku, membuang botol soju yang daritadi menemaniku, aku kira semua ini akan berakhir baik. Aku selalu berusaha terlihat baik baik saja, tapi nyatanya tanpa member dan dirinya, jika saja aku sejujur itu. Aku benar benar kesepian dan kehilangan arah.

Bahkan pada malam yang seharusnya kita bertemu bersama dengan yang lain, dia meninggalkan ku, memilih untuk menyelamatkan perasaannya sendiri. Ego memang tidak pernah berbohong. Dan aku menyukainya karena aku selalu berbohong pada diriku sendiri. Membiarkan rasa sakit menyerangku sendiri.

"Dimana daniel? Hyung kau tau dimana dia?" Kata Daehwi sambil mengunyah makanannya.

"Dia di apartemennya, kau tahu? dia.." kata ku menatap panggangan daging di depanku dengan tatapan kosong.

"Hyung sudahlah, kita tidak mau kau bersedih."

Aku tersenyum melihat jinyoung, memang tatapan menusuk dari jinyoung selalu terlihat indah di mataku. Hangat.

_________

Daniel duduk di meja makan apartemennya, mengingat semua apa yang telah ia perbuat. Dan menyesali semuanya.

Satu kalimat yang selalu teringat dari orang yang selalu dia tunggu kehadirannya, sekarang hilang dan menjauh. Tapi daniel tidak se brengsek itu untuk meminta nya kembali. Jadi dia memaklumi semuanya.

"Tertawa lah selagi kau bisa, dan menangis ketika kau merasa menginginkannya, if you hurt yourself then i get hurt too, i am you, and so are you"

Aku tahu semua yang kulakukan ini salah, tapi aku tidak punya pilihan. Aku selalu berfikir ini adalah cara yang salah. Aku mulai mencintai seseorang yang harusnya menjadi bagian skenario ini. Aku membenci diriku sendiri.

___________

And in the end of the day we will never got to change our destiny, but we can choose whats next. And whats good for theirselves.

Dan aku tahu semua ini salah, jadi aku tidak menyalahkan siapapun apalagi semesta, yang sudah menyediakan dan memberikan beribu pilihan yang bisa aku pilih. Tapi aku memilih yang salah, walaupun aku tidak menyesalinya. Aku tau aku yang terlalu tersakiti disini.













WOIIIIIII GA APDET BERAPA ABAD INIII😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

VOMMENTTT DULU BRAY🥰🥰🥰🥰

See u next chap! Wuf u! Bubye😭💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

day by day | nielwoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang