Fansign

17 2 0
                                    

"Bantuin pokoknya." Paksa Yoora.

"Apasih bagusnya Seventeen, Yoor? Mereka baru tahun pertama, lho." Kataku kesal.

"Justru itu, Nadine sayang. Tahun pertama aja, udah keren parah. Apalagi tahun-tahun berikutnya. Ya ya yaa?" Yoora memohon.

"Bantuin apaaa?" Aku masih bingung.

"Bantuin.. mm, pokoknya aku harus bisa ikut fansign-nya." Jawab Yoora dengan senyuman merayu.

Aku memutar bola mataku.

"Iyaa." Jawabku singkat.

Padahal sejujurnya, aku tidak tahu harus membantu apa.

"YEAY! GOMAWO!!" Teriak Yoora sambil berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil, lalu memelukku.

"Sejak kapan kamu suka sama idol Pledis?" Tanya Appa yang lagi fokus dengan layar laptop-nya.
"Mmm.. Sejak... Sejak kapan ya? Entah." Aku mengangkat bahuku.

Appa memutar kursinya, lalu mengambil selembar kertas di atas lemari kecil di belakangnya.

"Nah." Appa menyodorkan selembar kertas berbentuk persegi panjang itu padaku.

Fansign Seventeen. 18 August 2019.

"Gratis?" Tanyaku.
"Kalau ga gratis, sama aja Appa yang bayar." Kata Appa datar. Aku tertawa kecil.

"Mm, sebenernya.. Ini bukan buat Nadine." Ungkapku jujur.
"Lalu?" Appa memutar kursinya menghadap padaku.
"Buat temen Nadine." Jawabku.

"Hmm. Ga papa. Asal dia harus bayar ke kamu." Kata Appa santai.
Aku mengangguk-angguk.

"Kamsahamnida, Appa." Aku pergi meninggalkan ruang kerja Appa.

18 Agustus 2019

"Kamu beneran ga ikut masuk, Nad?" Tanya Yoora sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan kipas bulat bergambar carat-bong.

"Gimana mau masuk, ga punya tiketnya. Lagipula, aku gak tertarik." Kataku datar.
"Dasar kamu! Kalau aku jadi kamu, aku bakal jadi Fangirl terberuntung sedunia. Bisa minta tiket seenaknya, bisa sering main ke Pledis, bisa..."
"Sssttt. Itu kamu, bukan aku." Potongku. Yoora nyengir.

"Dah sana, cepetan masuk." Perintahku. Yoora membalikkan badannya, menatap gedungnya dari atas sampai bawah. Lalu ia menoleh padaku lagi.

"Wae?" Tanyaku.
"Aku deg-degan." Katanya.

Aku memutar bola mataku sambil mendengus kesal.

Tak lama setelah itu, Yoora masuk.

"Doakan aku tidak pingsan di tengah acara, ya!" Teriak Yoora sambil melambaikan tangannya padaku.

"Aish, alay." Gumamku kecil.

Aku memasang masker hitamku kembali. Ya, aku mengenakan masker hitam, agar aku tak dikenal banyak orang. Karena memang sudah banyak yang tahu, kalau aku itu adalah anak dari seorang CEO Pledis Entertainment.

Aku merogoh kantongku dan mengambil handphone-ku, lalu memainkannya sambil duduk disebuah bangku dekat gedung fansign.

Tak lama..

"Permisi.." Seseorang bertubuh kekar dengan pakaian serbahitam menghampiriku. Sepertinya itu seorang bodyguard.

Aku menengok, lalu berdiri.

"Ne?" Tanyaku. Aku membuka masker hitamku.

Ia terbelalak melihatku. Lalu membungkukkan badannya berulang kali padaku.

"Mianhae, mianhae, mianhae. Aku sungguh tidak tahu kalau kau anak dari..."
"Ssstt." Aku menempelkan telunjukku ke bibirku.

"Mian.." Katanya sekali lagi.
"Ne, gwaenchana." Kataku santai.

"Nadine tidak mau masuk? Ku dengar kau mau bekerja di Pledis juga, karena ketertarikanmu pada dunia entertainment begitu besar. Mau ke backstage?" Tawarnya.

"Boleh?" Tanyaku memastikan. Ia mengangguk mantap.

"Kaja!" Ia berjalan di depanku, memimpinku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back to You || Vernon ChweTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang