Acara Pernikahan Yugyeom dan Tzuyu: Hujan, Api, dan Cinta Abadi
Hari pernikahan Yugyeom dan Tzuyu akhirnya tiba—tanggal 17 Maret 2035, di taman kampus Universitas Hanbit, di bawah pohon maple yang jadi saksi perjalanan cinta mereka. Langit mendung, hujan turun pelan seperti doa, dan aroma bunga lily bercampur dengan udara basah. Mereka memadukan tradisi Taiwan dari Tzuyu—penuh simbolisme keluarga dan harmoni—dengan tradisi Korea dari Yugyeom—berani dan penuh penghormatan—dalam upacara yang elegan namun penuh gairah, mencerminkan jiwa mereka yang saling melengkapi.
Pagi itu, Tzuyu bersiap di ruang kecil dekat taman, dikelilingi Jihyo dan keluarganya dari Taiwan yang datang khusus. Dia mengenakan gaun pengantin putih ala Barat dengan aksen renda halus, tapi untuk menghormati tradisi Taiwan, ibunya membawa jilbab merah transparan—simbol keberuntungan dan perlindungan dalam budaya Taiwan—yang akan dia kenakan saat masuk ke venue. "Ini dari nenekmu, Tzu… dia bilang ini bawa harmoni buat kamu sama Yugyeom," kata ibunya sambil tersenyum, dan Tzuyu mengangguk, matanya berkaca-kaca, "Aku mau bawa Taiwan sama aku hari ini, Ma."
Yugyeom, di sisi lain, bersiap bersama Jae dan temen-temen basketnya. Dia mengenakan jas hitam Korea modern dengan dasi biru samar, tapi untuk Pyebaek nanti, dia sudah menyiapkan hanbok hitam dengan aksen merah—warna yang melambangkan kekuatan dan gairah, sesuai karakternya. Ibunya memberikan bebek kayu—simbol kesetiaan dalam tradisi Korea—dan berkata, "Jaga Tzuyu, Yugyeom… dia jadi keluarga kita sekarang." Yugyeom tersenyum, memegang bebek itu erat, "Aku janji, Ma—dia segalanya buat aku."
Upacara: Tradisi Taiwan dan Korea Menyatu
Upacara dimulai di bawah tenda transparan besar di taman, pohon maple di tengah dikelilingi lampu-lampu kecil dan lilin terapung yang berkelap-kelip di genangan air hujan buatan—ide Yugyeom untuk membawa api ke dalam hujan. Tamu duduk di kursi kayu sederhana, payung transparan di tangan, sementara bunga lily putih dan hydrangea biru muda—pilihan Tzuyu—menghias venue, menciptakan suasana elegan namun hangat.
Tradisi Taiwan: Prosesi Masuk Pengantin
Tzuyu masuk dengan langkah perlahan, jilbab merah transparan menutupi wajahnya, diiringi musik tradisional Taiwan dari erhu yang dimainkan sepupu kecilnya—nada lembut yang penuh perasaan. Dalam tradisi Taiwan, pengantin wanita sering diantar keluarga untuk "dilepaskan" ke keluarga baru, dan ayah Tzuyu memegang tangannya, berbisik, "Kamu selalu putriku, Tzu… tapi sekarang kamu punya Yugyeom." Tzuyu tersenyum di balik jilbab, air matanya jatuh saat melihat Yugyeom berdiri di ujung, matanya penuh gairah dan cinta.Tradisi Korea: Kunbere dan Hapgeunrye
Yugyeom menunggu di bawah pohon maple, dan saat Tzuyu sampai, dia mengangkat jilbab merah itu dengan tangan gemetar, memperlihatkan wajah Tzuyu yang berseri—mata dinginnya kini hangat karena cinta. Mereka melakukan Kunbere—Tzuyu membungkuk dua kali, Yugyeom satu kali—di depan meja kecil berisi lilin dan bunga. "Aku hormatin kamu, Tzu… selamanya," bisik Yugyeom, dan Tzuyu membalas, "Aku hormatin kamu, Yugyeom… sampe akhir."
Lalu Hapgeunrye—mereka minum anggur dari dua gelas modern yang diikat pita merah dan biru, bukan labu, tapi tetap melambangkan kesatuan. Yugyeom memegang tangan Tzuyu saat mereka minum, matanya tak lepas darinya, "Dari hujan pertama, kamu jadi milikku," katanya, dan Tzuyu tersenyum, "Dari ciuman pertama, aku jadi milikmu."Sentuhan Pribadi: Hujan dan Api
Saat mereka mengucap janji, hujan turun lebih deras—alami, bukan buatan—dan tamu bersorak sementara Yugyeom menarik Tzuyu ke bawah payung besar yang dia pegang. "Aku bilang aku bakal lindungin kamu dari hujan, Tzu," katanya sambil tersenyum nakal, dan Tzuyu tertawa, "Kamu bikin aku basah lagi, Yugyeom—tapi aku suka." Lilin terapung di sekitar mereka menyala terang meski hujan, simbol api Yugyeom yang tak padam, dan pohon maple berdiri kokoh, menyatukan Taiwan dan Korea dalam cinta mereka.Puncak Romansa: Janji dan Ciuman
Janji mereka sederhana tapi penuh gairah. Yugyeom memegang kedua tangan Tzuyu, suaranya bergetar tapi tegas, "Tzu, kamu bikin aku takut kehilangan dari pertama aku lihat kamu di hujan. Aku janji—aku bakal jaga kamu, bikin kamu hidup, sampe kita tua bareng, di Taiwan, di Korea, di mana aja. Aku cinta kamu—lebih dari apa pun." Air hujan menetes di wajahnya, tapi matanya membara, penuh api yang Tzuyu rindukan.
