-2-

1.3K 27 0
                                    

Menjadi ikan kecil di kolam yang besar. Mungkin itu perumpamaan yang cocok untuk pekerjaanku saat ini. Aku menjadi salah satu staf bagian administrasi di salah satu anak  perusahaan yang cukup bonafide  di Indonesia.
Walaupun tak se terkenal Kalla Grup atau Lipo Grup tapi perusahaan tempatku bekerja sudah terdaftar di BEI.

"Sittt..." aku menoleh pada Tika yang tenggah memanggilku.

"Apa sih?! Sibuk ini gue." kataku merasa tergangggu karena tenggah asyik menginput data kedalam komputer.

"Kayaknya lo dicariin tuh," katanya sambil mesam-mesem, menunjuk dengan dagu.

Gue mendengus malas. Tau siapa yang dia maksud.

"Elo temen gue bukan sih?!" gue melotot marah.

"iye-iye sory." kemudian Tika kembali berkutat dengan komputernya, begitupun dengan gue.

.
.
.
From : Fathir

Sibuk deadline?
Semangat kerjanya
😊😊😊

Gue hanya membaca chat dari Fathir, membiarkan centang biru menyala dihapenya tanpa berniat membalas. Tak sampai disitu gue juga memutuskan memencet mode pesawat.

Bodo amat.

Gue nggak mau diganggu. Titik

Fyi, Fathir itu mantan gue yang terakhir sekaligus terlama. Kita putus hampir dua tahun yang lalu secara baik-baik.
Garis bawahi yaaaa secara baik-baik.

Duli kita LDR Jakarta-Bandung. Kita putus baik-baik karena dia dijodohkan oleh orang tuanya.
Itu alasan pertama, alasan kedua karena gue ngeles mulu setiap dia minta kawin.

Koreksi,nikah maksudnya.

Sekarang dia udah nikah dong?!

Yess....

Benar kawan-kawan yang budiman. Dia udah nikah, udah punya anak cowok yang ganteng banget dan udah mulai belajar merangkak.

Kok gue tau?!

Gue follow akun istrinya. Tapi tentu saja pakai akun anonim. Walaupun kalau gue follow pakai akun aslipun istrinya Si fathir juga nggak bakal ngeh gue mantanya. Tapi ya buat jaga-jaga aja sih.

"ngomong-ngomong pak Fathir makin ganteng aja ya dari hari ke hari."

Gue hampir tersedak makanan saat Gendis mengucapkan kata tersebut. Gue  juga merasakan Tika melirik gue takut-takut, tapi gue lebih memilih pura-pura tidak sadar.

"Udah nikah belum sih?" kali ini Si kriwil Nala yang berkomentar.

"Gue sering lihat beliau wira-wiri disekitar kubikel kita, apa jangan -jangan ada yang ditaksir ya?
Duh jadi deg-degan nih..."

Dan disahuti koor mengiyakan dari yang lainya.

Dan merekapun sibuk berspekulasi.

Sabar Sita sabar....
Orang sabar jidatnya lebar.

"Nggak usah ngimpi udah punya anak bini tuh lakik." Tika kali ini bersuara. Niatnya sih mau menolong gue tapi malah memperkeruh keadaan

"kok lo tau sih?!" tanya mereka bertiga hampir bersamaan. Membuat beberpa pengunjung kantin, yang memang sedang ramai-ramainya ini menoleh ke meja kami.

Tika gelagapan. Gue membuang muka. Pura-pura tak tertarik dengan pembicaraam mereka.

"e..e...eeeeee itu kemarin gue sempet dengerin obrolan anak HRD"

Astaga gue hampir kena seragan jantung.

"yaaaa kirain naksir salah satu dari kita." Reya tak menutup-nutupi rasa kecewanya.

"udah lah lo cantik cowok lain masih banyak kali." Nala menghibur, membuat Reya tersenyum jumawa karenanya.

"Sit tumben lo dari tadi diem aja nggak ikut ngobrol?" si peka Gendis menyadari keenganan gue tentang topik obrolan kali ini.

"iya Sit, lo kenapa? Sakit?"

Aku mengeleng.

"lagi nggak mood aja. Kayaknya gue mau PMS, badan gue udah sakit semua dari pagi"

"ohh. Kirain bertengkar lagi sama nyokap lo."

Anak -anak semua tau kalau hubungan gue dengan nyokap kuramg harmonis. Tapi tak ada yang tau alasan yang sebenarnya. Bahkan Fathir yang notabene mantan kekasihku pun tak tau, begitupun dengan Tika. Hanya Roby satu- satunya orang yang tau betapa peliknya masalah gue dan nyokap.

"waktu masih sekolah dulu, gue juga sering berantem sama nyokap. Tapi setelah gue kerja dan bisa cari uang sendiri nyokap mulai berkurang bawelin gue. Sekarang malah berhenti sama sekali." Nala mulai bercerita sambil menyendok nasi Rawon.

Dan bergulirlah cerita mereka seputar keluarga masing-masing. Melupakan topik obrolan sebelumnya.

24.8.'19









Last Love √  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang