"But there's a side to you, that I
never knew, never knew.
All the things you'd say, they
were never true, never true.
And the games you play, you
would always win always win."
...
Lagu Adele mengudara pelan
memenuhi suasana ruang kamar.
Kupejamkan mataku sedetik, lalu
kutarik napasku dalam-dalam-
menghirup udara luar yang
mengalir melewati jendela kamar di
atas sana. Kulirik saksama korden
putih yang melambai menghiasi
bingkainya. Gerakannya pelan,
seiring dengan angin lembut yang
mengalir bersamaan dengan suara
nada yang mengalir.
Ryan menyipitkan matanya. Kulirik
ia di sampingku. Diam-diam,
kuperhatikan gestur dan gerakan
tangannya. Jemarinya lincah menari
di atas layar iPad.
Ia sibuk sendiri dengan Angry Birds
yang dimainkannya sedari tadi.
"Hm...." Aku mengembuskan
napasku panjang.
Ryan ikut menggerakkan
punggungnya-gerakannya sempat
membuat seprai di sisi ranjang
yang terjulur tergerak kusut. Suara
berderit dari spring bed yang kami
sandari membuatku menoleh penuh
padanya.
"Sibuk banget."
Ia tertawa kecil.
Aku mendesah resah, sementara
kulihat bibirnya melengkungkan
senyuman simpul.
"Kamu juga sibuk banget dari tadi,
Sayang."
"Masa, sih?" tanyaku retoris.
Ia meletakkan iPadnya di atas
karpet lalu menoleh padaku. Kedua
tangannya dilipat di depan dada
sementara matanya melirik Canon
EOS 7D yang kugenggam. "Sudah
sejam kamu ngelihatin itu foto-
foto. Dilihat sampai besok pagi
pun, nggak akan ada gambar yang
berubah, kan?" sindirnya.
Aku menyipitkan mataku padanya,
dan ia tertawa lagi.
"Kamu masih aja mandangin foto-
foto itu, masa kamar ini
suasananya sampai mirip