Tzuyu menatapnya, air matanya bercampur hujan, jilbab merahnya kini tersingkap sepenuhnya. "Yugyeom… kamu bikin aku ngerasa utuh, dari ciuman pertama sampe sekarang. Aku janji—aku bakal ada buat kamu, bawa harmoni buat kita, sampe akhir hidupku. Aku cinta kamu—selamanya," katanya, nadanya lembut tapi penuh kekuatan, tangannya menggenggam erat Yugyeom.
Mereka bertukar cincin—cincin biru untuk Tzuyu, cincin perak sederhana untuk Yugyeom—dan saat pengantin resmi diumumkan, Yugyeom tak menunggu lama. Dia menarik Tzuyu ke pelukannya, payung jatuh ke tanah, dan menciumnya dengan penuh gairah—ciuman yang basah oleh hujan, hangat oleh cinta, dan dalam seperti janji mereka. Hujan membasahi mereka, tamu bersorak, tapi dunia mereka hanya ada di bawah pohon maple—bibir mereka menyatu, tangan Yugyeom di pinggang Tzuyu, tangan Tzuyu di lehernya, seperti tarian yang tak pernah berhenti.
Pyebaek dan Tradisi Taiwan: Penghormatan Keluarga
Setelah upacara utama, mereka mengadakan Pyebaek di tenda kecil. Tzuyu dan Yugyeom mengenakan hanbok—Tzuyu dalam warna biru muda yang elegan, Yugyeom dalam hitam dengan aksen merah. Mereka membungkuk kepada orang tua Yugyeom, menyajikan teh dalam cangkir kecil, dan ibu Yugyeom memberikan amplop merah sambil berkata, "Jaga satu sama lain… kalian keluarga sekarang." Tzuyu tersenyum, "Makasih, Ibu… aku bakal jadi istri yang baik."
Lalu, untuk menghormati tradisi Taiwan, Tzuyu memimpin Yugyeom membungkuk kepada orang tua Tzuyu—gaya Taiwan yang lebih santai tapi penuh hormat. Ayah Tzuyu memberikan angpao merah—simbol berkah dan kemakmuran—dan berkata, "Yugyeom, kamu bawa keberanian ke keluarga kami… jaga Tzu baik-baik." Yugyeom mengangguk, "Aku janji, Ayah—dia harta aku." Tzuyu tersenyum, memeluk ayahnya, dan berbisik, "Makasih udah kasih aku ke Yugyeom."
Resepsi: Pesta Kecil Penuh Cinta
Resepsi diadakan di tenda besar, dengan buffet Korea-Taiwan: tteok warna-warni dan sup kimchi dari sisi Yugyeom, serta kue taro dan teh bubble dari sisi Tzuyu—perpaduan manis yang disukai tamu. Lagu akustik I.N mengalun sebagai latar, hadiah dari I.N dan Yuna yang membuat Tzuyu tersenyum haru. Yugyeom menarik Tzuyu ke tengah untuk tarian pertama—tarian sederhana di bawah lampu-lampu kecil, hujan masih turun di luar tenda, dan dia berbisik, "Kamu istriku sekarang, Tzu… aku nggak nyangka aku seberuntung ini." Tzuyu membalas, "Kamu suamiku, Yugyeom… aku nggak mau ada orang lain selain kamu," lalu menciumnya lagi, pelan tapi penuh cinta, di depan tamu yang bertepuk tangan.
Malam ditutup dengan Yugyeom membawa Tzuyu ke pohon maple sekali lagi, hujan mereda, dan lampu-lampu kecil menyala terang. "Ini rumah kita, Tzu—dari hujan pertama sampe selamanya," katanya, tangannya memeluk pinggang Tzuyu. Tzuyu tersenyum, bersandar di dadanya, "Rumah kita, Yugyeom—hujan, api, dan kamu." Mereka berdiri di sana, basah, bahagia, dan utuh—cinta mereka menyala abadi di bawah pohon maple yang setia.
To Be Continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled Hearts (✔️)
FanfictionCinta Segitiga sudah biasa. Bagaimana dengan cinta segiempat??? !@#$%&*