Yang terenggut takdir

7.6K 569 146
                                    

Akhir2-akhir ini banyak yang nanyain lanjutan TKI, dan jujur aku males banget kasih kepastian kapan itu bakal lanjut.

Kalo jawab masih dalam proses perbaikan banyak yg nggak percaya so ya udah aku bagiin ini aja.

6ribu word loh ini, dan ini cuma bagian awal dari yang aku plot tentang perjuangan Annisa paska jadi janda kembang dan balik ke Indonesia.

Selain Putra ada dua orang lelaki kece yang deketin dia, dan ini lelaki yang sebenernya paling aku suka buat jadi jodoh Annisa ... sayangnya kalo jadi sama yang ini entar judulnya bukan TKI lagi dong tapi jadi TKH ... Tenaga Kerja Honorarium 😔😔😔 dan kalian nanti bakalan nimpukin aku pake batako juga kalo Annisa gak balik sama Ucup.

Ya udah met baca aja ya! Tapi habis baca jangan baperan trus playing victim dengan alasan spoiler-an ini bikin kalian makin kepo karena kalian harus tau ... Unggah ini bukan berarti bakalan lanjut disini ya ahahhaha.

Annisa membuka mata dengan tiba-tiba.

Gema yang memanggil namanya terdengar begitu dekat, terasa nyata hingga dia bisa merasakan emosi kesedihan yang sarat di dalamnya. Dan itu menjadi pemicu kegelisahan sekaligus rasa sakit yang membuat Annisa terjaga dan selama beberapa saat mengalami disorientasi pada keadaan di sekitar.

Dia mengeluh pelan, sementara akal sehatnya mencerna kondisi yang sudah dia alami sejak kepulangannya dari Paris empat hari yang lalu.

Dirinya masih ingat ketika pertama kali itu terjadi, dengungan mesin jet serta nuansa kabin mewah yang di dominasi warna hitam dan silver membuatnya menyadari jika suara pangeran yang memanggil namanya hanya ada di dalam mimpi.

Annisa berusaha menanamkan kepercayaan jika bawah sadarlah yang membawa emosi itu muncul kepermukaan, tapi jauh di lubuk hati dia meyakini bukan seperti itu yang terjadi. Hantaman rasa sakit itu bukan berasal dari dalam dirinya, melainkan datang dari luar. Dari jiwa seseorang yang juga merasakan apa yang dia rasakan.

Kontak batin, ingin dirinya menyimpulkan demikian. Akan tetapi rasanya mustahil mengingat ikatan emosi yang bisa menembus batasan-batasan ruang dan waktu itu hanya bisa menghubungkan individu yang memiliki perasaan yang sangat kuat pada individu lain. Dan itu yang paling mustahil mengingat betapa rapuhnya ikatan yang dirinya dan pangeran miliki, bahkan kenyataannya ikatan itu pun kini sudah terputus.

Annisa menghela nafas perlahan seraya mengusap pipinya untuk menghilangkan jejak basah di sana, masih seperti pertama kali realitas menyakitkan itu menghantamnya, sampai kini pun Annisa masih belum bisa menghadapi kenyataan tanpa mengeluarkan air mata.

Setelah lebih tenang Annisa memejamkan mata seraya mensugesti benaknya jika apapun yang telah terjadi tidak boleh dia tangisi lagi, terlebih karena saat ini dirinya berada di rumah bersama orang-orang yang sangat mengenali dan menyayangi hingga sedikit kesalahan saja akan fatal akibatnya. Annisa sungguh berharap itu tidak akan pernah terjadi, dirinya tidak siap jika harus mengakui statusnya sebagai seorang janda pada keluarga. Terlebih Ibunya.

Sayup-sayup terdengar suara Tarhim dari mushola tak jauh dari rumah, pertanda Subuh akan segera tiba.

Tidak ingin berlama-lama larut dalam emosi negatifnya Annisa bergegas bangkit dan menyambar handuk dari gantungan di balik pintu kamar.

Biasanya Annisa tidak membuang-buang waktu untuk mandi dan mengambil wudhu, tapi dia menghentikan langkah di depan dapur saat mendapati ibunya masih berkutat dengan kesibukannya.

TKI (Tenaga Kerja Istimewa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang