-4-

780 28 0
                                    


"Semalam nginep dimana?!" Todong nyokap begitu mobil Roby menjauh.

"Kantor." kata gue cuwek, sambil ngeloyor begitu saja.
Sementara dibelakang nyokap masih ngomel-ngomel.

"Hape dimatiin. Emangnya kamu pikir Mama nggak khawatir apa?!"

Gue mengerak-gerakkan mulut tanpa suara, sudah hapal omelan apa saja yg keluar dari bibir beliau.

"Aku capek Maaaa.... Bisa nggak sih ngomelnya ditunda dulu." tanpa mempedulikan Nyokap yang masih bersungut-sungut marah, gue berlalu begitu saja. Masuk kamar dan mengunci pintu dari dalam, bersiap untuk mandi dan tidur.

.
.
.

"Sayang."

"iya?"

"maaf..."

"Maaf buat?"

"Aku nggak bisa nikahin kamu?"

"kenapa?"

"istriku hamil"

"ohhhh"

"iya."

"oke"
.
.
.

Roby memasukkan ponselnya kedalam saku setelah membalas chat Sita tentang permintaan makan siang bersama.
Sejujurnya Sita jarang chat dia duluan. Biasanya, gadis itu lebih memilih untuk mendatangi rumahnya jika ada masalah atau sesuatu yang harus dibicarakan, dibandingkan telepon atau sekedar chat.
Roby agak sedikit khawatir.

'Jangan-jangan dia mempertimbangkan omongan gue soal risent kemarin.' pikirnya dalam hati.
.
.
.
"Lama amat?!" dumel Sita sambil melirik jam dipergelangan tangan kirinya. Rawon yang ada dihadapanyapun sudah habis setenggah.

"Niat ngajak makan nggak sih?!" tegur Roby sambil menunjuk makanan Sita yang hampir habis.

"ya loo...salah sendiri lama amat. Perut gue udah keroncongan dari tadi. Bisa-bisa pingsan gue entar kalau nungguin elo sampai." dumel Sita kemudian menuguk tehnya hingga tandas.

Enggan meneruskan perdebatan dengan sohibnya itu, Roby lebih memilih berjalan memesan makanan. Sambil menunggu antrian ada saja kaum hawa yang menyapa Roby mulai dari anak magang, anak lintas divisi samapai OG kantor. Sita memandang sambil cekikikan dari jauh.

"Lo pakai pelet apasih sampai-sampai tuh cewek-cewek pada ngrubutin lo kayak laler gitu?" tanyanya tanpa bisa menahan tawa saat pria berkacamata itu telah sampai dihadapanya.

"nggak usah ngeledek." Roby sedikit tersinggung.

"Butek amat mukanya mas? Gue muji kali bukan ngejek."

Roby lebih memilih menghabiskan makannya dibanding meneruskan adu mulut dengan gadis pecinta Rawon itu.

"ngomong-ngomong ada angin apa lo ngajakin gue makan? Tumben-tumbenan?" Roby mengelap mulutnya dengan tisu.

"Baru dapat bonus gue. Berhubung lo sahabat terbaik dalam hidup gue makanya hari ini gue inisiatif buat traktir lo." jawab gadis itu berbinar-binar.

Roby mengernyit, pasalnya bonus bulan ini baru cair minggu depan bukan hari ini.

"Bonus apaan? Perasaan masih minggu depan tuh bonus cair?" tanyanya heran. Langsung menyuarakan ini hatinya.

"Ada deh rahasia. Pokoknya hari ini gue seneng banget."

Dasar mood roller coster , kemarin juteknya kayak mau makan orang.sekarang ketawa-ketiwi kayak nggak pernah punya dosa.
.
.
.
Sita sudah hendak berdiri saat segerombolan perempuan yang tak jauh darinya membicarakan seseorang yang dikenalnya.

"Udah pada lihat lamtur belum kalian?" seseorang berkemeja hitam memulai pembicaraan.

"Emang kenapa sih beb, ada heboh apa lagi sekarang?"

"Si Anya ke gep hengpon jadul jalan sama pengusaha." infonanya

" Anya siapa sih? Emang kita kenal? Nggak up date Infotaiment gue akhir-akhir ini, sibuk ama deadline boo..."

"hooh" jawab kawan-kawanya yang lain mengaminkan.

"Masa nggak ada yang kenal Anya, bintang film yang lagi naik daun dia. Mantan Miss Indonesia juga. Walaupun cuma masuk sepuluh besar. "

"Serius gue nggak tau dan nggak kenal emang penting ya?!"

Mereka berlima saling menimpali satu sama lain.

"Kalian nggak penasaran sama pengusaha yang lagi deket sama dia?"

"Udah deh to the point aja bentar lagi jam makan siang kita kelar." timpal si rambut pendek mulai jenggah dengan Si informan yang terdengar mengulur-ulur waktu.

Si baju hitam menghela napas kesal," Dia jalan sama Raff, Ravendra Atmajaya. Calon CEO Bentala Grup. Perusahaan kita."

"What?!"

"Serius lo?"

"Belum selesai, gue udah searching di google dan ternyata Anya itu salah satu putri pak Sanjaya pemilik Diwangkara Grup."

"Anjirrrr... Udah pasti pernikahan bisnis sih ini."

"Gue denger-denger katanya Diwangkara mau bangkrut. Apa jangan-jangan mereka sodorin anaknya buat selametin perusahaan ya?!" mereka sudah mulai memikirkan spekulasi masing-masing.

"Kalau bener kasihan banget Si anya-anya itu."

"Jadi anak orkay nggak seindah drama korea guysss."

.
.
.

Sita menatap Roby dengan horor.

"Ini maksudnya apa?" todongnya to the point.

Tempat duduk gerombolan perempuan tersebut sangat dekat dengan mereka, jadi Roby tidak bisa berkelit dengan alasan tidak dengar.




Last Love √  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang