Part 2

372 15 3
                                    

POV Leera

Setelah menunggu tiga tahun lamanya, akhirnya aku bisa memberi hakku sebagai seorang istri kepada suamiku tercinta, yaitu Alex. Aku pun tak menyangka dia bisa bertahan menunggu selama itu terhadapku.

Selama dua tahun aku berjuang hidup, selama dua tahun pula aku tidak tahu tentang kehidupan di dunia. Aku tidak tahu bagaimana keadaan Alex, aku tidak tahu bagaimana keadaan orang-orang di sekitarku. Yang aku tahu, aku bangun sudah di kelilingi oleh orang-orang yang aku sayang dan cintai.

Setelah aku dan keluarga besarku selesai sarapan di restoran hotel. Kini aku dan Alex kembali ke kamar, kami bersantai terlebih dahulu sebelum meninggalkan hotel yang sudah menjadi kisah cinta bersejarah untuk hubungan pernikahanku dengan Alex. Sedangkan keluargaku yang lain sudah pulang terlebih dahulu karena banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Terutama Arya, adik tiriku yang masih duduk di bangku SMA.

Sebelumnya aku tak pernah menyangka jika akan bertemu dengan ibu kandungku lagi dan memiliki adik tiri dan juga ayah tiri. Semua serba kebetulan kami dipertemukan. Dan, dari awal pertemuan itulah penyebab aku bisa mengalami koma selama dua tahun. Setelah aku sadar dari tidur panjangku, aku masih belum bisa menerima semua kenyataan itu. Aku masih syok. Tapi Alex, Mommy, dan Daddy selalu menasehatiku untuk memaafkan semua kesalahan ibu kandungku. Mereka bilang semua orang pasti mempunyai kesalahan, entah kesalahan kecil ataupun besar. Dan kita yang menjadi korbannya wajib memaafkan. Dan mereka juga bilang aku tidak boleh menjadi anak yang durhaka dan seharusnya aku bersyukur karena ternyata ibu kandungku masih hidup sampai sekarang.

Dengan keadaan masih terbaring lemah, aku meresapi perkataan Alex, Mommy, dan Daddy. Sedikit demi sedikit aku mencoba membuka hati untuk ibu kandungku beserta keluarga kecilnya. Hingga akhirnya aku bisa menerima kehadiran mereka semua di sisiku.

"Baby ...." Tiba-tiba saja Alex datang dari belakangku, mengagetkanku saat aku sedang duduk melamun di teras balkon kamar hotel ini.

Aku menoleh dan memberikan senyuman untuknya.

Alex langsung duduk di sebelahku, menyerongkan posisi duduknya agar bisa melihat wajahku, dan tangannya terulur membenarkan anak rambut yang jatuh menghalangi mataku.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, hmm?"

Aku menggeleng, sebagai jawaban jika aku sedang tidak memikirkan apapun.

"Sungguh ....," tanyanya lagi.

Aku membenarkan posisi dudukku untuk menghadap dia. Meraih kedua tangannya yang sudah bertumpu di ujung lututku lalu menggenggamnya.

"Sungguh ...." Aku mengangguk sambil tersenyum . "Aku hanya tidak menyangka saja kalau aku masih bisa menghirup udara segar di dunia ini. Masih bisa memandangmu, menemanimu, dan bersanding denganmu sampai detik ini." Aku meremas lembut tangan Alex untuk mempererat genggamanku.

"Sayang ... makasih. Makasih karena kamu sudah sabar menantiku, menemaniku, dan menungguku disaat aku sudah kehilangan harapan untuk hidup. Dan, hanya kamulah alasan untukku tetap bertahan hidup sampai detik ini," lanjutku lagi.

Alex melepaskan genggaman tanganku, menarik bahuku ke depan lalu memeluknya dengan erat.

"Aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu, Baby. Karena kamu mau bangun dari tidur panjangmu, dan bertahan hidup untukku. Dan kamu seperti berlian yang harus aku jaga setiap saat, setiap menit, dan setiap detik."

Mendengar ucapan Alex, aku tak kuasa untuk tidak menitikan air mata. Aku semakin mengeratkan pelukanku, dan membenamkan kepalaku di ceruk lehernya. Alex pun mengecup kepalaku berulang-ulang kali.

Alex menarik tubuhku, kedua telapak tangannya berpindah untuk menangkup wajahku. Dia memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya di bibirku. Ciumannya membawakan rasa cinta dan kasih. Lembut dan pelan namun terasa nikmat.

Hampir sama-sama kehabisan napas, Alex melepaskan ciumannya. Alex memandang wajahku penuh memuja, matanya berbinar, bibirnya melengkung membentuk bulan sabit, satu jari telunjuknya menyusuri wajahku dengan pelan. Sangat pelan. Aku sempat memejamkan mata untuk merasakan belaiannya.

Jantungku berdetak lebih kencang merasakan belaian jemari Alex. Saat aku membuka mata, ternyata Alex sedang memandangi wajahku dengan intens. Mata kami saling beradu tatap. Aku memuja atas ketampanan yang ia miliki, meskipun umurnya hampir berkepala empat, tapi Alex masih sangat tampan.

Alex memajukan kepalanya lagi sambil di miringkan. Untuk menutupi rasa gugupku, aku memejamkan mata. Dan aku bisa merasakan hembusan napas Alex dari mulutnya yang berbau mint itu. Mulutku pun sedikit menganga untuk menyambutnya.

"Baby, wajahmu sangat sexy jika seperti ini. Aku sudah tidak sabar ingin membaringkan tubuhmu di atas ranjang dan menidurimu lagi. Lalu membuatkan Alex junior sampai kita sama-sama tak berdaya dan kehabisan tenaga," bisiknya di samping telingaku dengan suara seraknya.

Oh My God! Alex.

Aku malu sekali. Bisa-bisanya, ya ... dia. Mengerjaiku seperti ini. Awas aja. Gak bakal aku kasih jatah nanti. Huuh ... nyebelin. Pasti sekarang pipiku sudah merah merona menahan malu.

Baru saja akan memukul bahunya, namun dia sudah beranjak terlebih dahulu dan berlari ke dalam. Tidak mau kalah, aku pun mengejarnya lari ke dalam.

Pokoknya aku harus dapetin dia. Harus!

Enak saja mengerjaiku seperti ini. Dan lagi-lagi, dia selalu berhasil untuk mengerjaiku dan membuatku malu.

"Alex ... jangan lari ... sini kamu!"

Alex bukannya berhenti, tapi malah menjulurkan lidahnya dan masih berlari lagi.

"Awas saja, ya. Kalau sudah aku tangkap, gak bakal aku kasih ampun, kamu."

"Sini, Baby. Kejar aku kalau bisa, ha ha ha ...."

Huuh, ngeremehin aku dia. Lihat saja siapa yang menang. Hahaha ....

Aku pun naik ke atas ranjang dan siap untuk menerjangnya.

Hap!

Aku berhasil menerjang tubuh Alex. Namun, bukannya berhasil untuk membalas perbuatannya. Tapi justru aku yang terperangkap di sini.

Alex menangkap tubuhku dan menjadikan aku seperti anak koala yang sedang di gendong oleh induknya.

"Iih ... kamu curang. Seharusnya kamu jangan nangkap aku, dong." Aku mengerucutkan bibirku, tapi justru Alex terkekeh melihatku seperti ini.

Cup

Alex mengecup bibirku sekilas. Tangannya yang kokoh masih setia menahan tubuhku yang berat ini. Untuk menjaga keseimbangan, aku mengalungkan tangan di lehernya.

"Nanti kalau jatuh tambah sakit-sakit lagi badannya. Aku gak mau istriku tercinta ini tambah remuk badannya."

"Ini semua karena ulahmu juga tahu."

Alex berjalan mengarah ke ranjang dan menidurkan tubuhku secara pelan-pelan di atas ranjang. Ia pun ikut merebahkan tubuhnya di atas tubuhku. Dengan kedua kaki kami masih menjuntai ke bawah.

Alex mengelus lembut rambutku. Sedangkan tangan satunya dijadikan tumpuan untuk menahan tubuhnya yang berat agar tidak menindihku secara sempurna.

Hening

Aku selalu terpaku jika sudah berada tatap dengannya.

"Ini sebagai gantinya yang tadi, Baby."

Alex langsung menyambar bibirku dengan gerakan senseual. Dan selalu berhasil membuat desiran aneh dalam diriku. Aku menikmati semua sentuhan yang dia berikan kepadaku.

Akhirnya, kami berdua tenggelam dalam lautan cinta yang dalam.

_____________________________________

Siapa yang kangen mereka, guys?

Sudah lama banget gue gak pernah update. 😂😂😂😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Future Life II (After Wedding)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang