22. The Cracked Tone

87 13 1
                                        

Konflik Tzuyu dan I.N: Nada yang Retak

Tzuyu pulang dari lapangan basket malam itu dengan hati yang kacau. Ciuman dengan Yugyeom—penuh gairah, penuh kerinduan—membangkitkan kembali api yang dia pikir sudah padam, tapi juga meninggalkan rasa bersalah yang menusuk. Dia tahu dia mencintai Yugyeom, tapi I.N—dengan ketulusannya, lagu-lagunya, dan pengorbanannya—adalah bagian dari hidupnya yang tak bisa dia abaikan begitu saja. Tzuyu terjebak di antara dua hati, dan konflik dengan I.N tak bisa lagi ditunda.

...

Keesokan harinya, Tzuyu memutuskan menemui I.N di studio musik—tempat yang selama ini jadi dunia mereka berdua. Dia masuk dengan langkah ragu, tangannya gemetar memegang gelang Yugyeom yang kini terasa seperti pengakuan dosa. I.N duduk di kursi tua, gitar di pangkuan, jari-jarinya memetik nada lembut—lagu yang dia tulis untuk Tzuyu setelah keluar dari rumah sakit. Dia menoleh saat Tzuyu masuk, tersenyum kecil meski kakinya masih dibantu kruk. "Kak Tzu… kamu dateng. Aku lagi coba bikin lagu baru," katanya, nadanya polos dan penuh kehangatan.

Tzuyu menatapnya, dadanya sesak. "I.N… kita perlu bicara," katanya pelan, suaranya bergetar. I.N berhenti memetik, alisnya berkerut, tapi dia mengangguk. "Apa yang salah, Kak? Kamu keliatan… nggak biasa," tanyanya, matanya penuh perhatian. Tzuyu duduk di depannya, matanya menunduk, tak sanggup menatap langsung. "Aku… aku ketemu Yugyeom kemarin. Di lapangan," akunya, dan ada hening yang berat menyelimuti ruangan.

I.N menatapnya, senyumnya perlahan memudar. "Terus… apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya rendah, tapi ada ketakutan yang terselip. Tzuyu menarik napas dalam, air mata kecil menggenang. "Aku bilang aku kangen dia… dan aku… aku cium dia, I.N," katanya, suaranya pecah, tangannya menutup wajah. I.N terdiam, gitar di tangannya tergelincir sedikit, dan ada bunyi sumbang saat senar tersentuh tanpa sengaja.

...

"Aku nggak mau bohong sama kamu, I.N. Aku suka Yugyeom… aku selalu suka dia, tapi aku takut—takut sama apa yang aku rasain. Aku pilih kamu karena kamu bikin aku tenang, tapi aku… aku nggak bisa lupain dia," lanjut Tzuyu, air matanya jatuh ke lantai kayu. I.N menatapnya lama, matanya berkaca-kaca, tapi dia tak langsung bicara—hanya diam, seperti mencoba mencerna setiap kata yang baru saja menghancurkan dunianya.

Akhirnya, I.N berbicara, suaranya serak tapi penuh tenaga yang dia paksa keluar. "Kak Tzu… aku nyanyi buat kamu. Aku selamatin Yuna buat kamu—buat kita. Aku kira… aku kira kamu pilih aku karena kamu suka aku, bukan karena aku cuma… cuma pelarian." Dia tertawa kecil, tapi penuh luka. "Aku salah ya? Aku nggak pernah cukup buat kamu."

Tzuyu menggeleng cepat, "Bukan gitu, I.N! Kamu cukup—kamu lebih dari cukup. Aku yang salah… aku yang nggak bisa milih. Aku suka kamu, beneran—tapi Yugyeom… dia bagian dari aku yang aku nggak bisa lepasin." I.N menatapnya, air mata akhirnya jatuh dari matanya. "Jadi aku apa, Kak? Tempat singgah sampe kamu balik ke dia?" tanyanya, nadanya tajam, sesuatu yang jarang keluar dari I.N yang selalu lembut.

...

Tzuyu berdiri, mendekati I.N, tangannya mencoba menyentuh lengan I.N, tapi I.N menarik diri—gerakan kecil, tapi penuh makna. "Aku nggak mau nyakitin kamu, I.N… aku cuma mau jujur," katanya, suaranya penuh penyesalan. I.N menggeleng, "Kamu udah nyakitin aku, Kak. Dari pertama kamu pilih aku, aku pikir itu beneran—tapi sekarang aku tahu, aku cuma bayang-bayang Yugyeom buat kamu." Dia bangkit dengan susah payah, kruk di tangannya berderit, dan mengambil gitarnya.

"Aku nyanyi buat kamu karena aku pikir kamu denger aku… tapi ternyata aku cuma nyanyi buat diri aku sendiri," katanya, matanya penuh luka. Dia memetik gitar sekali—nada pendek, tajam, lalu berhenti. "Aku nggak bisa gini lagi, Kak Tzu. Pergi ke Yugyeom kalo itu yang kamu mau—tapi jangan balik ke aku kalo kamu nyesel lagi." Dia berbalik, berjalan keluar studio dengan langkah tertatih, meninggalkan Tzuyu sendirian di ruangan yang kini terasa dingin.

Tzuyu jatuh ke kursi, menangis tanpa suara, tangannya memegang gelang Yugyeom dan catatan chord I.N yang jatuh ke lantai. "Aku nggak mau kehilangan kamu, I.N… tapi aku juga nggak bisa lelet jalankan Yugyeom," bisiknya, tapi kata-kata itu hanya bergema di keheningan—tak ada yang mendengar, tak ada yang menjawab.

...

Hari-hari setelahnya, Tzuyu dan I.N tak lagi bertemu. I.N kembali ke studio, tapi nadanya kini penuh kesedihan—lagu-lagu yang dia tulis tak lagi tentang cinta yang tumbuh, tapi tentang hati yang retak. Dia masih tersenyum pada Yuna saat mereka bertemu, tapi ada kekosongan di matanya yang Yuna notice—sesuatu yang membuat Yuna semakin ingin dekat dengannya, tapi juga takut.

Tzuyu, di sisi lain, pergi ke lapangan basket lagi, mencari Yugyeom—hatinya kini condong padanya, tapi luka yang dia tinggalkan pada I.N jadi bayang-bayang baru yang mengikutinya. Dia tahu dia memilih Yugyeom, tapi dia juga tahu—I.N tak akan pernah benar-benar pergi dari pikirannya, seperti nada gitar yang terus terngiang meski senarnya sudah putus.


To Be Continued...

Tangled Hearts (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang